Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 28 Januari 2011

Mg Biasa IV - Zef 2:3; 3:12-13; 1Kor 1:26-31; Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga"

 Mg Biasa IV : Zef 2:3; 3:12-13; 1Kor 1:26-31; Mat 5:1-12a



Kutipan Warta Gembira ini adalah 'Sabda Bahagia', dan bagi kita yang percaya kepada Tuhan alias beriman bagaikan 'garis besar haluan beriman'. Maka baiklah dengan sederhana saya mencoba merefleksikan Sabda Bahagia tsb: 

 

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (Mat 5:3)

"Miskin di hadapan Allah"  berarti menyadari diri sebagai yang berdosa dan dengan demikian terbuka terhadap segala kasih karunia Allah atau aneka macam kesempatan dan kemungkinan untuk terus bertumbuh dan berkembang menuju ke kesempurnaan. Keterbukaan ini dijiwai oleh kerendahan hati. "Miskin di hadapan Allah" juga berarti mengimani bahwa Allah maha segalanya dan berkarya dalam seluruh ciptaanNya, antara lain dalam diri manusia Allah menganugerahkan keutamaan merasakan, berpikir dan bersikap secara logis dan bebas, sehingga manusia memiliki kreativitas. Kami harapkan anak-anak sedini mungkin dibina dan dididik dalam hal 'sikap terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan untuk terus tumbuh dan berkembang' 

 

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."(Mat 5:4)

"Siap sedia untuk terus tumbuh dan berkembang" tak akan terlepas dari aneka macam dukacita, tantangan, hambatan dan masalah. Hendaknya aneka macam tantangan, hambatan dan masalah disikapi dan dihayati sebagai wahana atau sarana untuk mendewasakan kepribadian dan iman kita, sehingga kita juga semakin terampil menghadapi dan mengatasi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan. Tumbuh berkembang memang butuh perjuangan dan pengorbanan; tak rela dan tak sedia berjuang dan berkorban akan menjadi manusia kerdil dalam segala hal. Hendaknya dengan ceria dan gembira serta bergairah dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, karena dengan demikian kemungkinan untuk sukses lebih besar dan ketika sukses akan menikmati penghiburan besar.      

 

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi."(Mat 5:5)

Orang yang terbiasa berkorban dan berjuang tanpa mengeluh pada umumnya akan menjadi orang yang lemah lembut. Pengalaman yang demikian ini pada umumnya terjadi atau dialami oleh rekan-rekan perempuan, terutama mereka yang telah menjadi ibu alias memiliki pengalaman mengandung dan melahirkan anak, buah kasih, dimana mereka sungguh berkorban dan berjuang ketika dalam proses melahirkan anaknya. Orang-orang yang lemah lembut pada umumnya juga 'membumi', artinya hidup dan bertindak sesuai dengan realitas atau kenyataan konkret; mereka sungguh kenal akan seluk-beluk atau hal ihkwal duniawi atau kebutuhan hidup sehari-hari, dan dengan demikian mereka sungguh 'memiliki bumi' atau menguasai apa yang terjadi di bumi.   

 

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."(Mat 5:6)

"Lapar dan haus akan kebenaran"  berarti sikap mental atau kesadaran dan penghayatan diri bagaikan 'sebutir pasir di padang pasir'; kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang kecil, dan sendirian tak berarti apa-apa. Dengan kata lain orang yang 'lapar dan haus akan kebenaran'  senantiasa siap sedia dan terbuka untuk bekerja sama, hidup bersaudara atau bersahabat dengan siapapun dan dimanapun. Masing-masing dari kita adalah buah kerjasama, kerjasama antara bapak dan ibu kita yang saling memuaskan diri dalam cintakasih, maka dalam kebersamaan atau kerjasama juga kita akan terpuaskan alias damai sejahtera dan selamat.   

