Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 05 November 2010

7 Nov - Mg Biasa XXXII : 2Mak 7:1-2.9-14; 2Tes 2:16-3:5; Luk 20:27-38.

" Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup."

Mg Biasa XXXII : 2Mak 7:1-2.9-14; 2Tes 2:16-3:5;  Luk 20:27-38.


Orang kaya raya dan bersikap materialistis atau duniawi pada umumnya senantiasa merasa was-was dan tidak tenang dalam hidup; demikian juga menjelang dipanggil Tuhan sungguh curiga dan was-was mengingat harta benda yang harus ditinggalkan. "Jika saya dipanggil Tuhan alias meninggal dunia, siapa yang akan mengurus harta benda yang saya tinggalkan, dan bagaimana nasib anak-anak, pasangan hidup, sahabat atau saudara-saudari saya", demikian mungkin yang bergema di dalam hatinya. Mereka khawatir dan bertanya-tanya seperti orang-orang Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati, mempertanyakan bagaimana nasib setelah mati nanti pada akhir  zaman ketika semua orang mati dibangkitkan. Sungguh kontradiktif: tidak percaya tetapi mempertanyakan apa yang tidak dipercaya. Sebagai orang beriman kiranya kita percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi serta kebangkitan orang mati, maka marilah kita renungkan jawaban Yesus terhadap pertanyaan orang-orang Saduki  tersebut.

 

"Mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." (Luk 20:36-38)

Orang yang sungguh beriman ketika dipanggil Tuhan akan hidup selama-lamanya di sorga bersama Allah Pencipta dan senantiasa bergembira dan damai sejahtera. Maka marilah sebagai orang-orang beriman, keturunan bapa Abraham, bapa dan teladan umat beriman, dalam hidup bermasyakat, berbangsa dan bernegara sungguh dijiwai oleh iman, dengan kata lain senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur.

 

"Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup", inilah yang kiranya baik kita renungkan sebagai umat beriman. Beriman antara lain juga berarti "hidup di hadapan Allah", dan karena Allah maha segalanya mau tak mau berhadapan denganNya kita pasti akan dikuasai atau dirajai, sehingga kita tidak dapat hidup dan bertindak seenaknya sendiri, mengikuti selera atau keinginan pribadi. Kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah, dan perintah atau kehendak Allah antara lain tercermin dalam siapapun yang berkehendak baik serta dalam aneka tata tertib. Maka marilah dengan rendah hati kita dengarkan kehendak baik saudara-saudari kita serta kita tanggapi secara positif; kita baca, fahami dan laksanakan atau hayati aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan serta tugas pengutusan kita masing-masing.

 

Sebagai sesama umat beriman, karena masing-masing dari kita berkehendak baik dan dalam kenyataan wujudnya dapat berbeda satu sama lain, kita diajak untuk dengan rendah hati saling mendengarkan dan menanggapi kehendak baik untuk disinerjikan sehingga kita temukan kehendak baik yang lebih kuat, handal dan dapat diterima banyak orang. Kepada siapapun yang berkehendak baik hendaknya tidak takut dan tidak malu mengutarakan atau menyampaikan kehendak baiknya kepada orang lain untuk diteguhkan, dijernihkan dan dikuatkan. Orang yang berkehendak baik berarti beriman kepada Allah yang hidup, dan dengan demikian pada umumnya senantiasa dalam keadaan ceria, bergairah, bersemangat, enerjik, menarik dan mempesona, sebagai tanda Allah hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Maka marilah kita renungkan sapaan atau peringatan Paulus kepada umat di Tesalonika di bawah ini.

 

"Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik" (2 Tes 2:16-17) .

 

Allah sungguh mengasihi kita, menganugerahi penghiburan abadi dan pengharapan baik, menghibur dan menguatkan hati kita dalam pekerjaan dan perkataan baik. Dengan kata lain kita semua dipanggil untuk senantiasa mengerjakan dan mengatakan apa yang baik tanpa takut dan tanpa gentar meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Apa yang baik senantiasa berlaku umum atau universal, maka ketika kita mengerjakan atau mengatakan apa yang baik pasti akan memperoleh dukungan dari banyak orang yang berkehendak baik. Percayalah, imanilah bahwa mereka yang berkehendak baik lebih banyak daripada mereka yang berkehendak jahat.

 

Apa yang baik senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan. Segala tata tertib atau hukum hemat saya dibuat dan diundangkan atau diberlakukan demi kebahagiaan atau keselamatan umat manusia. Ada tata tertib atau hukum yang tertulis dengan jelas tetapi juga ada yang tidak tertulis sebagai tradisi lisan turun temurun dari nenek moyang. Maka baiklah kita senantiasa setia pada aneka macam tata tertib atau hukum yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, meneladan tujuh orang  bersaudara, sebagaimana diwartakan dalam kitab Makabe ini: "Apakah yang hendak baginda tanyakan kepada kami dan apakah yang hendak baginda ketahui? Kami lebih bersedia mati dari pada melanggar hukum nenek moyang." (2Mak 7:2), demikian kata salah seorang dari tujuh bersaudara yang akan dipaksa untuk 'melanggar hukum nenek moyang'. 

