Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 31 Desember 2011

1 Jan 2012

HR SP MARIA BUNDA ALLAH: Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21

"Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya."

Pertama-tama kami ucapkan 'SELAMAT TAHUN BARU 2012', Selamat menelusuri tahun baru dan semoga dengan semangat baru juga kita mengarungi tahun 2012 ini. Hari ini tepat delapan hari setelah kelahiran Penyelamat Dunia, dan menurut tradisi pada hari ke delapan ini Sang Bayi Penyelamat Dunia harus diberi nama, "ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya". Hari ini selain Hari raya SP Maria Bunda Allah juga merupakan Hari Perdamaian Sedunia, dan bagi anggota Serikat Yesus juga merupakan hari Pesta Nama Serikat.  Bunda Maria juga sering disebut sebagai Ratu Perdamaian, maka baiklah di awal tahun ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal perdamaian yang menjadi dambaan semua orang di dunia ini, dan untuk itu pertama-tama marilah kita bercermin pada Bunda Maria.

"Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya" (Luk 2:19)

Di dalam masyarakat kita masa kini dalam hidup dan kerja bersama kiranya cukup banyak perkara yang muncul, ada perkara yang ringan , sedang dan berat. Di dalam pergaulan sehari-hari kita sering menghadapi hal-hal yang tidak enak, tidak sesuai dengan selera atau keinginan pribadi, yang pada umumnya membuat kita akan marah, menggerutu atau mengeluh. Marah, menggerutu atau mengeluh hemat saya merupakan bentuk permusuhan yang lembut alias kebalikan dari damai atau perdamaian. Maka kami berharap kepada anda sekalian untuk meneladan semangat Bunda Maria, ketika menghadapi sesuatu yang kurang jelas baginya atau perkara maka ia "menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya", yang berarti mempersembahkan perkara itu kepada Tuhan untuk mohon penccrahan dan bimbingan dalam menghadapinya.

Kami percaya kita semua menghadapi banyak perkara di dalam hidup sehari-hari, entah besar atau kecil. Meneladan Bunda Maria serta menjadi saksi dan pewarta perdamaian berarti menjadi perkara tersebut bahan doa atau permenungan di hadapan Tuhan. Dalam doa atau permenungan kami yakin bahwa kita akan menerima pencerahan dari Tuhan, yaitu agar kita dengan semangat kasih pengampunan menghadapi atau menyelesaikan perkara tersebut. "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" (=Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa pengampunan), demikian tema pesan Perdamaian Sedunia dari Paus Yohanes Paulus II memasuki Millenium ketiga ini, 1 Januari 2000. Kiranya pesan tersebut masih up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.  

Kami percaya para ibu memiliki pengalaman menghayati kasih pengampunan tersebut, yaitu ketika sedang merawat dan mengasuh bayinya atau anak balitanya: bukankah ketika sang bayi rewel atau mengganggu anda sebagai ibunya, anda tidak mengeluh, menggerutu atau marah, melainkan dengan kasih pengampunan menimang, memeluk dan mencium sang bayi? Hendaknya pengalaman tersebut diperdalam dan diteguhkan dalam hidup sehari-hari serta disebarluaskan kepada saudara-saudarinya dalam berbagai kesempatan dan kemungkinan. Ingat akan lagu "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Dengan kata lain kepada rekan-rekan perempuan, khususnya para ibu kami harapkan dapat menjadi teladan perdamaian yang dijiwai oleh kasih pengampunan atau kerahiman. Ingatlah bahwa anda sebagai perempuan memiliki rahim dan di dalam rahimlah tumbuh berkembang yang terkasih dalam kasih pengampunan atau kerahiman. Selanjutnya kepada kita semua kami ajak untuk merenungkan perihal pemberian nama kepada Sang Bayi Penyelamat dunia, nama Yesus, sebagaimana dikatakan oleh malaikat sebelum Ia dikandung dan dilahirkan oleh Bunda Maria.

"Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya" (Luk 2:21)

Nama Yesus kurang lebih berarti Allah menyelamatkan, maka Sang Bayi yang baru saja lahir diberi nama Yesus karena Ia adalah Penyelamat dunia. Hari ini bagi kami, anggota Serikat Yesus, merayakan pesta nama Serikat Yesus, maka dengan ini kami mengajak rekan-rekan Yesuit untuk menghayati diri sebagai sahabat-sahabat Yesus, yang berarti berpartisipasi dalam Penyelamatan Dunia. Pada masa kini, setelah pembelajaran kurang lebih selama satu tahun, Provinsi Serkat Yesus Indonesia mencanangkan opsi pelayanan dalam tiga bidang atau masalah, yaitu : kemiskinan, lingkungan hidup dan persaudaraan sejati. Jika kita cermati kemiskinan di Indonesia masih menjadi keprihatinan, demikian juga lingkungan hidup yang terus menerus dirusak oleh orang-orang yang serakah, serta persaudaraan sejati yang dirongrong oleh sekelompok ekstrimis di Indonesia ini.

"Karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Gal 4:6-7). Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Galatia di atas ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi untuk berpartisipasi dalam gerakan-gerakan pemberantasan kemiskinan, pelestarian lingkungan hidup maupun pemba-ngunan dan pemantapan persaudaraan sejati. Kita semua sama-sama ahli waris, dengan kata lain kita sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang sama, meskipun kita berbeda satu sama lain. Kita sama-sama anak, maka selayaknya kita hidup saling mengasihi, memperhatikan dan menghormati, sehingga ketika ada saudara kita yang miskin kita entaskan, ketika ada yang merusak lingkungan hidup kita tegor dan ingatkan dengan rendah hati, dan ketika ada yang merongrong persaudaraan atau persahabatan sejati kita dekat dalam dan dengan kasih serta rendah hati dan lemah lembut.

Sebagai anak atau ahli waris kita memiliki Roh yang sama, semangat yang sama, yang menjadi nyata dalam keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Dalam rangka mengatasi kemiskinan, lingkungan hidup yang semakin rusak dan persaudaraan yang dirongrong, hemat saya keutamaan 'penguasaan diri' memadai untuk kita hayati dan sebarluaskan. Karena ada orang-orang yang tidak dapat menguasai diri sehingga terjadi kemiskinan, perusakan lingkungan hidup maupun perongrongan persaudaraan sejati. Menguasai diri memang tidak mudah, tetapi siapapun yang dapat menguasai diri pada umumnya tidak serakah serta sikap hidup terhadap orang lain senantiasa melayani, menghormati dan memuliakan. Sebaliknya orang yang tak dapat menguasai diri maka sikap terhadap orang lain akan menindas atau menyengsarakan.

