Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 22 Oktober 2010

23 Okt - Ef 4:7-16; Luk 13:1-9

"Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya"

(Ef 4:7-16; Luk 13:1-9)


"Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.  Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.  Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."  Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.  Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!  Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,  mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (Luk 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes dari Capestrrano, pelindung para pastor/ perawat rohani Angkatan Bersenjata, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam perjalanan hidup kita masing-masing sejak bayi kiranya kita senantiasa menerima binaan, didikan, pendampingan atau asuhan dari mereka yang telah mengasihi atau berbuat baik kepada kita, terutama orangtua, dengan aneka cara dan bentuk. Apa yang mereka lakukan bagaikan sedang 'mencangkul dan memupuk' diri kita agar tumbuh berkembang dengan baik, menjadi dewasa baik secara phisik maupun spiritual. Apa yang mereka lakukan pada kita merupakan usaha pertobatan atau pembaharuan, yang tak kenal henti. Dari usaha atau tindakan 'pencangkulan dan pemupukan' tersebut diharapkan ada buah-buah atau hasil yang menyelamatkan atau membahagiakan diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Yang mereka lakukan juga merupakan perawatan rohani, sehingga kita semakin hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23). Santo Yohanes dari Capestrano menjadi pelindung para pastor/perawat rohani Angkatan Bersenjata, marilah kita fahami juga bahwa kita sedikit banyak boleh disebut sebagai anggota 'Angkatan Bersenjata', tentu saja senjata yang kita miliki bukan sebagaimana dimiliki oleh para anggota Angkatan Berjenjata seperti senapan, granat, dst.. yang mematikan, melainkan anggota tubuh kita dengan segala keterampilannya. Marilah kita fungsikan keterampilan-keterampilan kita untuk 'menembak' sesama kita agar semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan di dalam hidup sehari-hari.


·   "Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus" (Ef 4:11-12), demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja/tugas, masing-masing dari kita memiliki fungsi, jabatan atau kedudukan yang berbeda satu sama lain. Hendaknya menghayati fungsi, jabatan atau kedudukan tersebut 'bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan paguyuban umat beriman', dengan kata lain untuk mengusahakan, membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Mungkin baik kami ingatkan: hendaknya hal ini pertama-tama dan terutama terjadi di dalam keluarga-keluarga atau komunitas-komunitas kita masing-masing, sebagai kebersamaan hidup yang paling dasar. Pengalaman kebersamaan hidup di dalam keluarga atau komunitas merupakan senjata atau modal untuk ditumbuh-kembangkan di dalam kehidupan bersama yang lebih luas, di dalam masyarakat atau tempat kerja/tugas. Marilah kita bina, didik dan dampingi anak-anak dalam semangat melayani demi pembamgunan hidup bersama, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi pribadi yang senantiasa siap sedia untuk bekerjasama dengan siapapun dan dimanapun. Orang yang senantiasa siap sedia untuk bekerjasama berarti tidak egois atau tidak mencari keuntungan, kemashyuran atau ketenaran diri sendiri, melainkan senantiasa bersikap rendah hati dan melayani. Orang yang dapat bekerjasama senantiasa dapat menempatkan diri dengan baik dan memadai dalam hidup bersama alias menghadirkan diri tepat pada waktunya.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)

Jakarta, 23 Oktober 2010


Rabu, 20 Oktober 2010

22 Okt - Ef 4:1-6; Luk 12:54-59

"Rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?"