Kami percaya bahwa nenek moyang kita mewariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan baik yang harus kita lestarikan dengan menghayati atau melaksanakannya. Nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut menjadi penghiburan, penguatan dan pengharapan bagi kita semua. Sebagai contoh di lingkungan orang Jawa ada nasihat sebagai berikut: "Yen arep nesu, ngombeyo banyu dhisik, nanging ojo diulu" = 'kalau mau marah, silahkan minum air lebih dahulu, tetapi jangan ditelan'. Maksud nasihat ini tidak lain adalah jangan pernah marah kepada saudara-saudari kita. (tidak percaya: coba praktekkan ketika mau marah minum air terlebih dahulu, tetapi tidak boleh ditelan, bukankah hal itu berarti tutup mulut). Tingkatan marah yang lebih lembut adalah mengeluh atau menggerutu, hemat saya kita semua mudah mengeluh atau menggerutu. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi pada umumnya lalu mengeluh atau menggerutu, misalnya makanan atau minuman tertentu. Jika kita tidak mudah mengeluh atau menggerutu, maka hemat saya dengan mudah kita mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau hukum yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka marilah kita senantiasa berusaha tidak mengeluh dan menggerutu.

 

"Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. ..langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang. Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku." (Mzm 17:1.5-6)

     

Jakarta, 7 November 2010  

 


Kamis, 04 November 2010

6 Nov - Flp 4:10-19; Luk 16:9-15

"Barangsiapa setia dalam perkara kecil ia setia juga dalam perkara besar"

(Flp 4:10-19; Luk 16:9-15)

 

"Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah." (Luk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Sing kathon wae ora biso nggarap, ojo maneh sing ora kathon" = "Yang kelihatan saja tidak dapat mengerjakan, apalagi yang tidak kelihatan", demikian salah satu kalimat atau nasihat dari bapak saya almarhum ketika saya masih kecil dan belum bersekolah, kepada kami anak-anaknya. Kata-kata tersebut sangat mengesan bagi saya pribadi sampai kini. Salah satu yang kelihatan dan disukai banyak orang pada masa kini antara lain 'uang', yang memang dapat menjadi 'jalan ke neraka' atau 'jalan ke sorga', jalan ke neraka jika orang tidak jujur dalam pengelolaan atau pengurusan uang dan jalan ke sorga jika orang jujur dalam pengelolaan atau pengurusan uang. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk jujur dalam pengelolaan atau pengurusan uang dalam jumlah nominal berapapun. Selain itu kami berharap juga untuk menghayati atau memfungsikan harta benda atau uang sebagai sarana bukan tujuan, sarana untuk semakin beriman dan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Secara khusus kami berseru kepada para pengurus atau pengelola karya-karya pastoral Gerejani seperti karya sosial, pendidikan dan kesehatan, yang juga tak terlepas dari urusan atau pengelolaan harta benda atau uang. Marilah kita sadari dan hayati bahwa aneka macam harta benda atau uang dalam karya-karya sebagai anugerah Tuhan yang kita terima dari mereka yang memperhatikan karya kita atau kita layani, maka hendaknya harta benda atau uang tersebut 'dikembalikan' arti difungsikan bagi mereka agar semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Uang dari rakyat/umat hendaknya kembalikan ke rakyat/umat melalui aneka pelayanan bagi rakyat/umat


·   "Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp 4:12-13), demikian kesaksian iman Paulus. "Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku" inilah yang kiranya baik kita renungkan dan hayati dalam hidup sehari-hari. Tentu saja hal ini pertama-tama dan terutama kita hayati dalam keluarga atau komunitas kita masing-masing: hendaknya tidak ada rahasia di antara anggota keluarga atau komunitas. Mungkin pertama dan terutama hendaknya tidak ada rahasia dalam hal keuangan atau harta benda. Kami percaya jika dalam hal harta benda atau uang tidak ada rahasia alias jujur dan transparan, maka akan memperoleh kemudahan untuk saling tukat pengalaman dalam hal iman atau pengalaman hidup sehari-hari alias 'bercurhat' satu sama lain. Dalam hal ini saya pribadi sungguh terkesan dengan apa yang dihayati oleh Bapak Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr alm dalam pengelolaan atau pengurusan uang selama  Yang Mulia bertugas sebagai pastor paroki Banyumanik – Semarang Selatan, setelah berhenti sebagai uskup. Segala pengeluaran dan pemasukan uang berapa pun jumlahnya dicatat dalam buku jurnal setiap hari, kurang lebih selama sembilan tahun lamanya (hal itu terlihat dalam buku jurnal yang saya temukan ketika saya harus mengurus peninggalan alm yang berada di kamarnya). Ia yang besar ternyata setia juga terhadap yang kecil-kecil, itulah pelajaran yang saya peroleh. Tiada rahasia dalam hal keuangan yang diterima dari umat Allah.. Semoga antar suami-isteri di dalam keluarga tidak ada rahasia dalam hal uang atau harta benda dan bersama-sama mendidik dan mendampingi anak-anak untuk jujur dalam pemanfaatan, pengurusan atau pengelolaan aneka jenis harta benda atau uang.

