Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 06 Januari 2011

8 jan - 1Yoh 5:14-21; Yoh 3:22-30

"Ia harus makin besar tetapi aku makin kecil"
(1Yoh 5:14-21; Yoh 3:22-30)

"Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi  sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yoh 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

•       Rendah hati itulah keutamaan yang terutama dan dihayati oleh Yohanes Pembaptis. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain,ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Maka baiklah kami mengajak kita semua umat beriman untuk menghayati keutamaan rendah hati ini di dalam cara  hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun. Dalam hidup bersama masa kini sering masih diwarnai pertengkaran atau saingan yang tidak sehat perihal siapa yang terbesar dalam kebersamaan. Sebagai umat katolik kami mengajak anda untuk mendukung sikap mental para gembala kita, para uskup, yang senantiasa menyatakan dan mengusahakan diri sebagai hamba yang hina dina serta menghayati fungsinya atau
 jabatannya sebagai pelayanan. Marilah kita hidup dan bertindak saling melayani, saling membahagiakan dan menyelamatkan. Kami berharap juga kepada para orangtua atau atasan atau generasi tua dapat menjadi teladan penghayatan rendah hati, antara lain dengan rendah hari berusaha untuk membahagiakan anak-anak, bawahan atau generasi muda. Berilah kesempatan dan kemungkinan kepada anak-anak, bawahan atau generasi muda untuk berfungsi seoptimal mungkin dalam kehidupan bersama.

•       "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala." (1Yoh 5:21), demikian peringatan Yohanes. Berhala-berhala modern masa kini antara lain berupa harta benda/uang, pangkat, kedudukan/jabatan dan aneka bentuk kenikmatan dalam hal makan-minum, seks dst… Yang paling mencolok dan menghinggapi banyak orang hemat saya adalah 'uang': uang menjadi raja dalam aneka kehidupan bersama, sebagaimana sering kita dengar dalam pemecahan aneka masalah atau persoalan dengan istilah "UUD" (Ujung-ujungnya duwit/uang). Uang memang dapat menjadi jalan ke neraka atau ke sorga, dan kita semua dipanggil untuk memfungsikan uang sebagai jalan ke sorga. Untuk itu hendaknya memfungsikan uang sesuai dengan maksud pemberi ('intentio dantis'). Secara khusus kami serukan kepada mereka yang bertanggungjawab dalam hal keuangan organisasi, lembaga, paguyuban dst.. untuk tidak melakukan korupsi sedikitpun. Ingat sudah cukup banyak koruptor yang telah menyengsarakan
 banyak orang, menyita dan memboroskan waktu dan tenaga banyak orang tanpa perlu. Pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan para orangtua/bapak-ibu untuk menjadi teladan dalam pengelolaan atau pemfungsian uang yang benar dan baik bagi anak-anaknya. Hidup sederhana akan mendukung pengelolaan atau pemfungsian uang yang baik dan benar, maka jauhkan aneka bentuk hidup berfoya-foya atau pesta pora yang tidak perlu. Kami juga berharap kepada para pejabat pemerintahan di tingkat dan bidang apapun dapat menjadi teladan kesederhanaan dalam cara hidup dan cara bertindak. Hidup dan bertindak jujur, disiplin, teratur, sederhana dan tidak korupsi hemat saya merupakan salah satu  penghayatan kenabian atau kemartiran iman kita masa kini. Salah satu bentuk preventif kiranya dapat dilakukan atau diusahakan di sekolah-sekolah dengan diberlakukan 'dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian'.

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan. Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka!" (Mzm 149:1-5)

Jakarta, 8 Januari 2011





Rabu, 05 Januari 2011

7Jan - 1Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16

"Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya."

(1Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16)

 

"Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa." (Luk 5:12-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kitab suci orang sakit berarti berdosa atau menjadi korban pendosa, apalagi mereka yang menderita sakit kusta sungguh diperhitungkan sebagai pendosa berat atau korban pendosa berat. Dalam warta gembira hari ini seorang yang menderita penyakit kusta disembuhkan oleh Yesus dengan sabdaNya "Aku mau, jadilah engkau tahir". Yesus memang penuh kuat kuasa, demikian pula sabda-sabdaNya. Bercermin dari kisah penyembuhan di atas kami mengajak anda sekalian untuk menyadari diri sebagai yang sedang menderita sakit sebagaimana dialami si penderita penyakit kusta atau meneladan Yesus yang menyembuhkan mereka yang sedang menderita sakit. Pertama-tama marilah kita menyadari dan menghayati diri sebagai yang sakit atau berdosa: jika kita menghendaki sembuh maka harus ada kehendak dan kemauan dari diri kita sepenuhnya untuk siap sedia disembuhkan. Maka baiklah kita dengarkan dengan rendah hati aneka macam nasihat atau saran yang disampaikan kepada kita agar sembuh. Ada kemungkinan kita juga dapat meneladan Yesus. Hemat saya agar kita dapat menjadi penyembuh kita juga harus dapat mendengarkan dengan baik, apalagi bagi mereka yang sedang sakit hati. Pengalaman saya dengan menjadi pendengar yang baik sering sudah menjadi obat penyembuhan yang sangat berarti. Dengan kata lain baik menghayati diri sebagai yang sakit/berdosa maupun penyembuh harus memperdalam dan memperkuat keutamaan mendengarkan. Keutamaan mendengarkan merupakan keutamaan yang sungguh fungsional dalam proses pendidikan, pembinaan maupun penyembuhan, maka baiklah anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina perihal keutamaan mendengarkan ini.


·   "Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran." (1Yoh 5:6). Air, darah dan Roh merupakan inti kehidupan: orang kekurangan air dapat menderita atau sakit, apalagi orang yang berkekurangan darah. Mayoritas dari tubuh kita adalah air. Agar kita dapat hidup sehat wal'afiat, damai sejahtera lahir dan batian, phisik dan spiritual, maka kita harus menyatukan air, darah dan Roh tersebut: Roh menghidupkan, darah menggairahkan dan air menyegarkan serta menggerakkan. Pertama-tama kami mengajak anda sekalian untuk minum air putih secukupnya setiap hari, minuman yang murah meriah. Untuk menjaga kesehatan darah hendaknya mengkonsumsi makanan sesuai dengan pedoman  'empat sehat, lima sempurna', mengkonsumsi makanan yang sehat dan makanan yang sehat belum tentu nikmat di lidah, bahkan cukup banyak makanan yang nikmat sering tidak sehat. Jika kita memiliki tubuh yang sehat, maka dengan mudah kita memperdalam dan memperkembangkan kehidupan spiritual atau rohani. Maka kami berharap kita semua mengusahakan dan mempertahankan tubuh kita tetap sehat wal'afiat dan segar bugar sebagai tanda bahwa Allah sungguh hidup dan berkarya di dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Keteraturan dalam pola hidup, makan dan minum sungguh dibutuhkan dalam rangka mengusahakan dan mempertahankan tubuh yang sehat dan segar bugar, maka hendaknya masing-masing dari kita dapat mengatur diri dengan baik dalam hal hidup, makan, kerja, istirahat dst.. Memang mengatur diri tidak mudah, tetapi jika kita dapat mengatur diri dengan baik, maka kita juga dapat mengatur orang lain dengan baik. Sebaliknya jika kita tidak dapat mengatur diri maka juga tak mungkin mengatur orang lain, mengatur orang lain berarti mengacau dan menyakitkan.

 

"Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari" (Mzm 147:12-15)

 

Jakarta, 7 Januari 2011


6 jan - 1Yoh 4:19-5:4; Luk 4:14-22a

"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

(1Yoh 4:19-5:4; Luk 4:14-22a)

 

"Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya," (Luk 4:14-22a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang hidup dan dijiwai oleh Roh Kudus pada umumnya tanggap dan cepat bertindak untuk melakukan sesuatu yang membuat lingkungan hidup lebih baik, nyaman, indah, menarik dan memikat. Ketika ia melihat apa yang tidak baik atau tidak beres maka dengan segera ia memperbaiki atau membereskannya, tanpa menunggu perintah orang lain serta tidak mencari muka. Demikianlah yang terjadi dengan Yesus di Nazaret, tempat ia dibesarkan, ketika membacakan kutipan dari Kitab nabi Yesaya dan mengakhirinya dengan bersabda "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya". Nas yang dibacakan oleh Yesus adalah kabar gembira atau kabar baik: kabar baik bagi yang miskin, pembebasan bagi yang tertawan, penglihatan bagi yang buta, pembebasan yang tertindas dan berita perihal tahun rahmat Tuhan. Sebagai orang-orang yang percaya kepadaNya kita dipanggil untuk berbuat yang sama, meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Maka marilah kita lihat dengan cermat, teliti dan tekun lingkungan hidup kita masing-masing serta ketika ada sesuatu yang tidak baik atau tidak beres segera kita perbaiki atau bereskan: yang kotor kita bersihkan, yang amburadul kita atur, yang tidak tertib kita tertibkan, yang tertekan kita bebaskan, yang sakit kita sembuhkan, dst… Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun serta kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa membuat lingkungan hidup semakin baik, menarik dan memikat. Kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada hendaknya tidak menjadi beban bagi orang lain, melainkan pembamtu bagi orang lain. Maka pertanyaan refleksi secara sederhana adalah "Kita mau membantu atau mengganggu".