Buah penguasaan diri adalah lembah lembut, sabar dan rendah hati dan dari hatinya bersuara "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." (Bil 6:24-26). Kami berharap keutamaan penguasaan diri ini sedini mungkin dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan dan melalui teladan orangtua atau bapak-ibu.

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya,  supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu."

 (Mzm 67:2-3.5-6)

'SELAMAT TAHUN BARU 2012, DAN MARILAH HIDUP BARU SESUAI DENGAN KARISMA ATAU VISI-MISI KITA MASING-MASING"

Ign 1 Januari 2012


Kamis, 29 Desember 2011

31 des


"Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya tetapi dunia tidak mengenalNya"

(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. " (Yoh 1:1-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus, Penyelamat Dunia, telah mendunia, hadir di tengah-tengah kita, Allah menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Namun sebagaimana diwartakan oleh penginjil Yohanes tidak semua orang mengenalNya atau bahkan juga ada yang menolakNya, karena Ia tidak sebagaimana mereka impikan atau dambakan. Kiranya cukup banyak orang yang mendambakan bahwa Ia datang dengan kebesaranNya, namun Ia datang dalam kemiskinan dan kesederhanaanNya dan dengan demikian hanya mereka yang berjiwa miskin dan sederhana mampu menerima dan mengenalNya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup berjiwa miskin dan sederhana dalam hidup sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Berjiwa miskin dan sederhana antara lain berarti senantiasa dengan rendah hati terbuka terhadap segala kemungkinan dan kesempatan. Maka kami mengajak anda sekalian marilah di tahun yang akan datang ini kita dengan rendah hati terbuka terhadap segala kemungkinan dan kesempatan, terutama terbuka terhadap Penyelenggaraan Ilahi. Dengan kata lain kami berharap semoga di tahun baru yang akan datang kita sungguh hidup baru, yang ditandai oleh "penuh kasih karunia dan kebenaran".

·   "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita" (1Yoh 2:18-19). Kutipan ini mengingatkan kita agar dalam menempuh tahun 2012 yang akan datang kita sungguh hati-hati dan peka terhadap aneka godaan atau rayuan yang mengajak kita untuk berbuat jahat atau melakukan dosa. Cermati bahwa akan muncul orang-orang yang tak beriman yang berkehendak menggerogoti iman kita dengan dan melalui tawaran seperti uang/harta benda, kedudukan/jabatan atau kehormatan duniawi. Orang-orang yang bersikap mental materialistis pada umumnya dengan lembut dan halus merayu kita agar mengikuti cara hidup dan cara bertindaknya yang materialistis. Sekali lagi saya mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita berjiwa miskin dan sederhana agar tidak mudah jatuh ke dalam dosa, mengikuti keinginan mereka yang bersikap mental materialistis. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita diciptakan oleh Allah untuk memuji, menghormati, melayani dan memuliakanNya demi keselamatan jiwa kita. Dengan kata lain marilah kita lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia daripada apa-apa yang bersifat phisik dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Hendaknya memfungsikan apa-apa yang bersifat phisik seperti harta benda/uang, jabatan/kedudukan dan kehormatan duniawi sebagai bantuan atau wahana untuk lebih memuliakan, mengabdi, menghormati dan melayani Allah alias agar semakin suci, semakin beriman, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia.   

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya." (Mzm 96:11-13)

Ign 31 Desember 2011


Rabu, 28 Desember 2011

30 des


"Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat"

(Kej 15:1-6; 21:1-3; Luk 2:36-40)

" Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Luk 2:36-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Keluarga Kudus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Keluarga adalah dasar hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beriman serta menggereja, maka ketika keluarga sungguh kuat, dalam arti damai sejahtera dan selamat oleh ikatan kasih, hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, beriman dan menggereja akan dalam keadaan damai sejahtera dan selamat juga. Kanak-kanak Yesus di dalam keluarga kudus di Nasareth karena asuhan 'orangtua'Nya telah "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya". Maka dengan ini kami berharap keluarga-keluarga dapat meneladan Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yosef. Kami berharap anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah kepada orangtua/ bapak-ibu dididik dan dibersarkan dalam cintakasih dan kebebasan Injili. Dalam cintakasih berarti bapak-ibu sungguh memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, sedangkan dalam kebebasan Injili berarti bapak-ibu berfungsi sebagai penyiram sedangkan Allah-lah yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan. Dengan kata lain orangtua tidak dapat memaksa anak-anak hanya mengikuti kehendak dan keinginan orangtuanya bagi masa depan mereka, melainkan biarlah Allah sendiri yang menyentuh dan memanggilnya untuk jadi apa masa depan anak-anak. Agar anak-anak bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada mereka, hendaknya masa balita anak-anak sungguh memperoleh kasih dan perhatian orangtua yang memadai. Hendaknya tidak dengan mudah menyerahkan anak-anak balita kepada para pembantu atau kakek-neneknya, karena ada kecenderungan untuk dimanja dan dengan demikian anak-anak tidak akan tumbuh berkembang sebagaimana dikehendaki oleh Allah.

·   "TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Kej 15:5-6). Abram/Abraham adalah teladan umat beriman, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk meneladan bapa Abraham, yaitu percaya kepada firmanNya. Percaya atau beriman kepada firmanNya berarti senantiasa menghayati firman-firmanNya dalam hidup sehari-hari alias membaktikan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi. Dengan kata lain hendaknya kita tidak begitu percaya diri alias sombong, melainkan rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya". (Prof Dr Edi Sedyawati/ edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Tak jemu-jemunya saya mengutip makna rendah hati, karena rendah hati merupakan keutamaan yang utama dan pertama harus kita hayati dan sebarluaskan. Para orangtua hendaknya menjadi teladan rendah hati bagi anak-anaknya serta mendidik dan membesarkan anak-anak untuk hidup dan bertindak rendah hati. Kita juga dapat meneladan Yosef dan Maria yang rendah hati dalam mendampingi kanak-kanak Yesus. Ingatlah dan sadari bahwa anda yang berkeluarga dan dianugerahi anak-anak akan memiliki keturunan yang banyak, yang sulit anda bayangkan, maka semoga keturunan anda kelak juga hidup dan bertindak dengan rendah hati, karena mengenangkan anda yang rendah hati. Biarlah anda nanti dikenang oleh keturunan anda, sebagaimana orang mengenang bapa Abraham maupun Yosef dan Maria. Secara khusus kepada mereka yang mengenakan nama Yosef atau Maria untuk meneladan Keluarga Kudus.