 

"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."(Mat 5:7)

"Murah hati" berarti hatinya dijual murah kepada siapapun alias senantiasa memberi perhatian kepada siapapun, tanpa pandang bulu atau SARA. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima perhatian secara melimpah ruah dari Allah melalui siapapun yang telah berbuat baik kepada kita atau hidup dan bekerja bersama dengan kita. Perhatian mereka dapat berupa sentuhan/tindakan atau kata-kata, entah bersifat mendidik, membenarkan, menegor, meneguhkan, mengritik, dst.. Dengan kata lain kita dipanggil untuk saling bermurah hati: saling mendidik, menegor, meneguhkan, mengritik dst.. sebagai tanda kita adalah saudara atau sahabat dalam Tuhan.    

 

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Mat 5:8)

"Suci hati"  berarti hidup baik dan berbudi pekerti luhur, senantiasa melaksanakan kehendak atau perintah Allah dimanapun dan kapanpun. Orang yang suci hatinya berarti setia pada panggilan dan tugas pengutusannya, melaksanakan janji yang pernah diikrarkan seperti janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul dst.. Ia tidak pernah menyeleweng atau berselingkuh, mencemari panggilannya. Orang yang suci hatinya memiliki cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak yang jernih alias putih, tidak hitam atau abu-abu. Dalam bahasa Jawa 'suci hati' sama dengan 'ati sing wening/bening".  Orang suci hatinya menghayati nasihat Pulus ini, yaitu :"Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan."(1Kor 1:31)

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Mat 5:9)

"Anak Allah", Yesus yang kedatanganNya belum lama ini kita kenangkan atau rayakan adalah Pembawa Damai, maka beriman kepadaNya berarti dipanggil untuk menjadi 'pembawa damai'. "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" = Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan, demikian pesan perdamaian Paus Yohanes Paulus II, memasuki Millennium Ketiga yang sudah kita telusuri. Menjadi pembawa damai memang senantiasa harus bersikap dan bertindak adil, hormat terhadap harkat martabat manusia serta menjadi saksi kasih pengampunan dalam hidup sahari-hari.   

 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

"Menjadi pejuang atau pembela kebenaran"  mau tak mau pasti akan menghadapi aneka bentuk aniaya, mengingat dan memperhatikan aneka macam bentuk kebohongan, pemalsuan serta permainan sandiwara kehidupan masih marak disana-sini dalam kehidupan sehari-hari. Cukup banyak orang berusaha menutupi kebenaran, antara lain dengan membelokkan masalah atau perkara dst.. Mereka yang berusaha menyampaikan kebenaran sering diteror melalui aneka macam cara. Kami berharap para pejuang dan pembela kebenaran tetap setia dan percayalah bahwa berada di dalam kebenaran berarti dirajai atau dikuasai oleh Allah, sehingga dalam memperjuangkan dan membela kebenaran senantiasa bersama dan bersatu dengan Allah. Bersama dan bersatu dengan Allah pasti berhasil dalam memperjuangkan atau membela kebenaran.  

 

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat 5:11).

Bersama dan bersatu dengan Allah juga akan mengalami aniaya atau difitnah oleh mereka yang kurang atau tidak beriman. Kita berbuat benar ada kemungkinan diberitakan berbuat salah, berbuat baik ada kemungkinan diberikan berbuat jahat dst.. Segala macam bentuk fitnah hendaknya tidak perlu ditanggapi, melainkan biarkan saja, sehingga mereka yang memfitnah akan merasa lelah dan kemudian berhenti memfitnah. Jika kita dalam kebenaran atau dalam kesatuan dengan Allah ketika difitnah hendaknya tetap berbahagia dan tegar, karena kita boleh mengalami apa yang pernah dialami oleh Yesus . Sang Pembawa kebenaran.

 

"Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku!  yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya"

 (Mzm 146:1.7-10)

 

Jakarta, 30 Januari 2011


29 Jan - Ibr 10:1-2, 8-19; Mrk 4:35-41

"Mengapa kamu begitu takut?"

