Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 05 Maret 2011

Minggu Biasa IX - Ul. 11: 18.26-28.32; Rm 3:21-25a.28; Mat 7:21-27

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."

Mg Biasa IX : Ul. 11: 18.26-28.32; Rm 3:21-25a.28; Mat 7:21-27

 

Ada orang yang tidak mau berdoa lagi, karena ia telah begitu banyak berdoa mengajukan permohonan kepada Tuhan, antara lain minta intensi misa dalam perayaan ekaristi, mengikuti novena, berziarah di tempat peziarahan Bunda Maria, doa rosario setiap hari, dst.., namun tak satu pun permohonan dikabulkan oleh Tuhan. Ada orang rajin berdoa dan doanya begitu panjang dan bertele-tele, namun dalam hidup sehari-hari suka marah-marah serta menggerutu atau mengeluh karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan selera pribadinya. Mereka itu berdoa hanya manis di mulut saja dan tidak merasuk di hati serta kemudian menjiwai cara hidup dan cara bertindaknya. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kita perihal doa yang benar dan baik; sabda Yesus hari ini mengingatkan kita akan motto 'ora et labora' = berdoa dan bekerjalah, artinya doa tak dapat dipisahkan dari kerja dan sebaliknya kerja tak dapat dipisahkan dari doa atau doa menjiwai kerja dan sebaliknya kerja menjiwai doa. Maka marilah kita renungkan dengan mendalam dan hayati sabda Yesus hari ini.

 

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 7:21)

 

Kepada para murid Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, doa yang kiranya kita semua hafal serta menjadi doa harian kita. Maka baiklah sabda Yesus hari ini kita renungkan dengan cermin doa Bapa Kami, berikut saya coba refleksikan beberapa isi doa Bapa Kami:

 

1). "Dimuliakanlah NamaMU". Dalam hidup sehari-hari kita dipanggil untuk senantiasa memuliakan Tuhan, yang hidup dan berkarya dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri sesama manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Tuhan. Dengan kata lain memuliakan Tuhan berarti memuliakan saudara-saudari kita, dan dengan demikian kita saling memuliakan alias saling melayani. Maka hendaknya dalam doa senantiasa mohon kepada Tuhan agar kita dapat melayani sesama, dan percayalah permohonan anda akan dikabulkan, karena dengan demikian kita pasti akan segera melayani saudara-saudari kita dengan rendah hati dan bergairah. Semangat melayani merupakan keutamaan yang tak tergoyahkan oleh aneka godaan dan rayuan yang dapat menghancurkan semangat pelayanan.

 

2). "Datanglah KerajaanMu di bumi seperti di sorga". Kerajaan Allah berarti Allah yang meraja atau berkuasa. Marilah kita mohon dalam doa agar hanya Allah saja yang menguasai atau merajai dunia seisinya, terutama cara hidup dan cara bertindak manusia. Karena Allah maha segalanya, maka dikuasai atau dirajai oleh Allah mau tak mau akan taat sepenuh hati kepadaNya serta melakukan kehendak Allah yang ada disorga dalam hidup sehari-hari di dunia. "Dia yang melakukan kehendak BapaKu di sorga akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga", demikian sabda Yesus. Beriman atau berbakti kepada Tuhan pertama-tama dan terutama harus menjadi kenyataan dalam perilaku atau cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Berdoalah agar anda setia melakukan kehendak Tuhan atau apa-apa yang menyelamatkan jiwa manusia, dengan demikian doa anda akan dikabulkan.

     

3). "Berilah kami rezeki hari ini secukupnya". Isi doa ini adalah hidup sederhana, tidak serakah dan tidak berfoya-foya, memboroskan waktu, tenaga dan uang tiada guna. Dalam hal mohon rezeki atau kebutuhan hidup hendaknya mohon kebutuhan utama demi kesehatan dan kebugaran tubuh, Jika kita mohon hal itu, percayalah doa kita akan dikabulkan, karena kita akan berusaha keras untuk hidup sederhana dan tidak berfoya-foya.

    

4). "Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami". Jika kita mawas diri dengan benar dan jujur, kiranya kita akan menyadari dan menghayati bahwa diri kita telah menerima kasih pengampunan dari Allah secara melimpah ruah melalui saudara-saudari kita yang telah berbuat baik kepada kita atau memperhatikan kita dengan aneka cara. Dalam berdoa mohonlah agar anda dapat mengampuni mereka yang telah bersalah kepada anda, maka permohonan anda pasti akan dikabulkan dan anda berusaha keras untuk senantiasa mengampuni mereka yang menyalahi, menyakiti atau mempersulit anda. Ingatlah dan hayati atau imani bahwa kedatangan Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa, adalah kasih pengampunan Allah, pelaksana kehendak Allah untuk mengampuni dosa-dosa manusia. Beriman kepada Penyelamat Dunia berarti hidup dan bertindak mengampuni siapapun yang bersalah kepada kami.

 

Kami percaya jika kita berdoa sebagaimana kami refleksikan di atas ini, maka sabda Yesus ini kena pada diri kita, yaitu "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu" (Mat 7:24-25)

  

"Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus" (Rm 3:23-24).