"Serukanlah nama-Nya, perkenalkanlaRh perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya!" (Mzm 105:1b-6)

Ign 30 Desember 2011.


29 des


"Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang "

(1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35)

"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Luk 2:22-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini ditampilkan kepada kita tokoh Simeon, "seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan", maka ketika ia melihat Sang Penghibur Sejati, Sang Bayi Penyelamat Dunia, yang dipersembahkan di bait Allah, ia merasa berbahagia sekali dan siap sedia untuk dipanggil Tuhan karena telah bertatap muka dengan Penyelamat Dunia. Ia pun meramalkan bahwa Sang Bayi Penyelamat Dunia ini 'ditentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang", artinya kedatanganNya akan mengajak semua orang untuk berbalik kepada Tuhan. Baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri sebagai orang beriman: apakah cara hidup dan cara bertindak kita benar dan saleh seperti Simeon, sehingga juga dipanggil untuk mengajak semua orang berbalik kepada Tuhan alias bertobat, meninggalkan cara hidup dan cara bertindaknya yang amoral atau jahat. Orang benar dan saleh pasti tak takut dan tak gentar menghadapi aneka macam bentuk ketegangan atau perbantahan, karena ia akan mampu melihat karya Tuhan di dalamnya, sehingga mampu mengatasi ketegangan dan perbantahan, serta dengan demikian semua orang hidup dalam damai dan tenteram sehingga juga siap sedia berkata seperti Simeon "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu", siap sedia dipanggil Tuhan kapan saja dan dimana saja.

·    "Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup" (1Yoh 2:4-6). Kutipan dari surat Yohanes di atas ini menegaskan cara hidup dan cara bertindak orang benar dan saleh, yaitu "menuruti firmanNya, sempurna kasih Allah dan hidup seperti Kristus", alias menjadi 'alter Christi'. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita akan mengakui bahwa kita masih jauh dari itu semuanya, maka marilah dengan rendah hati kita bersama-sama mengusahakannya. Dalam kebersamaan kiranya kita akan lebih mampu menuruti firman Allah, sempurna dalam kasih Allah serta hidup seperti Yesus Kristus. Semua firman atau sabdaNya kiranya dapat dipadatkan kedalam perintah untuk saling mengasihi satu sama lain sebagaimana Allah telah mengasihi kita. Pada masa kini hemat saya yang sulit adalah dikasihi bukan mengasihi. Dikasihi artinya siap sedia diberitahu, dituntun, dikritik, ditegor, dicela, dst..,pendek kata diperkembangkan dan ditumbuhkan terus-menerus agar semakin suci dan bersahabat dengan Tuhan dan sesamanya, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Marilah dengan rendah hati kita tanggapi dan sikapi aneka macam sapaan, sentuhan, perlakuan, ajakan dst.. dari saudara-saudari kita sebagai perwujudan kasih Tuhan kepada kita. Tak mungkin orang mengritik, mengejek dan menegor kita dengan keras jika mereka tak mengasihi kita, maka hayatilah aneka kritik, ejekan dan tegoran keras sebagai kasih, kerena dengan demikian kita juga akan semakin benar dan saleh.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)

Ign 29 Desember 2011

 


28 des


"Ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya"

(1Yoh 1:5-2:2; Mat 2:13-18)

"Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." (Mat 2:13-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Kanak-Kanak Suci, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pejabat atau pemimpin yang gila akan kuasa, harta benda dan kehormatan duniawi pada umumnya tidak mau turun jabatan sebelum mati, atau bahkan ia mendewakan dirinya, memandang dirinya sebagai titisan dewa. Maka ketika mendengar katanya akan muncul tokoh baru yang akan menyingkirkannya, ia segera berusaha menghabisinya. Itulah yang terjadi dalam diri Herodes, yang 'menyuruh membunuh semua anak di Betlekem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah', ketika mendengar bahwa di Betlekem telah lahir 'Seorang Anak' yang diberitakan sebagai Mesias, Sang Raja yang akan lebih berkuasa daripadanya. Kebrutalan Herodes merajalela: semua anak usia dibawah dua tahun menjadi korban kerakusan dan keserakahannya. Anak-anak kecil yang tak berdosa telah menjadi saksi Penyelamat Dunia, itulah yang akhirnya terjadi. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan kanak-kanak suci, para martir, hari ini saya mengajak anda sekalian untuk lebih menghormati, menjunjung tinggi dan mengasihi anak-anak kecil. Ingatlah dan sadari bahwa anak-anak kecil lebih suci daripada kita, orang-orang dewasa/tua, dan dalam rangka hidup beriman atau menggereja yang lebih sucilah yang hendaknya lebih dihormati, dijunjung tinggi dan dilayani. Hendaknya kita dengan rendah hati dan kerelaan serta ketulusan hati berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak sebagai bukti kasih dan perhatian kita kepada mereka. Wujud kasih yang paling utama adalah pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, maka para orangtua maupun orang dewasa kami harapkan berani berkorban bagi anak-anak.

·   "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1Yoh 1:6-7). Kita baru saja merayakan kelahiran Yesus bersama-sama, maka kiranya kita semua "hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang". Marilah kita hayati dan wujudkan bahwa kita hidup di dalam terang, yang berarti kita senantiasa dalam keadaan baik serta berusaha menyucikan diri terus-menerus alias lebih baik dari saat ini. Dengan kata lain hendaknya kita memiliki semangat 'magis', yaitu semangat untuk senantiasa mengatasi atau mengungguli diri sendiri, mengalahkan diri terus-menerus, sehingga kita sungguh dalam terang Tuhan, senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan. Kita diharapkan senantiasa melakukan apa yang baik dan benar; apa yang disebut dan benar senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja. Hidup di dalam terang juga berarti senantiasa terbuka pada yang lain, tiada sesuatu pun yang ditutupi dari diri kita, dengan kata lain kita siap sedia untuk menelanjangi diri. Ingat bahwa suami dan isteri yang saling mengasihi berarti hidup dalam terang, ndsehingga mereka berani saling telanjang satu sama lain tanpa malu sedikitpun. Semoga pengalaman saling terbuka satu sama lain dalam ketelanjangan ketika sedang memadu kasih juga dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak lainnya, tentu saja tidak telanjang secara phisik, melainkan telanjang secara social dan spiritual. Marilah kita saling jujur, terbuka satu sama lain, sehingga terjadilah persekutuan atau persaudaraan sejati antar kita didalam kehidupan bersama.

"Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu" (Mzm 124:2-5)

Ign 28 Desember 2011


Minggu, 25 Desember 2011

27 des


"Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus "

(1Yoh 1:1-4; Yoh 20:2-8)

" Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya." (Yoh 20:2-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setelah St.Stefanus, martir pertama, hari ini kita diajak untuk mengenangkan St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil serta juga dikenal sebagai murid terkasih Yesus. Sebagai murid terkasih berarti telah menerima kasih lebih besar daripada para rasul/murid lainnya, dengan kata lain Yohanes sungguh berlimpah akan kasih. Kasih merupakan kekuatan luar biasa dalam perjalanan hidup dan panggilan kita. Orang yang sungguh merasa dikasihi pada umumnya akan hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, serta kemudian akan lebih tanggap dan cekatan dalam menghadapi aneka masalah atau tantangan, seperti Yohanes yang berlari lebih cepat daripada Petrus menuju ke kubur, tempat dimana Yesus dimakamkan, ketika mereka mendengar bahwa Yesus tidak ada lagi di tempat/makam. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri: bukankah kita telah menerima kasih dari Allah secara melimpah ruah melalui saudara-saudari kita, entah itu berupa perhatian, sapaan, sentuhan, saran, nasihat, kritik, harta benda/uang dst..yang kiranya juga masih kita terima sampai kini? Marilah kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih', agar kita pun juga cekatan dan sigap dalam menanggapi apa yang terjadi di lingkungan hidup kita. Dari Yohanes dan  injilnya kita kenal kata-kata yang sering muncul yaitu "melihat dan kemudian percaya". Marilah kita melihat dengan cermat dan teliti apa yang terjadi di lingkungan hidup kita, dan kemudian menjadi 'percaya', artinya membaktikan diri sepenuhnya demi keselamatan dan kebahagiaan lingkungan hidup di sekitar kita.

·   "Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna." (1Yoh 1:3-4). "Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga", kata-kata inilah yang kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Sebagai yang terkasih kiranya kita tidak akan tutup mulut terhadap apa yang kita lihat dan dengar dalam lingkungan hidup kita masing-masing. Tentu saja ketika kita melihat dan mendengar apa yang baik kemudian memuji atas apa yang  terjadi, sedangkan ketika melihat dan mendengar apa yang tidak baik segera tergerak untuk memperbaiki dan ketika tak mampu memperbaiki sendiri kemudian minta bantuan orang lain. Dengan kata lain apa yang kita lihat dan dengar merupakan wahana untuk membangun dan memperdalam persekutuan hidup bersama yang dijiwai oleh cintakasih. Kami berharap keutamaan melihat dan mendengarkan serta kemudian mewartakan kndepada orang lain apa yang dilihat dan didengan tersebut sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan para orangtua. Semoga segenap anggota keluarga membangun dan memperdalam persekutuan sejati, mengingat dan memperhatikan bahwa keluarga dibentuk dan dibangun oleh dan berdasarkan cintakasih. Demikian juga kami berharap kepada komunitas imam, bruder dan suster agar dapat menjadi teladan persekutuan sejati bagi komunitas-komunitas lainnya. Persekutuan atau persahabatan sejati pada masa kini mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, lebih-lebih di kota-kota besar seperti Jakarta yang masih marak dengan tawuran antar pelajar, yang menandakan kegagalan orangtua dalam mendidik dan mendampingi anak-anaknya.

"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya." (Mzm 97:1-2.5-6)

 Ign 27 Desember 2011


26 Des


"Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu"

(Kis 6:8-10; 7:54-59; Mat 10:17-22)

"Waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat" (Mat 10:17-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Stefanus, martir pertama, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Secara manusiawi kiranya kita boleh berkata bahwa kelahiran Penyelamat Dunia merupakan tanda atau petunjuk bahwa setia kepada panggilan atau tugas pengutusan memang tak akan terlepas dari aneka macam penderitaan dan ancaman (Ia dilahirkan dalam kekelaman dan kesepian serta kurang diperhatikan oleh saudara-saudariNya). Hari pertama setelah Natal kita kenangkan St Stefanus, martir pertama, yang 'dibenci semua orang oleh karena namaKu'. Stefanus karena bersama dan bersatu dengan Penyelamat Dunia alias menjadi sahabat Penyelamat Dunia harus menghadapi ancaman dan akhirnya memang dibunuh karena imannya. Kami percaya setelah hari Natal ini kiranya cukup banyak dari antara kita yang merayakan Natal dalam lingkungan keluarga, maka kami berharap dalam perjumpaan dengan anggota keluarga tidak hanya makan dan minum serta bercanda-ria saja, tetapi hendaknya  juga saling curhat dalam hal iman/pengalaman iman sesuai dengan pekerjaan maupun tempat tinggal masing-masing. Sebagai bantuan curhat saya ajukan pertanyaan: Masihkah kami setia pada nasihat, saran, petuah dan pesan orangtua sebelum kami 'disebarkan untuk bekerja dan berkeluarga'? Apakah kami semakin beriman, berbakti kepada Tuhan dengan berpartisipasi dalam menyelamatkan lingkungan hidup dan kerja kita? Bagi yang sedang atau masih belajar: apakah kami setia dalam tugas belajar dan dengan demikian semakin terampil dalam belajar?  Penghayatan rahmat kemartiran masa kini antara lain dapat kita wujudkan dalam kesetiaan pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