·   "Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1Yoh 4:20-21), demikian peringatan Yohanes kepada kita semua. Mengasihi Allah memang tak dapat dipisahkan dengan mengasihi sesama atau saudara, atau mengasihi Allah harus menjadi nyata dalam mengasihi sesamanya. Maka jika kita mengakui diri sebagai orang beriman, orang yang membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah berarti kita bersahabat dengan siapapun dan apapun, dengan  semua ciptaan Allah di bumi ini, terutama dan pertama-tama dengan sesama manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri: apakah saya masih membenci seseorang, baiklah kita dengan rendah hati berdamai dengannya. Selain secara pribadi hendaknya juga mawas diri sebagai kelompok, suku atau bangsa: marilah kita galang, perteguh dan kembangkan persaudaraan atau persabatan sejati antar kelompo, suku atau bangsa. Aneka perbedaan yang ada di antara kita hendaknya menjadi daya tarik dan daya pikat untuk saling mengenal dan mendekat, serta kemudian bersahabat. Segala sesuatu yang dapat menimbulkan dan menumbuh-kembangkan kebencian, iri hati, permusuhan hendaknya disingkirkan. Kami secara khusus mengingatkan mereka yang berpandangan fanatik sempit, yang senantiasa memutlakkan diri sebagai yang benar serta memperlakukan orang lain sebagai yang salah dan jahat, bahkan merasa dirinya benar kemudian menyakiti yang dianggap salah dengan aneka macam bentuk kekerasan.

   

"Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya. Kiranya dipersembahkan kepadanya emas Syeba! Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari! Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia."

 (Mzm 72:14-15.17)

Jakarta, 6 Januari 2011


Selasa, 04 Januari 2011

5 Jan - 1Yoh 4:11-18; Mrk 6:45-52

"Aku ini jangan takut"

(1Yoh 4:11-18; Mrk 6:45-52)

 

"Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil." (Mrk 6:45-52), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berbagai tantangan, masalah, hambatan atau tugas pekerjaan berat sering membuat kita was-was atau takut menghadapinya; kita takut jika gagal dan dengan demikian hancurlah diri kita. Warta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita untuk melihat dan mengimani kehadiran serta karya Tuhan dalam aneka peristiwa, masalah, tantangan atau hambatan yang ada di depan kita. "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" demikian sabda Yesus kepada para murid yang ketakutan ketika dalam pelayaran di danau mereka di ombang-amibingkan ombak. Mereka takut karena hati mereka degil atau kerdil. Kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari antara lain dapat kita lihat dan imani dalam apa atau siapa yang baik, indah, luhur dan mulia atau dalam diri sesama kita yang berkehendak baik. Kami percaya bahwa yang baik, indah, luhur dan mulia lebih banyak daripada yang tidak baik, kotor, amburadul atau jorok/jahat. Pertama-tama marilah kita mawas diri kita masing-masing bahwa masing-masing dari kita adalah juara atau pemenang, yang telah mengalahkan saingan berjumlah jutaan lainnya (ingat ada juta sel/sperma yang berebut satu telor dan hanya satu yang menang, akhirnya bersatu dengan telor dan jadilah anak manusia, antara lain diri kita masing-masing). Dengan kata lain hendaknya masing-masing dari kita juga senantiasa berkehendak baik, karena dengan demikian berarti kita bersama dan bersatu dengan Tuhan: bersama dan bersatu dengan Tuhan kita mampu mengalahkan atau mengatasi aneka macam hambatan, masalah, tantangan atau pekerjaan berat.