 

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati." (Mzm  112:1-2)

 

Jakarta, 6 November 2010         


Rabu, 03 November 2010

5 Nov - Flp 3:17-4:1; Luk 16:1-8

"Anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak terang"

(Flp 3:17-4:1; Luk 16:1-8)

 

"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang" (Luk 16:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. .

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang pandai menjadi bodoh karena uang, sebaliknya orang bodoh menjadi pandai karena uang, begitulah yang sering terjadi. Juga terjadi orang pandai menjadi kaya raya akan harta benda atau uang dengan membodohi orang lain. Warta Gembira hari ini mengingatkan kita semua perihal kecerdikan orang yang bersikap mental materialistis atau duniawi, yang sering menipu atau mengelabui orang. Mereka yang lemah dalam hal kepribadian, keimanan atau spiritual pada umumnya dengan mudah menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik. Maka marilah kita membina diri maupun sesama kita agar memiliki kepribadian dan keimanan yang tangguh, kuat dan handal sehingga tahan terhadap aneka godaan, rayuan dan penipuan. Hendaknya juga jangan bersikap mental materialistis atau duniawi, karena dengan demikian juga dengan mudah ditipu atau dicerdiki orang lain. Marilah kita menjadi 'anak-anak terang', orang-orang yang jujur: jujur terhadap diri sendiri, sesama maupun lingkungan hidup kita. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997). Jika kita sungguh hidup dan bertindak jujur kiranya tidak akan mudah ditipu atau dikelabui orang lain. Tentu saja kejujuran ini perlu disertai dengan kesederhanaan dalam hidup dan bertindak.


·   "Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi." (Flp 3;17-19), demikian peringatan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua umat beriman. Kita diingatkan agar tidak menjadi perut sebagai Tuhan kita maupun perkara duniawi menjadi pikiran kita. Orang yang menjadi perut sebagai Tuhan berarti makan dan minum dengan serakah tanpa aturan dan akibatnya adalah penderitaan atau sakit, demikian juga orang yang hanya memikirkan perkara duniawi akan mudah menjadi stress, tertekan serta marah-marah. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang hanya memikirkan perkara duniawi ketika kehilangan atau tidak memiliki harta benda atau uang pada umumnya frustrasi, putus asa dan ada kecenderungan untuk bunuh diri atau menghabisi diri sendiri. Marilah meneladan Paulus yang bekerja keras serta hidup sederhana dan senantiasa mewartakan 'salib Kristus' dalam cara hidup dan cara bertindaknya maupun dalam apa yang dikatakannya, bahkan menghayati dirinya bagaikan tanah liat yang mudah dibentuk, dihancurkan dan remuk. Pada masa ini cukup banyak orang berduit makan dan minum seenaknya tanpa memperhatikan kesehatan phisik atau tubuh, apalagi kesehatan rohani atau spiritual, sehingga muncul penyakit seperti kelebihan kolesterol atau trikeserit  dalam darahnya yang membawanya ke kebinasaan. Aneka macam jenis paket atau kemasan makanan maupun minuman yang bersifat instant pada umumnya kurang sehat.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)

Jakarta, 5 November 2010 


4 Nov -Flp 3:3-8a; Luk 15:1-10

"Ia menerima orang berdosa dan makan bersama dengan mereka."

(Flp 3:3-8a; Luk 15:1-10)

 

"Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk 15:1-7), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Karolus Borromeus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   St.Karolus Borromeus dikenal sebagai gembala umat/uskup yang merakyat, pendoa dan sederhana. Sebagai Uskup ia memberi perhatian khusus kepada 'domba-domba' atau umat yang hilang atau tersingkir, antara lain yang menderita sakit, wabah penyakit pes yang merajalela saat ini. Ia sungguh meneladan Yesus yang 'menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka'. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Karolus Borromeus hari ini saya mengajak kita semua untuk mawas diri perihal salah satu prinsip hidup beriman atau beragama yaitu "preferential option for/with the poor" = 'keberpihakan pada orang-orang miskin dan berkekurangan', entah miskin secara phisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani.. Kami berharap mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat menjadi contoh atau teladan dalam keberpihakan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, entah pejabat pemerintah, masyarakat maupun agama. Kiranya baik dan perlu bahwa prinsip ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan pendampingan dan contoh dari para orangtua. Marilah kita sadari bahwa ketika masih ada orang yang miskin dan berkekurangan berarti ada sementara orang hidup serakah, hanya mencari keuntungan dan kenikmatan diri sendiri. Salah satu bentuk keberhasilan pemerintahan atau mungkin keberhasilan utama adalah kesejahteraan  seluruh rakyat, maka jika masih cukup banyak anggota masyarakat atau rakyat yang miskin dan berkekurangan berarti pejabat pemerintah kurang melayani dan lebih menguasai. Semakin tinggi jabatan atau kedudukan hendaknya semakin bersemangar melayani, terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan.