(Ef 4:1-6; Luk 12:54-59)


"Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."(Luk 12:54-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kepekaan sosial merupakan salah satu keutamaan yang perlu dididikkan sedini mungkin bagi anak-anak, entah di dalam keluarga maupun sekolah-sekolah, dan tentu saja teladan dari para orangtua serta guru atau pendidik sangat dibutuhkan. Kecenderungan kebanyakan orang masa kini lebih ke arah sikap mental egois, kurang peka terhadap saudara-saudarinya, hanya mencari keuntungan atau kenikmatan diri sendiri. "Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakan kamu tidak dapat menilai zaman ini?", demikian kecaman Yesus terhadap orang-orang munafik. Tanda-tanda zaman antara lain 'pemanasan global' telah diberitakan atau disebarluaskan ke mana-mana melalui aneka macam media, namun kebanyakan orang tidak menyikapi dengan benar atau tepat terhadap pemanasan global tersebut. Hal itu kiranya menggambarkan ketidak-pekaan orang terhadap aneka gejala maupun peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau di dalam tubuhnya sendiri. Sabda hari ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua pentingnya mengenal diri dengan baik dan memadai, sehingga dapat menempatkan diri dengan tepat dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun. Salah satu cara untuk lebih mengenal diri antara lain telah diusahakan oleh beberapa sekolah-sekolah katolik di kota-kota besar dengan menyelenggarakan 'live in' bagi para siswa atau peserta didik, tinggal dan hidup bersama untuk beberapa waktu dengan mereka yang miskin dan berkekurangan di desa-desa atau pelosok-pelosok. Pengalaman menunjukkan bahwa cukup banyak siswa atau peserta didik dapat melihat nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang tidak mereka temukan atau alami selama tinggal di kota, antara lain disiplin, matiraga, kerja keras, tidak mudah mengeluh,, persaudaraan sejati, dll.. Maka baiklah gerakan semacam 'live in' ini sering diusahakan atau diselenggarakan, entah secara pribadi atau bersama-sama.


·   "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua"(Ef 4:2-6), demikian ajakan atau peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Marilah ajakan ini kita laksanakan bersama-sama. Kita diajak dan diingatkan untuk senantiasa hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati dengan siapapun dan dimanapun. Persaudaraan atau persahabatan sejati kiranya mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan masih maraknya aneka pertentangan, permusuhan, tawuran di sana-sini antar suku, agama, desa, dst., sebagaimana sering dapat kita saksikan dalam aneka pemberitaan di media elektronik/TV. Marilah kita saling membantu dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar. Sering kita dengarkan bahwa semua agama mengajarkan cintakasih, namun ada sementara orang atas nama agama mencederai atau melukai orang lain seenaknya. Kelompok-kelompok garis keras di beberapa agama mempersulit kegiatan agama lain. Mendirikan rumah ibadat lebih sulit daripada ruko atau losmen, yang sering digunakan untuk panti pijat atau pelacuran. Kami berharap kepada kita semua untuk menghadapi dan menyikapi kelompok-kelompok garis keras tersebut dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar. Percayalah dan imanilah bahwa kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran pasti dapat mengalahkan aneka bentuk kekerasan yang mengarah ke permusuhan atau tawuran dan pertentangan serta balas dendam.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)

.

Jakarta, 22 Oktober 2010       

 


21 Okt - Ef 3:14-21; Luk 12:49-53

"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan api itu telah menyala!"

(Ef 3:14-21; Luk 12:49-53)


"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya." (Luk 12: 49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Warta Gembira hari ini hemat saya melanjutkan kemarin, yang berarti kita diajak untuk lebih mendalam dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan, yaitu hidup dan bertindak dijiwai oleh charisma, spiritualitas atau visi yang telah kita pelajari dan coba fahami, entah secara pribadi atau bersama-sama/organisatoris. Sejauh saya perhatikan dan cermati hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau spiritualitas atau visi pada masa kini nampaknya tidak mudah. Masih cukup banyak orang yang berpegang teguh pada tradisi keluarga atau suku yang tidak memadai atau tidak cocok lagi untuk hidup masa kini. Maka marilah kita kerjasama dan saling membantu dalam menghayati charisma, spiritualitas atau visi. Sebagai tanda bahwa kita setia dan taat pada charisma, spiritualitas atau visi antara lain dalam hidup sehari-hari kita dapat menyesuaikan atau mengintegrasikan diri pada aneka tata tertib atau tuntutan hidup atau bekerja bersama dimanapun dan kapanpun. Sebagai contoh: ketika hidup di desa membuang sampah seenaknya tidak apa-apa, namun hidup di kota besar seperti Jakarta hendaknya membuang sampah pada tempatnya, sehingga tidak menimbulkan banjir atau genangan yang menyengsarakan di musim penghujan; di jalanan mentaati tata tertib lalu lintas seperti marka jalan, lampu lalu lintas dst..  Dengan kata lain kita hendaknya senantiasa siap sedia untuk berubah, tentu saja berubah ke arah yang lebih baik dan menyelamatkan. Semoga para anggota lembaga hidup baik semakin setia pada charisma pendiri, dan kita semua yang beriman pada Yesus Kristus semakin meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus atau menghayati ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya.