(Ibr 10:1-2, 8-19; Mrk 4:35-41)

 

"Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Mrk 4:35-410, demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas  bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Maju kena mundur kena", begitulah kiranya kata-kata yang ada dalam hati banyak orang masa kini dalam menghadapi aneka pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat maupun aneka masalah dan tantangan. Memang ada orang takut untuk tumbuh dan berkembang, karena untuk itu harus berani berjuang dan berkorban. Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar tidak takut menghadapi aneka tantangan, masalah maupun hambatan kehidupan. Penakut pada umumnya ada ancaman kecil atau sedikit saja langsung berteriak-teriak. Penakut berarti kinerja syarat dan metabolisme darah atau otak bawah sadar atau otak yang berada dalam seluruh anggota tubuh kita tidak berfungsi secara normal atau prima. Sebaliknya jika kita tidak pernah takut berarti otak bawah sadar kita berfungsi secara prima, sehingga mampu mengatasi atau menghadapi aneka macam tantangan, masalah dan hambatan. Penakut berarti juga kurang/tidak beriman. Pemberani berarti memiliki harapan dan dengan penuh harapan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, yang berarti harapan menjadi nyata dalam kasih atau tindakan konkret. Marilah kita bersikap ksatria, meneladan Werkudoro yang tanpa takut dan gentar menerobos hutan belantara yang penuh ancaman dan bahaya guna mengusahakan kehidupan sejati. "Rawe-rawe rantas, malang-malang putung", demikian motto orang yang tidak takut alias pemberani. Hendaknya jika kita berkehendak baik tidak takut sedikitpun untuk mewujudkan kehendak tersebut dalam tindakan, meskipun ada kemungkinan yang kita lakukan salah. "Trial and error" (mencoba dan bersalah) hendaknya juga menjadi pedoman cara hidup dan cara bertindak kita. Takut mencoba tak akan tumbuh dan berkembang.

·   "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu."(Ibr 10:9). Kutipan ini hendaknya menjadi pedoman atau acuan kita setiap kali kita melangkah atau datang ke suatu tempat, misalnya tempat belajar atau bekerja. Datang ke tempat belajar berarti untuk belajar, maka ketika sedang belajar kami harapkan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga terampil belajar, demikian juga datang ke tempat kerja, sehingga terampil bekerja. Keterampilan inilah hendaknya yang kita usahakan dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan selembar kertas berupa pengakuan formal alias ijasah atau sertifikat. Kita boleh belajar dari Bapak Andrie Wongso, promotor yang terkenal di Indonesia, yang dengan sungguh-sungguh bekerja keras sendiri (auto-didak), Ia memiliki cita-cita: 'Success in my life". Salah satu motto dalam mengusahakan sukses antara lain "Besi batangan pun kalau digosok terus menerus pasti menjadi sebatang jarum yang tajam". Dalam hidup sehari-hari ada dukungan dalam melakukan kehendak Tuhan antara lain berupa aturan atau tata tertib, maka hendaknya senantiasa mentaati atau melaksanakan aneka aturan dan tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Aneka aturan dan tata tertib dibuat dan diberlakukan atau diundangkan untuk dihayati atau dilaksanakan, bukan hanya untuk hiasan saja. Dengan kata lain jika kita mengikuti aturan atau tata tertib yang berlaku hendaknya tidak takut melangkah atau bertindak. Hendaknya juga tidak takut mengingatkan dan menegor saudara-saudari kita yang tidak taat pada aturan dan tata tertib. Kami berharap para penegak dan pejuang kebenaran dan keadilan tanpa takut dan gentar terus berjuang, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka ancaman dan terror.

 

"Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut,  dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita"

(Luk 1:69-75)     .

Jakarta, 29 Januari 2011


Rabu, 26 Januari 2011

28 jan - Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34

"Hal Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah"

(Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34)

 