·   "Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus" (Fil 3:8). Kesaksian iman Paulus ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita semua. Marilah kita jadikan atau hayati segala sesuatu sebagai sarana atau wahana untuk semakin mengenal Yesus Kristus, Tuhan atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam hidup sehari-hari. Untuk itu pertama-tama hendaknya dihayati bahwa segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah atau rahmat Tuhan yang kita terima melalui orang-orang yang mengasihi dan telah berbuat baik kepada kita. Hendaknya kita juga jangan bersikap mental materialistis atau duniawi. Kami juga mengingatkan para orangtua maupun guru/pendidik untuk lebih mengutamakan anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur atau cerdas spiritual  daripada cerdas intelektual dalam pendidikan atau pendampingan anak-anak. Mendidik dan membina anak-anak agar tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur kiranya tidak mudah, sarat dengan tantangan, hambatan atau masalah, maka baiklah tidak hanya mengandalkan kekuatan atau keterampilan diri sendiri dalam mendidik atau membina, tetapi juga dengan rendah hati mohon rahmat Tuhan. Dengan kata lain hendaknya sebagai orangtua atau pendidik/guru tidak melupakan hidup doa atau rohani, antara lain sering mendoakan anak-anak atau peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya atau yang dianugerahkan Tuhan kepada anda. Dampingi dan didik anak-anak dalam semangat cintakasih dan kebebasan kristiani.

 

"Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya" (Mzm 105:2-6)

 

Jakarta, 4 November 2010


3 Nov - Flp 2:12-18; Luk 14:25-33

"Yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya tidak dapat menjadi muridKu."

(Flp 2:12-18; Luk 14:25-33)

 

"Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku." (Luk 14:25-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tidak sedikit orang yang tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusannya, misalnya: mengaku beragama tetapi tidak menghayati ajaran agamanya dengan baik dan benar, hidup sebagai suami-isteri tetapi masing-masing masih bagaikan belum menikah karena hidup seenaknya sendiri, hidup terpanggil sebagai imam, bruder atau suster hanya mengikuti kehendak atau selera pribadi dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan, dst.. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk "melepaskan diri dari segala milik dalam rangka mengikuti Yesus, hidup beriman atau beragama". Dengan kata lain hendaknya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita dijiwai oleh iman kita, bukan mengikuti selera pribadi atau kelompoknya. Dalam atau dengan iman di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara antara lain berarti senantiasa taat dan setia terhadap aneka macam tata tertib yang berlaku, dan untuk itu memang butuh pengorbanan diri. Kita juga diingatkan untuk setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, apapun bentuknya dan dimanapun tempatnya. Bagaikan gending Jawa 'gamelan' dimana ada aneka macam alat atau perangkat atau jenis alat musik dan masing-masing berfungsi pada waktunya sehingga terdengar alunan suara gamelan yang mempesona dan menarik, demikian pula hendaknya kebersamaan hidup kita dimanapun dan kapanpun masing-masing berfungsi optimal pada waktunya. Dengan kata lain penabuh gamelan tidak membunyikan alatnya menurut kemauan sendiri melainkan sesuai petunjuk dari pimpinan. Marilah kita jauhkan aneka bentuk egoisme dan kita kembangkan serta perdalam kepekaan sosial kita.

·   "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan" (Fil 2:14-16a), demikian nasihat atau peringatan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua umat beriman. Jangan bersungut-sungut, menggerutu atau mengeluh dalam menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan! Nikmati saja segala sesuatu yang menjadi konsekwensi dari hidup terpanggil atau diutus. "Carpe diem" = nikmati atau petik hari ini, demikian kata sebuah pepatah bahasa Latin. Hidup terpanggil atau diutus memang harus melaksanakan tugas pekerjaan atau kewajiban yang tidak sesuai dengan selera pribadi, dan mungkin juga berat, sarat dengan tantangan dan masalah. Hadapi dan kerjakan segala tantangan dan masalah dengan tidak bersungut-sungut atau berbantah-bantahan, tetapi dengan sabar, lemah lembut, bergairah dan ceria sambil 'berpegang pada firman kehidupan', yaitu aneka macam petunjuk atau pedoman untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Percayalah jika Tuhan mengutus, Ia juga akan menyelesaikannya pula. Asal kita bertindak jujur, disiplin, kerja keras, tekun, teliti, tertib dan tenang pasti akan mampu mengerjakan segala sesuatu yang dibebankan atau diserahkan kepada kita. Marilah kita hayati salah satu motto dari Bapak Andrie Wongso: "Besi batangan pun kalau digosok terus menerus dengan keteguhan hati ,  pasti akan menjadi jarum yang tajam", atau senanitiasa berpikir 'sukses' dalam melaksanakan segala sesuatu.

 

"TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya"

 (Mzm 27:1.4)..     .

 . Jakarta, 3 November 2010


Senin, 01 November 2010

2 Nov - PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN: 2Mak 12:43-46; 1Kor 15:12-34; Yoh 6: 37-40


"Semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman."

PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN: 2Mak 12:43-46; 1Kor 15:12-34; Yoh 6: 37-40




Pada hari 'Peringatan Arwah Semua Orang beriman' ini kita diajak untuk mengenangkan saudara-saudari kita, orangtua, kakak-adik, kenalan atau sahabat kita yang telah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Maka pada hari ini secara tradisionil ada kebiasaan berdoa bersama di makam orangtua, kakak-adik, saudara atau kenalan  Sekiranya tidak mungkin berdoa di makam karena bertempat tinggal cukup jauh, maka baiklah diselenggarakan doa bersama di rumah untuk mendoakan mereka yang telah dipanggil Tuhan. Isi atau ujud doa-doa kita adalah semoga mereka yang telah dipanggil Tuhan kelak dibangkitkan oleh Tuhan pada akhir zaman, maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk berrefleksi atas sabda-sabda hari ini.