·   "Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah" (Ef 3:18-19), demikian dambaan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Kasih Kristus kepada dunia, semua umat manusia begitu lebar, panjang, tinggi dan dalam, sehingga sangat sulit kita fahami, apalagi menirunya, namun demikian marilah dengan rendah hati kita mengusahakannya. KasihNya antara lain nampak dalam kesetiaan dan ketaatan pada tugas pengutusan, sehingga dengan rela dan jiwa besar menderita dan wafat di kayu salib, mempersembahkan diri seutuhnya demi kebahagiaan atau keselamatan seluruh umat manusia. Kami percaya sedikit banyak para suami-isteri mencoba saling mengasihi dengan cara yang demikian itu, saling mempersembahkan diri demi kebahagiaan dan keselamatan berdua/bersama, antara lain ditandai dengan hubungan seksual dimana ada kemungkinan lahir manusia baru yang membahagiakan. Memang saling mempersembahkan diri buahnya adalah kebahagiaan sejati, maka marilah kita sungguh mempersembahkan diri melalui panggilan, tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing. Dengan kata lain melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Percayalah, imanilah jika anda hidup dan bertindak demikian pasti akan menyelamatkan dan membahagiakan anda sendiri maupun sesama anda. Semoga pengalaman suami atau isteri dalam saling mempersembahkan diri satu sama lain dapat dikembangkan dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama yang lebih luas, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernengara.

 

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:1-2.4-5)

 

Jakarta, 21 Oktober 2010

 


Selasa, 19 Oktober 2010

20 Okt - Ef 3:2-12; Luk 12:39-48

"Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."

(Ef 3:2-12; Luk 12:39-48)


"Ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Kata Petrus: "Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?" Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."(Luk 12:39-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Inti dari Warta Gembira ini kiranya adalah peringatan bagi kita semua bahwa masing-masing dari kita sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja, dapat meninggal dunia alias dipanggil Tuhan, sebagaimana sering terjadi masa kini, entah karena kecelakaan lalu lintas, serangan jantung, bencana alam, dst.. Siapkah kita sewaktu-waktu dipanggil Tuhan? Takutkah sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan? Jika kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, maka kita tidak takut sewaktu-waktu dipanggil Tuhan dan siap sedia kapan saja maupun dimana saja dipanggil Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan berarti senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, setia menghayati panggilan serta melakanakan aneka tugas pengutusan atau pekerjaan. Orang yang demikian layak disebut setia dan bijaksana, dan dengan demikian senantiasa siap sedia dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: marilah kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing dimanapun dan kapanpun. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Marilah kita setia pada perjanjian yang telah kita ikhrarkan atau buat, misalnya janji baptis, janji imamat, janji perkawinan, kaul, janji pegawai, janji pelajar/mahasiswa, dst..