"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri" (Mrk 4:26-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Thomas Aquino, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Salah satu tugas utama imam adalah sebagai pewarta Kabar Gembira atau Kerajaan Allah, antara lain dengan 'menaburkan benih-benih kebaikan atau keutamaan', entah melalui perkataan (kotbah, nasihat, pengajaran dst..) atau tindakan konkret.  Sebagai orang beriman kita memiliki dimensi imamat umum, maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam tugas pengutusan imam dengan menjadi pewarta-pewarta Kabar Gembira atau Kerajaan Allah. Maka marilah kita senantiasa menaburkan apa-apa yang baik atau benih-benih keutamaan seraya dengan rendah hati mohon agar Tuhan menumbuhkan benih yang telah kita tabur tersebut. Benih itu kecil sekali namun ketika tumbuh berkembang dapat menjadi pohon besar yang rindang dan rimbun daunnya, demikian juga meskipun yang kita lakukan hanya kebaikan kecil sekali, percayalah bahwa kebaikan tersebut akan tumbuh berkembang karena kasih dan rahmat Tuhan yang menjadi nyata dalam aneka perbuatan baik saudara-saudari ini. Secara khusus kami berharap agar pada anak-anak kita sedini mungkin di dalam keluarga 'ditaburi  benih-benih keutamaan atau nilai kehidupan', misalnya "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23), tentu saja dengan cara utama dan pertama dengan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu. Kita sampaikan benih-benih keutamaan tersebut 'sesuai dengan pengertian mereka(anak-anak)' , secara sederhana sehingga dapat ditangkap dan difahami oleh anak-anak.

·   "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu"(Ibr 10:35-36). "Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu"  (Prof Dr Edi Sedyawati/edit : Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27-28). Marilah kita bertekun dalam menghayati iman kepercayaan kita masing-masing, dan sebagai tanda bahwa kita bertekun adalah nampak dalam perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan konkret. Iman kepercayaan harus menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak sehari-hari, bukan hanya diomongkan atau didiskusikan saja. Marilah kita renungkan dan hayati nasihat Petrus ini: "kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang"(2Pet 1:5-7). Iman kepercayaan kepada Tuhan harus menjadi nyata dalam kasih akan semua orang, tanpa pandang bulu atau SARA. Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa mereka yang tekun dalam penghayatan iman kepercayaan tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas beriman, sehingga dalam perjalanan hidup tahan dan tabah terhadap aneka godaan, tantangan serta hambatan, dan dengan demikian pada waktunya menikmati janji yang dinantikan, yaitu hidup mulia bersama Allah di sorga untuk selama-lamanya.

 

"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang"(Mzm 37:3-6)

Jakarta, 28 Januari 2011     


27 Jan - Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25

"Siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi"

(Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25)

 

"Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (Mrk 4:21-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Sikap mental belajar terus-menerus  atau ongoing education/formation, itulah yang hendaknya kita miliki serta sebarluaskan dalam hidup dan kerja bersama. Setelah selesai belajar secara formal di sekolah dan perguruan tinggi serta kemudian bekerja, hendaknya sikap mental belajar tetap menjiwai kerja, artinya bekerja pun kita hayati sebagai belajar. UNESCO pernah mencanangkan empat pilar yang hendaknya menjiwai proses pembelajaran atau pendidikan, yaitu : learning to be, learning to learn, learning to do, learning to live together. Orang yang belajar terus-menerus akan semakin tahu banyak hal alias pandai/cerdas, tetapi juga akan semakin menyadari keterbatasan atau kelemahan dirinya, karena juga semakin tahu banyak hal yang tak mungkin diketahui atau dikuasai. Dengan kata lain berlakulah peribahasa 'tua-tua keladi/bulir padi semakin berisi semakin menunduk', yang tidak lain berarti semakin pandai, cerdas, kaya, berkedudukan, tambah usia, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Sikap mental belajar dan rendah hati bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan: jika mendambakan sukses dalam belajar hendaknya rendah hati, sebaliknya dengan kerendahan hati kita akan sukses dalam belajar. Orang yang rendah hati senantiasa siap sedia dan rela untuk dikasihi: dikembangkan dan dibina terus-menerus sampai mati. Saya mengingatkan siapa saja yang menerima anugerah Tuhan berupa bakat, kemampuan atau keterampilan untuk terus mengembangkannya demi kepentingan umum. Ingat dan hayati bahwa bakat, kemampuan atau keterampilan semakin diberikan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin bertambah, berkembang dan handal.