 

"Inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." (Yoh 6:40)

Dalam mendoakan mereka yang telah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, kiranya baik kita mawas diri bahwa sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja, kita juga dipanggil Tuhan. Kiranya setelah dipanggil Tuhan kita semua berharap memperoleh hidup yang kekal, hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga bersama Allah Bapa, Pencipta dan Yesus Kristus yang kita imani, maka marilah kita mawas diri sejauh mana selama ini di dalam hidup sehari-hari kita 'melihat Tuhan dan percaya kepadaNya'.  Tuhan hidup dan berkarya terus menerus dalam ciptaan-ciptaanNya: manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka baiklah pertama-tama dan terutama kami mengajak anda sekalian mawas diri perihal 'melihat Tuhan dan percaya kepadaNya'  dalam diri manusia, sesama atau saudara-saudari kita.

 

"Melihat dan percaya kepada Tuhan dalam diri manusia" berarti sebagai sesama manusia kita saling percaya satu sama lain. Jika kita dapat percaya kepada sesama atau saudara-saudari kita, maka dengan mudah kita percaya kepada Tuhan. Saling percaya antar saudara atau sesama pada masa kini rasanya sedang mengalami erosi atau kemerosotan. Pernahkah anda mawas diri bahwa HP (Hand Phone) sedikit banyak telah merongrong saling percaya antar kita? Coba perhatikan: karena ada atau memiliki HP, maka begitu mudah berkomunikasi dengan pasangannya, suami atau isterinya, anaknya, sahabatnya, dst… Suami atau isteri bepergian karena tugas untuk beberapa waktu/hari dan kepergiaannya cukup jelas, namun kiranya masih ada rasa curiga atau kurang percaya kepada pasangannya, tandanya adalah sering mengontak dengan HP-nya. Jujur mawas diri: menilpon pasangan tersebut sebagai tanda cinta atau tanda curiga/was-was atau kurang percaya?  Kami yakin kebanyakan dari kita karena HP menjadi saling curiga terhadap pasangan hidupnya, anaknya, saudaranya dst..

 

Ada kemungkinan dengan kemudahan berkomunikasi dengan HP orang lupa atau meninggalkan komunikasi dalam doa alias  mendoakan pasangannya, saudaranya atau anaknya, dengan kata lain orang malas atau jarang berdoa lagi. Salah satu bentuk saling percaya kepada pasangan hidup, saudara atau sesama adalah ketika 'berpisah cukup lama' maka saling mendoakan, saling mempersembahkan sesamanya kepada Penyelenggaraan Ilahi. Dengan kata lain kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita saling mendoakan ketika harus 'berpisah untuk sementara' dan percaya bahwa Tuhan senantiasa mendampingi dan menghidupi saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Hendaknya saling percaya ini dibiasakan, diperteguh dan diperdalam di dalam keluarga, antar anggota keluarga, sehingga apa yang dialami di dalam keluarga dapat dikembangkan lebih lanjut di dalam kehidupan bersama yang lebih luas, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 

"Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu" (1Kor 15:12-14).


Percaya kepada kebangkitan orang mati antara lain berarti tidak bersikap hidup materialistis atau duniawi, melainkan hidup dan bertindak dijiwai oleh semangat spiritual, oleh Roh Kudus, sehingga menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Sedangkan mereka yang tidak percaya kepada kebangkitan orang mati pada umumnya hidup dan bertindak lebih dijiwai oleh roh jahat, sehinga menghasilkan buah-buah seperti "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21)       

 

Sebagai umat beriman kami berharap kita semua 'percaya kepada kebangkitan orang mati' dan dengan demikian tidak bersikap mental materialistis dalam hidup sehari-hari. "Jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati" (2Mak 12:44). Percaya kepada kebangkitan orang mati erat kaitannya dengan hidup doa, mendoakan mereka yang telah dipanggil Tuhan. Maka baiklah kita dengan penuh harapan berdoa, hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus. Kita imani kemurahan hati Tuhan bagi saudara-saudari kita yang telah dipanggil Tuhan. Percaya kepada kemurahan hati Tuhan berarti kita harus bermurah hati, sehingga dalam kebersamaan hidup kita saling bermurah hati.

 

Bermurah hati mungkin tak akan terlepas dari aneka macam bentuk penderitaan, antara lain dapat dicurigai, diejek atau dihina dan tentu saja butuh perjuangan dan pengorbanan. Namun demikian marilah kita imani bahwa derita, perjuangan dan pengorbanan tersebut tidak akan sia-sia, asal hal itu kita laksanakan sesuai dengan kehendak Tuhan atau bisikan Roh Kudus. Marilah sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus kita kenangkan Yesus yang telah rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan seluruh dunia. 'Salib/wafat Yesus dan kebangkitanNya' adalah satu, tak dapat dipisahkan, pada saat Ia wafat saat itu juga dibangkitkan, hidup tiada terikat oleh ruang dan waktu melalui RohNya. Dalam derita, perjuangan dan pengorbanan sekaligus kita nikmati kebahagiaan dan kegembiraan sejati, itulah misteri iman.