·   "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." (Kis 7:59), demikian doa Stefanus ketika dilempari batu serta dicemooh oleh musuh-musuhnya, menjelang kematiannya. Stefanus tidak mengeluh kesakitan, apalagi marah terhadap mereka yang membencinya, melainkan mempersembahkan diri kepada Yesus, sahabatnya. Karena kesetiaan pada iman, panggilan dan tugas pengutusan, yang mungkin pada masa kini berarti hidup dan bertindak jujur, ada kemungkinan akan mengalami kehancuran untuk sementara. Bukankah ada rumor "jujur akan hancur", tetapi hemat saya memang akan hancur untuk sementara namun akan mulia selamanya. Semakin jujur pada masa kini rasanya memang semakin hancur secara phisik, tetapi semakin tangguh dan handal secara spiritual karena aneka macam ancaman, hambatan, pelecehan dst.. dihayati sebagai wahana pendewasaan diri terus-menerus. Doa Stefanus di atas juga mengingatkan kita semua akan pentingnya pembinaan iman, moral atau spiritual bagi kita semua, maka kami berharap anak-anak sedini mungkin dididik dalam hal iman, moral dan spiritual alias agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur. Hendaknya di sekolah-sekolah juga lebih diutamakan tujuan atau cita-cita agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur. Kami percaya jika kita semua memiliki bekal atau kekuatan iman atau spiritual yang kuat, tangguh dan handal, maka kita tak akan mudah jatuh ke dalam dosa atau tindakan-tindakan amoral. Roh adalah jiwa, semangat, cita-cita atau harapan, maka apakah jiwa, semangat, cita-cita atau harapan kita sesuai dengan kehendak Tuhan.

"Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia."

(Mzm 31:3-4.6)

Ign 26 Desember 2011


Jumat, 23 Desember 2011

Hari Raya Natal

"Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"

HR NATAL : Yes 9:1-6; Tit 2:10-14; Luk 2:1-14

Pertama-tama kami ucapkan "SELAMAT NATAL", selamat merayakan hari Kelahiran Penyelamat Dunia. Bagi orang yang sehat baik secara phisik maupun spiritual kelahiran seorang anak pada umumnya sungguh membahagiakan, membuat hidup lebih ceria, bergairah dan bergembira. Secara khusus ibunya atau orangtuanya pasti akan membaktikan diri sepenuhnya bagi anak yang baru saja dilahirkan, dan demikian demikian pasti akan memiliki cara hidup dan cara bertindak baru, lebih-lebih atau terutama bagi sang ibu. Kegembiraan dan kebahagiaan akan semakin besar ketika tahu bahwa anak yang telah dilahirkan menjanjikan sesuatu yang besar, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama jiwa manusia. Yang kita rayakan kelahiranNya adalah Penyelamat Dunia, suatu pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya, maka selayaknya seluruh bangsa di dunia menyambut gembira. Marilah kita renungkan warta gembira Natal, sebagaimana diwartakan oleh para malaikat Allah.

"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." (Luk 2:10-12)

Warta Gembira Natal pertama-tama disampaikan oleh para malaikat Allah kepada para gembala domba di padang rumput. Para gembala domba dalam tata susunan social atau kemasyarakatan pada masa itu termasuk kelompok yang tersingkirkan atau kurang memperoleh perhatian. Maka warta gembira Natal bagi mereka berarti suatu pengentasan atau pengangkatan mereka sebagai manusia atau warga untuk menjadi sejajar dengan manusia atau warga lainnya, dan hal itu sungguh merupakan 'kesukaan besar' bagi mereka. Allah yang menjadi Manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa merupakan wujud solidaritas dan empati Allah kepada semua umat manusia di bumi atau semua bangsa di dunia.

Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka siapapun beriman kepadaNya hendaknya tidak takut untuk mendunia. Berpartisipasi dalam seluk beluk atau hal-ihwal duniawi pada masa kini harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan, lebih-lebih ketika dalam mendunia harus jujur dan disiplin. Beriman kepada Penyelamat Dunia berarti berpartisipasi dalam menyelamatkan bagian dunia yang tidak selamat, dimana ada bagian dunia yang tidak selamat ke situlah dipanggil untuk menyelamatkannya. Maka marilah kita lihat dan cermati lingkungan hidup kita dimana kita hidup, bekerja atau berada, dan ketika melihat sesuatu yang tidak selamat, entah itu harta benda, binatang, tanaman atau manusia, hendaknya segera diselamatkan. Sesuatu tidak selamat berarti sesuatu yang tidak sesuai pada tempatnya atau tidak lagi menjadi citra atau gambar Allah dalam cara hidup dan cara bertindaknya.  

Sang Penyelamat Dunia yang mendatangi kita lahir " dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan", dengan kata lain Ia dilahirkan dalam kesederhanaan atau kemiskinan, yang menandakan bahwa Ia juga akan hidup dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Dengan hidup sederhana dan bersemangat miskin, terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan, kita akan mampu melihat bagian dunia lingkungan hidup kita yang harus kita selamatkan atau bahagiakan. Maka beriman kepadaNya berarti juga harus hidup sederhana dan bersemangat/berjiwa miskin. Maka selanjutnya marilah kita renungkan kutipan surat Paulus kepada Titus di bawah ini. 

"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik." (Tit 2:12-14).

Keinginan-keinginan duniawi memang mengarah kepada penderitaan atau kesengsaraan selamanya, meskipun mengikuti keinginan dunia akan nikmat untuk sementara, tetapi akan menderita atau sengsara selamanya. Keinginan duniawi masa kini antara lain berupa gila akan harta benda/uang, gila akan jabatan/kedudukan dan gila akan kehormatan duniawi serta gila akan kenikmatan phisik misalnya kenikmatan seksual. Cukup memprihatinkan membaca informasi melalui internet bahwa cukup banyak PNS di Jawa Tengah yang selingkuh pada jam-jam kerja mereka. Para PNS yang seharusnya menjadi teladan baik ternyata malah menjadi batu sandungan dengan perilaku selingkuh, yang memang sungguh merusak hidup berkeluarga yang didasari cintakasih, dengan kata lain mereka melanggar atau melawan cintakasih sebagai hukum utama dan pertama dalam kehidupan bersama dimanapun.

Beriman kepada Penyelamat Dunia dipanggil untuk "meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan dunia dan supaya hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini".  Maka dengan rendah hati kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama di dunia ini dapat menjadi teladan dalam menghayati ajakan di atas ini: tidak mengikuti keinginan-keinginan duniawi serta hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam hidup sehari-hari di dunia sekarang ini. Memang peran keluarga pada masa kini cukup penting dalam kehidupan bersama: hidup berkeluarga adalah dasar hidup bermasyarakat dan beragama atau beriman. Orang-orang atau pribadi-pribadi bijaksana, adil dan beribadah pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga baik, beriman dan senantiasa dalam keadaan bahagia dan damai sejahtera.