·   "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya."(Ef 3:12), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Efesus. Kutipan surat Paulus ini kebetulan juga menjadi motto ketika saya ditahbiskan menjadi imam, sebagai suatu penngendapan berbagai pengalaman perjalanan panggilan saya pribadi dengan harapan saya berani menanggapi panggilan Allah karena dengan rendah hati senantiasa berusaha 'di dalam Dia', yang tergantung di kayu salib. Dengan kata lain setiap memandang salib yang tergantung saya pribadi senantiasa merasa dikuatkan dan diteguhkan dalam menghayati panggilan atau melaksanakan aneka tugas pengutusan apapun. Secara spiritual 'di dalam Dia' antara lain juga berarti senantiasa taat kepada kehendak Tuhan dan menjadi nyata taat kepada para pembesar atau atasan sebagai 'wakil Tuhan' di dunia saat ini. Ketaatan juga menjadi kekuatan dan rahmat bagi St.Ignatius Loyola beserta para pengikutnya. Setia pada janji berarti mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau tata tertib yang terkait dengan janji tersebut: disiplin dan kerja keras serta jujur dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan. Maka dengan ini kami mengingatkan anda semua yang percaya atau beriman pada Yesus Kristus: marilah menimba kekuatan dan rahmat dari Dia yang tergantung di kayu salib, dengan kata lain ketika merasa berat menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan, kami persilahkan memandang salib seraya mohon rahmat dan kekuatan dariNya. Bersama dengan Yang Tersalib kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah, jalan masuk menuju kebahagiaan atau keselamatan sejati.

 

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan….Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi" (Yes 12:2-5)

Jakarta, 20 Oktober 2010       


Senin, 18 Oktober 2010

19 Okt - Ef 2:12-22; Luk 12:35-38

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala".

(Ef 2:12-22; Luk 12:35-38)

 

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka" (Luk 12:35-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Apa gunanya ikat pinggang? Ketika pertanyaan ini saya sampaikan dalam suatu retret bersama yang saya dampingi, ada tanggapan cepat dan spontan, yaitu "untuk menahan celana agar tidak melorot". Menanggapi jawaban tersebut secara spontan dan cepat saya katakana "kalau demi celana tidak melorot pakai ikat pinggang rafia atau tali tampar saja, lebih murah dan praktis". Rasanya fungsi ikat pinggang pertama-tama dan terutama adalah untuk memperlihatkan postur tubuh kita sedemikian rupa sehingga menarik dan mempesona, terutama bagi rekan-rekan perempuan.  Maka sabda Yesus 'Hendaknya pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala'  kiranya dapat kita fahami bahwa kita senantiasa dipanggil untuk menghadirkan diri sedemikian rupa, sehingga menarik, menawan dan mempesona bagi orang lain, menjadi daya tarik dan daya pikat bagi orang lain untuk semakin terbuka pada kehendak Allah. Maka kehadiran kita dimanapun dan kapanpun selain diwujudkan dengan penampilan postur tubuh, hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita juga menarik, menawan dan mempesona bagi orang lain untuk semakin beriman. Cara hidup dan cara bertindak kita menyinarkan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan sebagai buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Hendaknya dimanapun dan kapanpun kita senantiasa siap sedia dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk berbuat baik kepada orang lain


·   "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan" (Ef 2:19-21), demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Kebersamaan hidup kita hendaknya senantiasa 'di dalam Allah, sehingga bagaikan bangunan yang rapi tersusun, menjadi bait Allah'. Tentu saja pertama-tama dan terutama tubuh kita sendiri yang memiliki begitu banyak anggota dan telah tersusun rapi oleh Allah, Sang Pencipta. Setiap anggota berada pada tempatnya dan memiliki fungsi masing-masing demi keselamatan dan kesehatan seluruh tubuh. Maka kami berharap senantiasa memfungsikan anggota-anggota tubuh kita, misalnya kaki, tangan, mata, telinga, dst.. di dalam Allah artinya untuk melakukan apa yang baik dan menyelamatkan baik tubuh maupun jiwa, sehingga tubuh kita layak menjadi 'bait Allah'. Selanjutnya kami mengajak dan mengingatkan kebersamaan hidup di dalam keluarga atau komunitas. Kebersamaan hidup di dalam keluarga atau komunitas hendaknya terjadi.sedemikian rupa, sehingga menarik, mempesona dan memikat siapapun untuk mendekat dan mendatangi. Maka hendaknya diusahakan adanya kesatuan hati dan budi di dalam hidup bersama, meskipun apa yang dilakukan atau dikerjakan berbeda sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan masing-masing. Jika masing-masing keluarga atau komunitas dapat demikian adanya, maka hidup bersama di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga akan menarik, mempesona dan memikat. Keadilan dan damai sejahtera yang menjadi dambaan semua orang menjadi nyata atau terwujud. Kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat mengusahakan kesatuan hati dan budi, sehingga semua orang sungguh menjadi kawan sewarga, bukan orang asing atau pendatang lagi.