·   "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia."(Ibr 10:22-23). Pengharapan kita yang utama hemat saya adalah kelak ketika dipanggil Tuhan alias meninggal dunia boleh menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya bersama Allah di sorga. Maka marilah kita jaga kebersihan hati nurani maupun tubuh kita. Kebersihan hati nurani kiranya tercermin dalam kebersihan tubuh. Yang kami maksudkan dengan 'kebersihan tubuh' adalah senantiasa memfungsikan atau memanfaatkan semua anggota tubuh kita untuk berbuat baik, melakukan apa-apa yang baik, yang berkenan pada kehendak Allah. Dengan kata lain hendaknya tidak pernah menyakiti sedikitpun saudara-saudari kita dengan kata maupun tindakan atau perilaku. Ingat dan hayati bahwa tubuh kita adalah 'bait Roh Kudus' dan masing-masing dari kita dipanggil untuk setia menjadi 'gambar atau citra Allah'. Kami juga berharap kita tidak menyakiti anggota tubuh kita atau merendahkannya, misalnya dengan 'jual diri' sebagai pemuas nafsu seks bagi lawan jenis maupun sejenis. Dengan kata lain kami berharap: rekan-rekan muda-mudi untuk tidak terbius oleh gairah atau nafsu seksual, sehingga melakukan perbuatan asusila, demikian juga kepada para bapak dan ibu, suami dan isteri, untuk setia pada pasangan dan semoga tidak memiliki 'PIL' atau 'WIL'. Salah satu godaan yang mendorong ke pencemaran tubuh tidak lain adalah 'nafsu akan uang/harta benda', maka baiklah kita menggunakan uang atau harta benda sebagai sarana atau wahana untuk semakin menyucikan diri, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan bagi sesama atau saudara-saudari kita.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan" (Mzm 24:1-4b)

 

Jakarta, 27 Januari 2011


Selasa, 25 Januari 2011

26 Jan - 2Tim 1:1-8: Luk 10:1-9

"Tuhan mengutus mereka berdua-dua mendahuluiNya"

(2Tim 1:1-8: Luk 10:1-9)

 

"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu."(Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Timotius dan St.Titus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Timotius dan Titus adalah murid-murid atau pembantu-pembantu Paulus, rasul agung. Mereka berbeda satu sama lain tugas pengutusannya: Timotius menjadi pewarta Injil bersama Paulus, sedangkan Titus menjadi uskup atau gembala umat. Hirarki dan charisma, uskup dan lembaga hidup bakti, itulah kelanjutan peran Timotius dan Titus masa kini. Dua pribadi yang berbeda tugas pengutusan dirayakan bersama-sama merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua agar dalam melaksanakan tugas pengutusan senantiasa bekerjasama atau bergotong-royong, tidak sendiri-sendiri. Dalam bekerjasama atau bergotong royong ini kiranya kita dapat belajar dari 'semut yang sedang menggotong bangkai binatang mendaki tembok'. Coba perhatikan dan cermati semut-semut yang sedang menggotong bangkai binatang: mereka sungguh bekerjasama dengan luar biasa. Selama bekerja tidak ada yang berkorupsi, mereka saling memahami satu sama lain sehingga kapan harus bergantian menggotong, tanpa komando mereka tahu semuanya. Dalam kehidupan bersama di dalam hidup beragama, berbangsa, bermasyarakat dan bernegara, masing-masing dari kita memiliki tugas atau fungsi yang berbeda satu sama lain. Hendaknya tidak iri hati terhadap yang lain, melainkan dengan bangga masing-masing berfungsi secara prima sesuai dengan tugas dan kewajibannya. Bekerjasama mengandaikan masing-masing sungguh bekerja sesuai dengan tugas dan panggilannya dan kemudian menempatkan hasil kerja dan pelayanan demi kebahagiaan atau keselamatan bersama. Ingat dan sadari bahwa masing-masing dari kita adalah buah kerjasama, kerjasama bapak dan ibu kita, maka marilah kita tunjukkan bahwa kita dapat bekerjasama dengan siapapun dan dimanapun.