 

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi." (Mzm 1301-6)

 

Jakarta, 2 November 2010


Minggu, 31 Oktober 2010

1 Nov -HR SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah"

HR SEMUA ORANG KUDUS: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

 

Dalam rangka mengenangkan semua orang kudus, para santo dan santa atau saudara-saudari kita yang telah hidup mulia kembali di sorga bersama Allah untuk selama-lamanya, baiklah secara sederhana saya mencoba merefleksikan sabda-sabda bahagia sebagaimana ditulis oleh penginjil Matius di bawah ini:

 

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:3)

 

"Miskin di hadapan Allah"  antara lain berarti rindu akan Allah, haus dan lapar akan sabda dan kehendak Allah serta berkehendak kuat untuk melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Kehendak Allah antara lain tercermin dalam kehendak baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita serta dalam aneka tata tertib hidup dan kerja bersama. Marilah dengan rendah hati kita dengarkan dan terima kehendak baik saudara-saudari kita serta kita tanggapi secara positif, artinya kita wujudkan dalam tindakan atau perilaku. Yang tidak kalah penting untuk masa kini adalah setia dan taat pada aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka marilah kita menjadi pelaksana-pelaksana tata tertib yang unggul dan handal. Orang yang miskin di hadapan Allah senantiasa siap sedia untuk berubah, tanda bahwa yang bersangkutan sungguh hidup serta memberi harapan yang menggairahkan.  

 

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."(Mat 5:4)

 

Yang dimaksudkan dengan 'berdukacita' antara lain bekerja keras serta meninggalkan keinginan, kehendak dan kemauan pribadi dalam menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan. Dengan kata lain orang tidak hidup dan bertindak mengikuti selera pribadi, melainkan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup dan panggilannya. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Kerja keras perlu disertai dengan perjuangan dan pengorbanan, sebagaimana pepatah berkata "Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian".     

 

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Mat 5:5)

 

Lemah lembut erat kaitannya dengan rendah hati. Orang yang lemah lembut pada umumnya berbudi bahasa halus dan suaranya enak didengarkan, yang bersangkutan juga hidup 'membumi', artinya tahu dan memahami dengan baik seluk beluk atau hal-ikhwal duniawi, yang menjadi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Orang yang lemah lembut dapat bergaul dengan siapapun tanpa pandang bulu; ia dapat bergaul dengan mereka yang miskin dan tersingkir serta menderita maupun dengan para tokoh hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka orang yang lemah lembut 'memiliki bumi', mengurus atau mengelola bumi seisinya sesuai dengan kehendak Allah, sebagaimana diperintahkan oleh Allah kepada manusia pertama "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Orang yang lemah lembut akhirnya sungguh dapat menjadi 'citra atau gambar Allah' di bumi ini, karena ia senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah.  

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Mat 5:6)

 

Orang yang lapar dan haus akan kebenaran adalah "orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci" (1Yoh 3:3). Dengan bergariah, penuh semangat dan energik ia berusaha untuk mengenal kehendak Allah serta melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Yang bersangkutan rajin membaca, merenungkan dan merefleksikan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, serta membaca, mempelajari dan merefleksikan buku-buku atau karangan-karangan baru yang sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Orang yang lapar dan haus akan kebenaran berarti orang yang memiliki sikap mental 'belajar terus menerus sampai mati': menghayati hidup, tugas pekerjaan atau kewajiban sebagai 'pembelajaran'.

 

"Berbahagialah orang yang murah hatinya,karena mereka akan beroleh kemurahan."(Mat 5:7)

 

"Murah hati"  berarti hatinya dijual murah, sehingga siapapun mampu membelinya, artinya memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA, tentu saja  terutama terhadap mereka yang hidup dan bekerja bersama dengannya.  Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kemurahan hati melimpah ruah dari Allah melalui orang-orang yang mengasihi dan berbuat baik kepada kita sejak kita dilahirkan di dunia ini. Tanpa kemurahan hati, kasih dan kebaikan orang lain kita tak mungkin dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini. Maka marilah kita saling bermurah hati, saling memperhatikan satu sama lain dimanapun dan kapanpun. 

 

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah."(Mat  5:8)

 

"Suci"  berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, maka orang yang suci hatinya adalah orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga seluruh pribadi, anggota tubuhnya suci, tak berkerut atau bernoda sedikitpun dalam hal spiritual atau rohani. Orang yang suci hatinya pada umumnya jarang atau sama sekali tak pernah menyakiti hati orang lain, sebaliknya yang bersangkutan mungkin berkali-kali atau senantiasa disakiti hatinya oleh orang lain namun tidak pernah marah, mengeluh atau menggerutu. Orang yang suci hatinya juga menerima segala sapaan, sentuhan, perlakuan orang lain terhadap dirinya sebagai perwujudan kasih, entah itu yang enak atau tidak enak, nikmat atau tidak nikmat, dst.., semuanya dihayati sebagai kasih. Mak orang yang suci hatinya senantiasa hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, sehingga kehadirannya dimanapun dan kapanpun tak akan menjadi beban bagi orang lain, tetapi menjadi rahmat atau anugerah bagi orang lain. Marilah kita saling membantu mempertahankan, mengembangkan dan mengusahakan kesucian hati kita masing-masing!   Orang yang suci hatinya "adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why 7:14).