Kelahiran seorang anak dalam keluarga berarti kedatangan pihak ketiga di antara suami dan isteri. Anak adalah anugerah Allah, maka kelahiran seorang anak  juga berarti kelahiran atau kehadiran Allah dalam keluarga, dalam relasi antara suami dan isteri. Bagi suami dan isteri dengan kelahiran seorang anak pasti akan berkata seperti Yesaya ini, yaitu "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." (Yes 9:1). Sang Penyelamat Dunia telah lahir dan datang di tengah-tengah kita, maka selayaknya kita pun akan menghayati sapaan Yesaya di atas: Rtidak ada sesuatu pun yang dapat ditutupi atau disembunyikan. Maka kepada mereka yang masih hidup atau 'berjalan di dalam kegelapan' kami ajak untuk segera keluar dari kegelapan. Dengan kata lain mereka yang suka berbohong hendaknya segera hidup jujur, yang suka bersandiwara dalam kehidupan kami harapkan segera membuka topeng kehidupan tersebut dan menghadirkan diri apa adanya sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, dst..

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya." (Mzm 96:1-3.11-13)

"SELAMAT NATAL DAN BERBAHAGIA BERSAMA"

Ign , 25 Desember 2011

Note: saksikan Metro TV pk 19.05 wib (siaran sekitar Seminari Mertoyudan)

 


24 des


"Engkau akan disebut nabi Allah yang mahatinggi"

(2Sam 7:1-5.8b-12.16; Luk 1:67-79)

" Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera." (Luk 1:67-79), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Nubuat Zakharia di atas ini menjadi bagian Ibadat harian para anggota lembaga hidup bakti dan klerus sebagai Kidung Zakharia, yang didoakan dalam ibadat pagi. Nubuat Zakharia juga diwartakan hari menjelang hari raya Natal. Kelahiran Penyelamat Dunia, Allah yang "melawat umatNya dan membawa kelepasan baginya". Kidung Zakharia menjadi bagian dari doa/ibadat pagi kiranya merupakan suatu ajakan untuk menghayati bahwa selama sepanjang hari hendaknya kita percaya bahwa "Allah melawat umatNya dan membawa kelepasan". Dengan kata lain hendaknya kita tidak takut memasuki atau mengarungi hari ini dalam menghadapi aneka tugas atau pekerjaan yang mungkin juga sarat dengan tantangan, hambatan dan masalah. Marilah kita imani dan hayati bahwa Allah "mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera", yang berarti kita sikapi masa depan atau apa yang ada dihadapan kita dengan penuh harapan, ceria, gairah dan dinamis karena damai sejahtera ada di hadapan kita. Dari pihak kita memang juga dituntut kesediaan diri total untuk mau diarahkan oleh Allah dalam kondisi dan situasi apapun. Selain menghadapi hari ini dengan semangat kidung Zakharia kiranya kutipan dari Kitab Ratapan ini juga baik kita pegang teguh dalam memasuki hari baru , yaitu "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Rat 3:22-23). Tuhan setia pada janjiNya untuk mendatangi kita dengan menjadi manusia hina seperti kita kecuali dalam hal dosa untuk membebaskan kita semua dari penindasan setan atau kejahatan. Marilah kita tanggapi kesetiaan Tuhan dengan hidup setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, agar damai sejahtera menjadi nyata dalam diri kita maupun kehidupan bersama kita dimana pun dan kapan pun.

·    "Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau." (2Sam 7:3), demikian kata nabi Natan kepada raja Daud. Apakah yang terkandung dalam hati kita masing-masing pada saat ini, saat menantikan pesta Natal yang akan segera tiba? Kami percaya dalam hati kita masing-masing terkandung dambaan suci akan hidup dalam damai sejahtera, maka marilah kita wujudkan dambaan tersebut dengan bantuan rahmat Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Dengan penyertaan atau pendampingan Tuhan kita pasti akan mampu mewujudkan damai sejahtera yang menjadi dambaan kita semua. Damai sejahtera sejati memang ada di dalam hati, jika hati kita sungguh dalam keadaan damai sejahtera maka secara otomatis lingkungan hidup kita juga akan damai sejahtera. Hati adalah pusat hidup dan jati diri manusia, sebagaimana dari Hati Yesus Yang Mahakudus ketika ditusuk tombak mengalir 'air dan darah segar', symbol kehidupan dan keselamatan, maka semoga dari hati kita pun juga keluar atau menghasilkan kehidupan dan keselamatan yang didambakan oleh semua orang. Dengan kata lain marilah kita berusaha dengan keras dan rendah hati dalam hidup dan bertindak agar cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan kehidupan dan keselamatan sejati, terutama kehidupan dan keselamatan jiwa manusia. "Tuhan menyertai engkau", kata-kata inilah yang hendaknya senantiasa menjadi pegangan atau pedoman hidup kita, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita hanya melakukan kehendak dan perintah Tuhan.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun." (Mzm 89:2-5)

Ign 24 Desember 2011


23 Des


"Namanya adalah Yohanes"

(Mal 3:1-4; 4:5-6; Luk 1:57-66)

"Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia." (Luk 1:57-66), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catataan sederhana sebagai berikut:

·   Waarta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua akan pentingnya merubah gaya hidup demi keselamatan atau kebahagiaan kita. Kita semua dapat merubah atau memperbaharui gaya hidup kita dengan merubah pikiran kita. Dalan tradisi anak laki-laki yang baru saja dilahirkan harus diberi nama seperti nama ayahnya, demikian seharusnya anak yang dilahirkan oleh Elisabeth harus diberi nama Zakharias seperti ayahnya, sebagaimana juga berlaku di suku-suku tertentu di Indonesia. Namun ternyata sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan ia tidak diberi nama Zakharias, melainkan Yohanes. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal nama yang dikenakan kepada kita, lebih-lebih atau terutama yang telah mengganti nama, entah itu imam, bruder, suster atau suami-isteri. Kami percaya nama baru yang kita kenakan tidak datang begitu saja, tetapi cukup lama dipikirkan dan direnungkan serta kemudian diputuskan. "Menjadi apakah anak ini nanti", demikian pertanyaan banyak orang terhadap nama anak yang baru saja dilahirkan Elisabeth. "Tangan Tuhan menyertai dia", maka anak itu akan tumbuh berkembang sesuai dengan kehendak atau panggilan Tuhan. Kami percaya sebagai orang beriman kita juga disertai oleh Tuhan, maka marilah kita konsekwen atau konsisteen perihal nama yang dikenakan pada kita masing-masing. Hendaknya kita hidup dan bertindak sesuai dengan dambaan, harapan atau impian yang muncul menjelang nama dikenakan pada diri kita masing-masing. Mungkin sebagai anak kita hanya sekedar menerima nama dari orangtua kita masing-masing, maka marilah dengan rendah hati kita bertanya kepada orangtua kita perihal dambaan, kerinduan dan impian terhadap diri kita masing-masing.