·   "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1Yoh 4:18), demikian peringatan atau kesaksian Yohanes. Masing-masing dari kita adalah kasih atau yang terkasih, dan hanya dapat tumbuh serta berkembang sebagaimana adanya saat ini karena dan oleh kasih. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan, kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan". Dalam diri kita hendaknya jangan ada ketakutan sedikitpun. Orang yang takut pada umumnya rentan terhadap aneka macam jenis virus atau penyakit dan dengan demikian mudah jatuh sakit. Dengan kata lain mereka yang mudah jatuh sakit hemat saya ada ketakutan di dalam dirinya, entah takut dilecehkan, takut kurang diperhatikan, takut kehilangan sesuatu dst.. Jika kita takut, maka kinerja syaraf dan metabolisme darah dalam keadaan prima, sehingga otak sadar kita baik adanya alias encer atau segar, sehingga dapat memerintahkan otak bawah sadar kita dengan baik. Otak bawah sadar kita tebentang dalam seluruh anggota tubuh kita, dan senantiasa mentaati perintah otak sadar atau pikiran kita. Maka baiklah hendaknya kita senantiasa memikirkan apa yang baik, indah, luhur dan mulia, sehingga anggota-anggota tubuh kita melakukan apa yang baik, indah, luhur dan mulia. Untuk mengokohkan atau memperteguh kasih dan ketidak-takutan kita, marilah kita imani pendampingan Tuhan melalui malaikat-malaikatnya, malaikat pelindung yang senantiasa melindungi dan menyertai dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi. Dalam kasih dan ketidak-takutan kita akan dapat berpikir luas serta kemudian dengan jernih dapat menentukan apa yang sebaiknya harus kita lakukan. Kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hidup saling mengasihi serta tidak takut terhadap apapun atau siapapun di dalam hidup sehari-hari. Biarlah anak-anak belajar mengasihi dan tidak takut menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan dari orangtua atau bapak-ibu.

 

"Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin" (Mzm 72:10-13).

Jakarta, 5 Januari 2011


Minggu, 02 Januari 2011

4Jan - 1Yoh 4:7-10; Mrk 6:34-44

"Mereka semuanya makan sampai kenyang."

(1Yoh 4:7-10; Mrk 6:34-44)

 

"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki." (Mrk 6:34-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Peristiwa penggandaan roti dan ikan dalam warta gembira hari ini melambangkan 'tubuh dan darah Kristus' atau komuni kudus yang kita terima setiap kali kita berpartipasi dalam Perayaan Ekaristi. Dengan menerima komuni kudus tersebut berarti kita disatukan dengan Yesus Kristus dan dengan demikian kita juga dipanggil untuk meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, antara lain membagikan sebagian harta benda atau kekayaan kita kepada saudara-saudari kita, terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan alias sungguh membutuhkan. Dengan kata lain kita dipanggil untuk hidup sosial, dan sebagai warga Negara Indonesia menghayati dan menyebarluaskan sila kelima dari Pancasila, yaitu 'Keadilan sosial bagi seluruh bangsa'. Maka dengan ini kami berharap terutama kepada para pejabat atau petinggi pemerintahan untuk sungguh memperhatikan kesejahteraan warganya. Tanda keberhasilan seorang pemimpin atau atasan antara lain warganya atau anggotanya hidup damai sejahtera, tidak ada yang berkekurangan lagi, maka selama masih ada warga atau anggota yang berkekurangan berarti sang pemimpin atau atasan kurang menghayati fungsinya dengan baik. Tentu saja kami juga berharap kepada kita semua untuk mengorbankan sebagian kekayaan atau harta benda kita kepada mereka yang menderita, miskin dan berkekurangan atau saudara-saudari kita yang menjadi korban bencana alam.