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah."(Mat 5:9)

 

"There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" =" Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampuan", demikian pesan paus Yohanes Paulus II di hari Peerdamian Sedunia 2000, memasuki Millennium Ketiga. Perdamaian sering dibicarakan, didiskusikan dan disuarakan dimana melalui berbagai cara dan kesempatan, namun tawuran dan permusuhan yang membawa korban manusia rasanya juga semakin gencar terjadi dimana-mana. Atas nama dan demi agama tertentu merusak dan melakukan perbuatan yang tak terpuji, yang menimbulkan kebencian dan kedeningkian serta balas dendam. Balas dendam itulah kiranya yang masih bercokol di dalam hati mereka yang melakukan tawuran atau bermusuhan, maka kasih pengampunan sungguh mendesak untuk dihayati dan disebar-luaskan. Marilah kita saling mengasihi dan mengampuni agar damai dan sejahtera sejati menjadi nyata dalam kehidupan kita bersama dimanapun dan kapanpun.      

 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

 

Para pejuang dan pembela kebenaran senantiasa siap sedia menghadapi dan mengalami aneka macam bentuk aniaya dalam usaha memberantas aneka macam bentuk kebohongan dan kepalsuan serta manipulasi yang masih marak di sana-sini. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal, berlaku dimana saja dan kapan saja. Di Indonesia ini masih sering terjadi bahwa para penegak kebenaran melakukan kebohongan, kepalsuan dan manipulasi demi keuntungan atau kenikmatan diri sendiri atau kelompoknya. Kami berharap kepada para pejuang dan pembela kebenaran pantang mundur, terus bergairah dan gembira dalam memperjuangkan dan membela kebenaran di berbagai kesempatan. Jadikan dan hayati aneka bentuk penganiayaan sebagai jalan atau wahana untuk semakin mencari, memperjuangkan dan membela kebenaran. Ingat untuk mengusahakan emas murni perlu pembakaran dan pengolahan yang menyakitkan.

 

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat 5:11)

 

Sabda bahagia di atas ini mengingatkan kita semua untuk menghayati cirikhas kenabian hidup beriman dan keagamaan kita masing-masing. Nasib seorang nabi memang sering menerima fitnah-fitnah, celaan-celaan yang menyakitkan, sebagaimana dialami oleh para nabi, termasuk Yesus yang diejek, dihina, difitnah di puncak penderitaanNya di kayu salib. Penghayatan dimensi atau cirikhas kenabian hidup beriman dan beragama pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan. Seorang nabi kiranya menghayati apa yang tertulis di dalam Kitab Wahyu ini, yaitu " "Aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka" (Why 7:2-3). Perusakan bumi atau laut atau pohon-pohon terus berlangsung sampai kini, sehingga menimbulkan 'pemanasan global', yang membuat manusia semakin menderita. Maka marilah kita hentikan aneka macam bentuk perusakan bumi, laut dan pohon-pohon guna menciptakan lingkungan hidup yang enak, nyaman dan menyelamatkan.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)

 Jakarta, 1 November 2010 


Mg Biasa XXXI - Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10

"Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham."

Mg Biasa XXXI: Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10


Menjadi pegawai perpajakan di Indonesia konon termasuk bekerja di lahan yang cukup basah alias orang akan dengan cepat menjadi kaya. Tentu saja mayoritas kekayaan yang diperolehnya bukan karena balas jasa atau gaji resmi yang diterimanya, melainkan karena korupsi atau manipulasi yang dilakukan. Maklum hampir semua urusan izin dan perpajakan di negeri ini kalau tidak pakai uang pelicin atau sogokan tak akan diurus atau diselesaikan. Dengan kata lain semua pegawai perpajakan mau tak mau jika tetap bekerja pasti terlibat di dalam ketidak-adilan struktural tersebut. Orang jujur pasti akan hancur, begitulah yang berlaku dalam jajaran pegawai yang berurusan dengan aneka jenis pajak atau perizinan. Namun yang benar adalah orang jujur memang akan hancur sesaat dan kemudian akan berjaya serta selamat dan mulia selamanya, itulah kiranya yang terjadi dalam diri Zakheus, kepala pemungut cukai atau pajak, orang yang kaya raya, sebagaimana diwartakan dalam Injil hari ini. Maka marilah kita renungkan pengalaman dan dialog Zakheus dalam kisah warta gembira hari ini.