·   " Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam" (Mal 3:1). Kutipan ini kiranya dapat kita kenakan pada diri kita masing-masing. Seperti Yohanes dilahirkan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia, demikian juga kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Persiapan merupakan sesuatu yang penting, jika kita mendambakan kesuksesan segala sesuatu yang kita impikan, cita-citakan, dambakan dan rencanakan , hendaknya kita sungguh mempersiapkan semuanya dengan sebaik dan seoptimal mungkin. Hidup ini adalah suatu persiapan untuk dipanggil Tuhan, dimana kita akan berhadapan dengan Tuhan secara pribadi; kita siap untuk dipanggil Tuhan jika kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Dalam keadaan, kondisi dan situasi apapun kita hendaknya senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan, senantiasa berkehendak dan melakukan apa yang benar, mulia, luhur dan baik. Dengan kata lain hendaknya kita setia pada dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh janji yang pernah kita ikrarkan. Para pelajar atau mahasiswa hendaknya setia belajar, para pekerja hendaknya setia bekerja, yang sedang mencinta hendaknya setia saling mencintai dst.. Secara khusus kami mengingatkan anda semua: siapkah kita untuk merayakan pesta kelahiran Penyelamat Dunia yang segera akan tiba? Siapkah kita didatangi oleh Tuhan kapan pun dan dimana saja?

"TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya" (Mzm 25:8-10)

Ign 23 Desember 2011


Selasa, 20 Desember 2011

22 Des


 "Jiwaku memuliakan Tuhan"

(!Sam 1:24-28; Luk 1:46-56)

" Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,8 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya." (Luk 1:46-56), demikian kutipan Warta Genbira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setelah menerima pujian dari Elisabeth, Maria tidak menjadi sombong melainkan semakin rendah hati serta kemudian mendaraskan Kidung Magnificat, yang antara lain pada masa kini menjadi bagian dari Ibadat Harian para anggota lembaga hidup bakti maupun klerus serta doa harian bagi para anggota Legia Mariae. Maria adalah teladan umat beriman, maka secara khusus kami berharap agar para anggota lembaga hidup bakti maupun klerus dapat menjadi teladan dalam kerendahan hati seperti Maria. Dalan Kidung Magnificat kerendahan hati antara lain dihayati sebagai penghayatan iman bahwa Allah Yang Mahakuasa telah melakukan karya-karya agung dalam hambaNya yang hina dina. Karya-karya agung Allah dalam diri kita antara lain berupa kesehatan, kepandaian/kecerdasan, keterampilan, kecantikan, ketampanan dan segala  sesuatu yang baik, indah, mulia dan luhur dalam diri kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Maka marilah dengan rendah hati kita imani dan hayati bahwa semua yang baik, luhur, mulia, indah, menarik, mempesona dan memikat dalan diri kita adalah karya agung Allah. Dengan kata lain kepada siapapun yang merasa diri pandai, cerdas,  kaya, cantik, tampan, baik, menarik, mempesona dan menawan hendaknya tidak menjadi sombong, melainkan rendah hati. Mereka yang sombong, angkuh atau senang pamer diri pasti akan dijungkirbalikkan dan dengan demikian akan menderita atau celaka selama-lamanya. Sebagai umat beriman kita juga diingatkan bahwa kita adalah keturunan Abraham, bapa umat beriman, maka baiklah jika kita juga membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, agar dengan demikian kita juga siap sedia untuk menyambut kedatanganNya di hari Natal yang semakin mendekat ini. Kidung Magnificat kiranya juga merupakan ajakan bagi kita semua untuk hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya atau memboroskan waktu, tenaga maupun hata benda tiada guna.

·    "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN. Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN" (1Sam 1:26-28), demikian doa Hana atas kelahiran anaknya, sebagai anugerah Tuhan. Anak adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya juga dipersembahkan kembali kepada Tuhan, terserah kehendak Tuhan aas anak yang telah dianugerahkan. Dengan kata lain doa Hana di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar anak-anak sungguh mengikuti kehendak atau panggilan Tuhan, karena Ia juga yang menganugerahi pertumbuhan, sedangkan tugas orangtua maupun para guru/pendidik yang membantu mendidik orangtua dalam mendidik anak-anak mereka adalah 'menyiram' (merawat sedemikian rupa sebagai pekerja sama Tuhan dalam menganugerahi pertumbuhan). Pada masa kini panggilan untuk menjadi imam, bruder maupun suster sungguh memprihatinkan baik dalam hal kwalitas maupun kwantitas, maka kami berharap kita semua berusaha untuk berpartisipasi dalam menyuburkan panggilan. Untuk itu anak-anak hendaknya dirawat atau disirami sedemikian rupa sehingga memiliki kepekaan terhadap yang lain, tunbuh dan berkembang 'to be man/woman for/with others'. Cirikhas perawatan atau penyiraman yang baik dan benar adalah dijiwai oleh cintakasih dan kebebasan Injili, jauhkan dari aneka macam bentuk pemanjaan pada anak-anak. Fungsikan sedini mungkin anak-anak demi keselamatan lingkungan hidupnya sesuai dengan perkembangan kepribadian dan kedewasaan anak-anak. Kaderisasi itulah yang hendaknya kita usahakan; seorang kader sejati adalah fungsional menyelamatkan lingkungan hidupnya dimana pun dan kapan pun, lebih-lebih dan terutama demi keselamatan jiwa manusia. Marilah kita sadari bahwa yang akan kita sambut kedatanganNya adalah Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia; beriman kepadaNya berarti berpartisipasi dalam penyelamatan dunia, dimana ada bagian dunia yang tidak selamat harus menyelamatkan, dan untuk itu harus sungguh mendunia/membumi.

"Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu. Busur pada pahlawan telah patah, tetapi orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan. Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya, menjadi layu. TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga." (1Sam 2:1.4-7)

Ign 22 Desember 2011. "Selamat hari Ibu" -> "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia"


21 Des


"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu."

(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)

" Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:39-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kepada kita ditampilkan atau dikisahkan dua perempuan yang penuh Roh Kudus serta memperoleh kasih karunia Allah saling bertemu dan menyapa: Maria mengunjungi Elisabeth, yang muda mendatangi yang lebih tua. Pertama-tama bertemu memberi salam, dan kiranya kebiasaan memberi salam ini juga sering kita lakukan setiap hari setiap kali kita bertemu dengan orang lain, entah secara langsung atau tidak langsung, misalnya dengan tilpon atau HP atau surat. Salam berarti selamat, maka saling memberi salam berarti saling menyelamatkan dan membahagiakan serta saling memuji. Elisabeth ketika mendengar salam dari Maria melonjaklah anak yang ada di rahimnya, sehingga ia berkata kepada Maria "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu…Dan berbahagilah ia, yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana". Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk mawas diri: apakah setiap kali kita memberi salam kepada saudara-saudari kita, apakah hal itu kita lakukan sekedar basa-basi atau formalitas belaka atau sungguh keluar dari lubuk hati kita yang terdalam, sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas kasih karunia Allah yang telah kita terima secara melimpah ruah? Lebih-lebih dan terutama kepada rekan-rekan kaum perempuan kami ajak untuk saling menyapa "Diberkatilah buah rahimmu", yang berarti senantiasa menghayati kelahiran anak sebagai berkat atau kasih karunia Allah, dan kemudian membesarkan dan mendidik anak dalam kasih karunia Allah juga atau dengan penuh kerahiman

·   "Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit.Kekasihku serupa kijang, atau anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi. Kekasihku mulai berbicara kepadaku: "Bangunlah manisku, jelitaku, marilah! Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. Di ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur terdengar di tanah kita. Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah! Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu" (Kid 2:8-14). Kutipan dari Kidung Agung di atas ini kiranya baik menjadi bahan permenungan bagi siapapun yang hidup saling mengasihi, lebih-lebih dan terutama bagi para suami dan isteri yang telah berjanji untuk saling mengasihi satu sama lain baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. "Manisku, jelitaku", kata-kata ini selayaknya dikatakan oleh suami kepada isterinya dan sebaliknya. Hendaknya dalam situasi atau kondisi apapun, baik suami maupun isteri, saling menyikapi dan menghayati pasangan hidupnya sebagai yang manis dan jelita, dan dengan demikian pasangan hidupnya senantiasa menarik, menawan, memikat dan mempesona. Tentu saja sikap dan penghayatan macam itu hendaknya juga menjadi milik semua umat beriman: saling memuji, menghormati, mengabdi dan memuliakan, sebagaimana manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, mengabdi dan memuliakan Tuhan Allah yang telah menciptakannya. Tentu saja hal itu juga mengandaikan kita semua senantiasa dalam keadaan manis, tidak hanya secara phisik tetapi juga secara spiritual, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menarik, mempesona, memikat dan menawan bagi siapapun yang melihat kita atau hidup dan bekerja bersama dengan kita.

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya" (Mzm 33:2-3.20-21)

Ign 21 Desember 2011


20 Des



"Engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah"

(Yes 7:10-14; Luk 1:28-38)

"Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia" (Luk 1:28-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setelah Elisabeth menerima kasih karunia Allah, pada hari ini kita diajak mengenangkan SP Maria yang "beroleh kasih karunia Allah" untuk menjadi ibu Penyelamat Dunia, yang kita nantikan kedatanganNya. Menanggapi kasih karunia atau panggilan Allah untuk menjadi ibu Penyelamat Dunia, Maria menjawab "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita juga telah menerima kasih karunia atau rahmat Allah secara melimpah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan atau mengasihi kita dengan berbagai cara dan bentuk. Hendaknya disadari dan dihayati bahwa aneka macam sapaan, perlakuan, sentuhan dari saudara-saudari kita sungguh merupakan kasih karunia Allah kepada kita yang lemah, rapuh dan berdosa. Maka selayaknya kita juga meneladan Maria yang rendah hati dan taat dalam menanggapi kasih karunia Allah, antara lain secara konkret hidup saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk meneladan SP Maria, yang menyatakan dan menghayati diri sebagai hamba Tuhan dan senantiasa melaksanakan kehendak Tuhan dalam hidup sehari-hari. Kehendak Tuhan antara lain menggejala dalam diri orang-orang yang berkehendak baik, maka marilah kita dengan rendah hati mendengarkan suara, nasihat, kritik, saran dst..dari saudara-saudari kita yang berkehendak baik, dan selanjutnya kita hayati atau laksanakan. Kita sikapi dan hayati semua yang berasal dari saudara-saudari kita yang berkehendak baik sebagai kasih karunia Tuhan Allah kepada kita manusia yang lemah, rapuh dan berdosa ini.

·   "Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (Yes 7:14), demikian kata ramalan nabi Yesaya perihal kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia telah lama dijanjikan oleh Allah kepada umat manusia yang percaya kepadaNya, dan setiap kali hal itu diingatkan atau diangkat kembali oleh para nabi, yang mempersiapkan umatnya atau bangsanya dalam rangka menyambut kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Sejak memasuki masa Adven kita juga diajak dan diingatkan untuk mempersiapkan diri dalam rangka merayakan Natal, Pesta kelahiran Penyelamat Dunia. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan anda sekalian: sudah sungguh siapkah kita merayakan Natal, Kelahiran Penyelamat Dunia, Pembawa Damai Sejahtera, persaudaraan dan persahabatan sejati? Dengan kata lain apakah dari pihak kita sendiri juga telah  mengusahakan dan membangun persaudaraan dan persahabatan sejati antar kita dalam hidup dan kerja bersama kapan pun dan dimana pun? Yang akan kita sambut juga akan dinamai Imanuel, yang berarti Allah beserta atau menyertai kita. Benarkah dan siapkah kita disertai Allah dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, sehingga mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai  dengan kehendak Allah, yang menghayati diri sebagai hamba-hamba Allah dan senantiasa mengusahakan damai sejahtera dalam cara hidup dan carnda bertindak?

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan"

 (Mzm 24:1-4b)

Ign 20 Desember 2011