·   "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1Yoh 4:7-8). Masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih, dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya ini karena kasih Allah yang telah kita terima melalui saudara-saudari kita yang telah berbuat baik kepada kita, yang hidup atau bekerja bersama dengan kita. Semua yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah kasih karunia Allah, maka baiklah kita hayati peringatan atau ajakan Yohanes di atas "marilah kita saling mengasihi". Sekali lagi kami berharap kepada para bapak-ibu atau suami-isteri dapat menjadi teladan hidup saling mengasihi, sebagaimana telah dijanjikan ketika mengawali hidup sebagai suami-isteri untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Kita hayati atau wujudkan iman kita kepada Allah dengan hidup saling mengasihi dimanapun dan kapanpun. Setiap dari kita adalah kasih maka bertemu dengan siapapun berarti kasih bertemu dengan kasih, maka secara otomatis selayaknya saling mengasihi. Barangsiapa tidak mengasihi tidak mengenal Allah, demikian peringatan Yohanes. Proses pendidikan atau pendampingan dimanapun dan kapanpun, entah formal atau informal, hendaknya dijiwai oleh kasih. Kasih itu bebas artinya tanpa batas, sedangkan kebebasan dibatasi oleh kasih. Dengan kata lain kita dapat berbuat apapun asal tidak melecehkan harkat martabat manusia. Dimana ada pelecehan harkat martabat manusia berarti tidak ada kasih.

 

"Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin,"

(Mzm 72:2-3.4ab)

 

Jakarta, 4 Januari 2011


3 jan - 1Yoh 3:23-4:6; Mat 4:12-17.23-25

"Ia melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu"

(1Yoh 3:23-4:6; Mat 4:12-17.23-25)


"Waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, -- bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!  Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan" (Mat 4:12-17-23-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Karya penyelenggaraan Ilahi atau rahmat Allah antara lain terwujud dalam berbagai bentuk penyembuhan segala penyakit dan kelemahan manusia: yang sakit disembuhkan dan yang lemah dikuatkan. Maka baiklah kita imani dan hayati bahwa kita dapat sehat wal'afiat, segar bugar dan kuat/tahan terhadap aneka macam tantangan, hambatan atau masalah merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada kita. Dengan kata lain marilah sebagai orang beriman kita hayati rahmat Allah tersebut, sehingga mau tak mau kita juga dipanggil untuk melenyapkan segala penyakit dan kelemahan saudara-saudari kita di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Marilah kita lihat, perhatikan dan sembuhkan saudara-saudari kita yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit phisik/tubuh. Demikian juga mereka yang lemah entah secara spiritual, material, sosial, emosional maupun intelektual hendaknya kita kuatkan. Memang untuk itu kita harus berani berkorban dan berjuang, antara lain dengan 'berjalan berkeliling di lingkungan hidup atau tempat kerja' kita, sebagaimana dilakukan oleh Yesus, dan ketika menjumpai mereka yang sakit atau lemah segera kita sembuhkan atau kuatkan. Selain berkorban tenaga maupun waktu, kita hendaknya juga berani berkorban harta benda atau uang. Memang salah satu bentuk utama dari perwujudan cintakasih adalah boros waktu dan tenaga bagi yang terkasih, maka mengasihi yang sakit dan lemah berarti berani memboroskan waktu dan tenaga bagi mereka.


·   "Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka." (1Yoh 4:4-5) . Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita sebagai orang beriman berasal dari Allah, diciptakan oleh Allah dan hanya dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini karena dan oleh Allah. Memang kita hidup di dunia dan berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal ihwal duniawi setiap hari, namun demikian kita diharapkan tidak bersikap mental materialistis atau duniawi. Marilah kita fungsikan aneka macam harta duniawi sebagai sarana untuk memuji, menghormati, memuliakan dan mengabdi Allah di dalam hidup sehari-hari; kita hayati kesibukan duniawi kita bagaikan sedang beribadat kepada Allah. Dengan rendah hati kita dengarkan harapan, dambaan atau suka-duka saudara-saudari kita sebagai bisikan kehendak Allah untuk kita tanggapi; kita imani  berbagai pertumbuhan dan perkembangan aneka ciptaan Allah merupakan karya Allah atau penyelenggaraan Ilahi. Roh Allah hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, maka mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan Roh Allah, yang menghendaki kita untuk pergi dan menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Biarlah karya Allah atau penyelenggaraan Ilahi menjadi nyata atau terwujud dalam aneka keutamaan sebagai buah-buah Roh dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Jika kita sungguh hidup dan bertindak karena atau oleh Roh Allah, maka banyak orang akan tergerak mendatangi kita untuk untuk minta aneka bantuan guna 'melenyapkan aneka penyakit dan kelemahan' yang sedang mereka derita atau alami.

 

"Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar " (Mzm 2:7-8.10-11)

Jakarta, 3 Januari 2011