·   "Kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."(2Tim 1:6-7), demikian peringatan Paulus kepada Timotius. Peringatan ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi para pemimpin, maka secara khusus kami mengajak dan mengingatkan para pemimpin Gereja di tingkat manapun untuk senantiasa 'membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban'  para anggota atau bawahannya. "Ing madyo ambangun karso/pemberdayaan" itulah salah satu motto bapak Ki Hajar Dewantoro, bapak pendidikan Indonesia. Kehadiran, sepak terjang dan pelayanan para pemimpin hendaknya senantiasa memberdayakan anggota atau bawahannya. Dengan kata lain pemimpin sungguh diharapkan menjadi teladan pekerjasama yang baik dan handal, menghayati kepemimpinan partisipatif. Maka dimana ada bagian atau anggota yang kurang berdaya hendaknya diberi perhatian khusus sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan yang ada. Secara khusus kami berharap kepada para orangtua maupun guru di sekolah untuk senantiasa bekerjasama memberdayakan anak-anak atau para peserta didik. Dalam sisitem pendidikan berarti menghayati semangat eksploratif: anak-anak atau peserta didik diberi kesempatan dan kemungkinan untuk bereksplorasi dalam aneka macam bidang kehidupan atau ilmu pengetahuan. Tentu saja orangtua atau guru harus dapat menjadi teladan sikap mental 'eksploratif' dalam cara hidup dan kerja atau pelayanannya.

 

" Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi!  Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.  Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)

Jakarta, 26 Januari 2011


25 Jan -Kis 22:3-16; Mrk 16:15-18

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk".

(Kis 22:3-16; Mrk 16:15-18)

 

"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan 'Bertobatnya St.Paulus, rasul' hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Pertobatan St.Paulus sungguh merupakan mujizat luar biasa: dari membenci dan memusuhi para murid atau pengikut Yesus Kristus ke pewarta Injil atau Kabar baik yang ulung. Maka baiklah kita yang telah dibapis, dengan kata lain pernah mengalami pertobatan, mawas diri dengan cermin St.Paulus, rasul, yang 'pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil kepada segala makhluk'. Saya percaya kita semua juga banyak bepergian, entah hanya sekedar ke luar dari rumah, ke luar kota/daerah, ke luar pulau atau ke luar negeri, dan dengan demikian sering mengadakan perjalanan serta mengalami hal-hal baru atau memperoleh kenalan baru. Saya berharap kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada senantiasa memberitakan Kabar Baik alias senantiasa berbuat baik kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA. Asal berbuat baik hendaknya tidak takut dan tidak gentar menghadapi aneka ancaman, hambatan atau masalah; kita imani dan hanya bahwa kebaikan pasti dapat mengalahkan kejahatan, kasih pengampunan pasti mengalahkan kebencian dan balas dendam, dst.. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja. Kiranya di antara saudara-saudari kita ada yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh, maka marilah kita sembuhkan mereka dengan berbuat baik kepada mereka sesuai dengan kebutuhannya atau kemungkinan yang ada. Bahasa merupakan salah satu sarana berbuat baik, maka hendaknya gunakan bahasa yang berlaku secara universal, yaitu bahasa tubuh dengan memfungsikan anggota-anggota tubuh kita. Bahasa tubuh berlaku dimana saja dan kapan saja.


·   "Engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan" (Kis 22:15-16), demikian Paulus mengakhiri sharing pengalaman pertobatannya dengan bebas dan tanpa ketakutan sedikitpun.   Kita semua diharapkan menjadi saksi Tuhan terhadap semua orang, perihal apa yang kita lihat dan dengar, yaitu segala karya Tuhan dalam seluruh ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam di manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Kita diharapkan melihat dan mendengarkan apa yang baik dan benar serta kemudian meneruskun apa yang kita lihat dan dengarkan tersebut kepada saudara-saudari kita. Kita juga dipanggil untuk mengajak orang lain agar siap sedia untuk dibaptis. Dibaptis berarti disisihkan atau dipersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga hanya hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan atau hidup dan berkarya dalam nama Tuhan. Kami berharap kepada kita semua untuk dengan bebas dan tanpa takut mensharingkan pengalaman imannya kepada saudara-saudari kita: pengalaman iman berarti pengalaman pergaulan hidup dan berkarya bersama dan bersatu dengan Tuhan alias pengalaman-pengalaman yang baik dan benar serta menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Keselamatan jiwa manusia hendaknya menjadi pedoman atau barometer cara hidup dan cara bertindak kita maupun ukuran keberhasilan aneka usaha atau kerja dan pelayanan kita, bukan kepandaian, kekayaan atau harta benda, pangkat dan kedudukan. Dengan kata lain kami berharap kepada kita semua: apapun pekerjaan atau tugas kita atau fungsi kita dalam hidup dan kerja bersama, hendaknya dihayati atau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau kekuatan. Marilah kita kenang kembali setiap kali kita membuat tanda salib, mengawali doa bagi aneka keperluan, yang berarti dalam nama Tuhan kita akan hidup dan bertindak.