 

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan"

(Mzm 85:10-14)

Jakarta, 19 Oktober 2010

  

 

         


Minggu, 17 Oktober 2010

18 Okt - 2Tim 4:10-17b; Luk 10:1-9

"Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala."

(2Tim 4:10-17b; Luk 10:1-9)


"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu."(Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Lukas, Pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk mewartakan Kerjaaan Allah atau Allah yang meraja alias kabar baik, apa-apa yang baik dan menyelamatkan. Dalam masa yang masih diwarnai kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan bersama masa kini, tugas mewartakan Kerajaan Allah sungguh berat dan menghadapi aneka tantangan dan hambatan serta masalah sampai ancaman untuk dibunuh. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa dalam mewartakan Kerajaan Allah hendaknya bekerjasama serta  tidak mengandalkan aneka macam sarana-prasarana duniawi melainkan diri kita sendiri sebagai orang beriman, yang mengandalkan diri pada rahmat dan anugerah Allah. Maka marilah kita senantiasa bekerjasama dengan saudara-saudari kita dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan seraya mengandalkan rahmat atau kasih karunia Allah. Mengandalkan diri pada rahmat atau kasih karunia Allah berarti mengimani Allah yang hidup dan berkarya dalam citpaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang berkendak baik, tanpa pandang bulu atau SARA. Cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun hendaknya berjiwa missioner, sehingga siapapun yang hidup bersama kita atau menyaksikan cara hidup dan cara bertindak kita tergerak untuk semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dalam hidup sehari-hari. Kami berharap keluarga-keluarga dapat menjadi contoh dalam hal menghayati jiwa missioner dalam kebersamaan atau kerjasama.

·   "Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya" (2Tim 4:17), demikian kesaksian Paulus, rasul agung. Warta Gembira bukan menjadi monopoli bangsa atau suku tertentu atau agama tertentu, melainkan bagi semua orang, bagi seluruh dunia. Secara tertulis kita tahu Kitab Suci telah dijerjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang ada di dunia ini, dengan harapan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci dapat difahami dan kemudian dihayati. Demikian juga isi Kitab Suci telah dipelajari dan dikomentari, entah secara tertulis dalam bentuk buku atau lisan melalui aneka ceramah atau pengajaran, agar Warta Gembira semakin dihayati secara mendalam oleh berbagai kalangan atau proffesi seseorang. Semuanya itu sungguh merupakan usaha dengan bantuan rahmat Allah 'supaya dengan perantaraanku Injil/Warta Gembira diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang mendengarkannya'. Maka dengan ini kami berharap: hendaknya di dalam keluarga-keluarga sering dibacakan dan didengarkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, syukur dapat setiap hari. Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan, bukan untuk didiskusikan. Dengan rendah hati, sekali lagi saya sampaikan  bahwa sekiranya apa yang saya kutipkan dan tulis setiap hari, sesuai dengan Kalendarium Liturgi Katolik, hendak difungsikan untuk dibacakan dan didengarkan bersama di dalam keluarga, silahkan. Email saya mau disebarluaskan ke mana-mana, silahkan, jika menurut anda baik, tetapi jika menurut anda jelek hapus saja. Marilah kita imani  bahwa Allah senantiasa menyertai dan mendampingi perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita dimanapun dan kapanpun.

 

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan"

 (Mzm 145:10-13b)   .

 

Jakarta, 18 Oktober 2010