 

"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Luk 19:8)

Kata-kata Zakheus kepada Yesus di atas ini kiranya telah tersimpan lama dalam lubuk hati Zakheus. Dengan kata lain Zakheus sebagai kepala pemungut cukai atau pajak, yang terjebak dalam tindakan korupsi secara struktural, merasa tidak enak dan tidak nyaman atas pekerjaan maupun balas jasa yang diterimanya. Dari lubuk hatinya yang terdalam ada kerinduan untuk membebaskan diri dari lumpur korupsi, maka ketika mendengar bahwa Yesus akan lewat, tanpa malu sebagai pejabat ia memanjat pohon untuk melihat Yesus. Bayangkan seorang pejabat yang kaya memanjat pohon hanya untuk melihat orang yang mau lewat! Bukankah hal itu menunjukkan kejujuran dan kesederhanaan yang masih hidup dalam lumpur korupsi. Ketidak-maluan, kejujuran dan kesederhanaan Zakheus diketahui dan dilihat oleh Yesus, maka Ia berkata kepadanya: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.". Zakheus pun akhirnya turun dari pohon dan menerima Yesus di rumahnya. Sapaan dan sentuhan Yesus membuat Zakheus bertobat, dan pertobatannya antara lain berupa membagikan kekayaan yang telah diperolehnya dengan tidak wajar kepada para pemiliknya, yaitu orang-orang miskin serta mengembalikan empat kali lipat atas apa yang telah diperasnya.

 

Pengalaman Zakheus kiranya baik menjadi bahan refleksi atau permenungan bagi siapapun yang kaya akan harta benda atau uang. Marilah kita imani bahwa selama masih ada orang-orang miskin dan menderita berarti masih terjadi ketidak-adilan dan keserakahan atau korupsi yang dilakukan oleh orang-orang tertentu. Ingatlah dan hayatilah bahwa kekayaan, harta benda dan uang , yang anda miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini tidak terlepas dari pengorbanan, kerja keras dan perjuangan orang-orang miskin atau rakyat kebanyakan. Sebagai contoh: produsen mie instant pasti kaya raya, darimana asal kekayaan mereka? Memang kerja keras pengusaha juga berperan, namun rasanya partisipasi para konsumen cukup besar dalam memperkaya produsen. Konsumen mie instant adalah rakyat kecil dan miskin; mereka harus membayar harga mie instant berapapun tak pernah mengeluh atau menggerutu. Bukankah sedikit banyak boleh dikatakan bahwa kekayaan produsen berasal dari pemerasan terhadap rakyat kecil atau miskin? Contoh produsen dan konsumen lainnya cukup banyak, misalnya minyak, obat-obatan dst..  Maka dengan ini kami berharap kepada orang-orang kaya untuk meneladan Zakheus dengan berkata dan berbuat seperti Zakheus "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.".

 

Kita semua mungkin mengakui diri sebagai umat beriman, 'keturunan Abraham, bapa umat beriman', maka baiklah sebagai sesama umat beriman kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati, dengan kata lain kita sadari bahwa ketika masih ada orang-orang miskin dan berkekurangan berarti kita kurang setia pada iman kita, kurang menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Marilah kita hayati salah satu motto umat beriman, khususnya para pengikut Yesus Kristus, yaitu "preferential for/ with the poor" = keberpihakan pada mereka yang miskin dan berkekurangan,  meneladan Yesus, yang meskipun kaya telah menjadi miskin untuk memperkaya mereka yang miskin dan berkekurangan.

 

"Kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu" (2Tes 1:11)

Marilah kita saling mendoakan dan mendukung "supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilanNya dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu".  Berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman hemat saya bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Perbuatan baik merupakan perwujudan iman dan sekaligus memperkuat, memperteguh dan memperdalam iman, dengan kata lain semakin beriman berarti semakin berbuat baik. Beriman pertama-tama dan terutama terjadi atau terwujud dalam tindakan atau perilaku bukan omongan atau wacana. Perbuatan baik disertai dengan doa akan handal dan meyakinkan.

 

"Sebab seperti sebutir debu dalam neraca, demikian seluruh jagat raya di hadapan-Mu, atau bagaikan setetes embun pagi yang jatuh ke bumi. Akan tetapi justru karena Engkau berkuasa akan segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat. Sebab Engkau mengasihi segala yang ada, dan Engkau tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan" (Keb 11:22-24), demikian kata penulis kitab Kebijaksanaan. "Semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat", inilah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita sadari dan hayati kasih dan perhatian Allah yang begitu melimpah ruah pada diri kita masing-masing melalui siapapun yang telah berbuat baik dan mengasihi kita. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih' artinya orang yang telah menerima kasih melimpah ruah.

 

Bermodalkan kasih Allah yang melimpah ruah tersebut kita diharapkan bertobat atau memperbaharui diri terus menerus, antara lain dengan senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari atau sesama kita. Dengan kasih Allah marilah kita sempurnakan segala pekerjaan iman kita, kehendak untuk berbuat baik, dengan terus meneruskan melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama bagi jiwa-jiwa manusia. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar atau citraNya, artinya dari diri kita masing-masing tercermin kehendak atau karya Allah, sehingga siapapun yang bertemu atau bergaul dengan kita semakin mempersembahkan diri kepada Allah, semakin beriman, semakin suci, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia.

 

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu" (Mzm 145:8-11)

 

Jakarta, 31 Oktober 2010        .