 

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!"(Mzm 117)

     

Jakarta, 25 Januari 2011


Minggu, 23 Januari 2011

24 Jan - Ibr 9:15.24-28; Mrk 3:22-30

"Apabila seorang menghujat Roh Kudus ia tidak mendapat ampun selamanya"

(Ibr 9:15.24-28; Mrk 3:22-30)


"Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat." (Mrk 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Roh Kudus adalah 'cintakasih' Allah, maka menghujat Roh Kudus berarti melawan cintakasih dan dengan demikian senantiasa bermusuhan dengan atau membenci orang lain, senantiasa menyalahkan cara hidup dan cara bertindak orang lain. Para ahli Taurat menuduh Yesus yang berbuat baik, mengusir setan, kerasukan Beesebul, komandan para setan. Secara logis dapat dimengerti bahwa tuduhan tersebut sungguh tidak masuk akal: bagaimana setan melawan setan? Yang dapat mengalahkan setan antara lain adalah cintakasih, maka marilah kita hadapi aneka bentuk godaan setan dengan dan dalam cintakasih. Ingat cintakasih adalah Allah, atau Allah adalah cintakasih, maka hidup dan bertindak dalam dan dengan cintakasih berarti hidup dan bertindak bersama dengan Allah. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua perihal persaudaraan atau persahabatan sejati, yang harus kita hayati dan sebarluaskan. Memang untuk itu kita harus menghadapi aneka bentuk kebencian, irihati dan kesombongan, yang sering bersuara lebih keras dan nampak menakutkan. Masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih, dapat hidup dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini hanya karena dan oleh kasih. Maka melawan cintakasih berarti menghancurkan diri sendiri. Hidup membenci, iri hati dan sombong berarti pelan-pelan bunuh diri, karena semakin banyak musuh dan menyendiri. Hari ini kita kenangkan seorang uskup dan pujangga Gereja, yang tugasnya antara lain membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan umat Allah, maka marilah kita dukung para gembala kita dengan senantiasa hidup dan bertindak dalam persaudaraan atau persahabatan sejati.


·   "Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama" (Ibr  9:15).  Yang dimaksudkan dengan 'Ia' tidak lain adalah Yesus Kristus, yang telah memperbaharui perjanjian dengan menderita dan wafat di kayu salib, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia, demi keselamatan seluruh dunia seisinya. Beriman pada Yesus Kristus berarti hidup dan bertindak sesuai dengan 'perjanjian baru': perjanjian baru bagi kita masing-masing antara lain sakramen baptis, sakramen perkawinan, sakramen imamat, kaul hidup membiara dst.. , dimana sekali menerima untuk selamanya, artinya sampai mati atau dipanggil Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal perjanjian yang kita ucapkan ketika (saling) menerima sakramen tersebut. Pertama-tama dan terutama adalah perjanjian baptis, dimana kita berjanji 'hanya mau mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan'. Jika kita setia pada janji baptis ini maka janji-janji berikutnya, misalnya janji perkawinan atau janji imamat, akan lebih mudah dihayati. Maka jika ada saudara atau saudari kita yang melanggar janji baptis alias melawan cintakasih, hendaknya ditegor dengan rendah hati "Apakah anda sudah dibaptis?". Ketika ada bapak atau ibu yang tidak setia pada panggilannya, hendaknya jangan ditegor "jadilah bapak atau ibu yang baik", melainkan "Apakah anda telah dibaptis?".  Demikian juga ketika ada pastor, bruder atau suster yang tidak atau kurang setia pada panggilannya. Dalam pembaptisan kita dianugerahi rahmat untuk menempuh hidup baru, hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan dimanapun dan kapanpun.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

 

Jakarta, 24 Januari 2011