Kutipan di atas ini mengingatkan saya pribadi akan apa yang pernah dimaklumkan dalam Konggregasi Jendral ke 32, antara lain dimaklumkan bahwa "Yesuit adalah pendosa yang dipanggil Tuhan untuk hidup dan berkarya dalam karya penyelamatan".  Bukankah kita semua adalah orang berdoa, bukankah tambah usia dan pengalaman berarti juga tambah dosanya? Meskipun kita berdosa tidak dimusnahkan oleh Allah, melainkan diampuni dengan kasih karuniaNya yang luar biasa. Maka marilah kita hayati kasih karunia Allah dan kemudian kita sebarluaskan kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun.

 

Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk saling mengasihi atau menyalurkan kasih karunia Allah kepada saudara-saudari kita. Kasih karunia Allah tidak hanya kata-kata saja, melainkan menjadi nyata dalam aneka macam sarana-prasarana, sahabat/teman, kenikmatan dst..yang pada saat ini kita kuasai atau miliki. Karena semuanya adalah kasih karunia Allah, maka selayaknya semuanya kita hayati dalam dan bersama dengan Allah. Dengan kata lain marilah kita hayati baik belajar atau bekerja bagaikan sedang beribadat: tempat belajar atau berdoa bagaikan tempat ibadat, sarana belajar atau berdoa bagaikan sarana ibadat, rekan belajar atau bekerja bagaikan rekan beribadat, suasana belajar atau bekerja bagaikan suasana beribadat. Sikap orang beribadat pada umumnya penuh penyerahan diri, maka demikian hendaknya dalam belajar atau bekerja: hendaknya bekerja keras dalam belajar maupun bekerja. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10)

 

"Pada-Mu, TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku" (Mzm 31:2-4)

Jakarta, 6 Maret 2011


Kamis, 03 Maret 2011

5 Maret - Sir 51:12-20; Mrk 11:27-33

"Kami tidak tahu."

(Sir 51:12-20; Mrk 11:27-33)

 

"Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." (Mrk 11:27-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Bermain sandiwara atau menipu diri pada suatu saat akan ketahuan juga, itulah yang terjadi dengan imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Mereka tahu dari masa kuasa yang dimiliki oleh Yesus dalam rangka mengadakan aneka mujijat dan penyembuhan, namun pura-pura tak tahu untuk menjebak Yesus. Namun Yesus tahu pikiran jahat mereka, maka Ia menanggapi dengan pertanyaan kepada mereka:"Baptisan Yohanes itu dari sorga atau dari manusia?'. Mereka  tak berani menjawab meskipun mereka tahu bahwa baptisan Yohanes dari sorga karena mereka tak percaya. Begitulah sikap para tokoh yang takut kehilangan pengikut sehingga suka berbohong dan ketika diketahuinya kebohongannya mereka semakin berbohong, suka bermain sandiwara diketahui permainannya semakin bersandiwara. Maka dengan ini kami berharap kepada para tokoh masyarakat, politikus, pejabat atau petinggi untuk tidak berbohong atau bermain sandiwara dalam kehidupan. Jawaban 'kami tidak tahu' akan muncul dari mulut anda ketika anda dikejar perihal kebohongan atau permainan sandiwara  anda. Marilah kita dengan rendah hati dan jujur berani mengakui dan menghayati kelemahan dan kerapuhan kita, dan tidak merasa tersaing atau tersingkir ketika muncul orang/tokoh yang melebihi kemampuan kita, melainkan bersyukur dan berterima kasih. Kepada anda semua yang jujur dan tidak suka berbohong, hendaknya dengan tenang dan sabar menanggapi aneka jebakan yang ingin menjatuhkan anda.

·   "Maka dari itu aku hendak bersyukur kepada-Mu serta memuji Engkau dan memuji nama Tuhan. Ketika aku masih muda dan sebelum mengadakan perjalananku, maka kebijaksanaan telah kucari dengan sungguh dalam sembahyangku" (Sir 51:12-13)  Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi generasi muda atau mereka yang sedang bertugas belajar di tingkat apapun. Kepada mereka yang sedang bertugas belajar kami harapkan belajar dengan sungguh-sungguh, membuka diri terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan untuk tumbuh berkembang. Dengan kata lain kami harapkan bersikap mental sebagai pembelajar yang tinggi. Kami berharap selain belajar dari atau melalui apa yang diajarkan di sekolah, juga belajar dari aneka pengalaman hidup sehari-hari, dalam aneka pergaulan dan kebersamaan dengan orang lain. Ingatlah dan sadari bahwa aneka macam teori atau ajaran yang disampaikan di sekolah berasal atau digali dari pengalaman hidup konkret sehari-hari. Selain belajar hendaknya juga tidak dilupakan berdoa, sebagaimana diingatkan oleh penulis kitab Sirach bahwa "kebijaksanan telah kucari dengan sungguh dalam sembahyangku". Belajar dan berdoa hendaknya tidak dipisahkan dan hanya dapat dibedakan, artinya semakin banyak belajar hendakanya juga semakin berdoa, semakin berdoa hendaknya juga semakin giat belajar. Dengan kata lain doa menjiwai belajar dan belajar menjiwai doa. Dengan cara itu kami yakin anda akan sampai pada suatu kebajikan yang ada kemungkinan berkembang menjadi kebijakan dan kebijaksanaan. Semoga kita semua memiliki semangat 'belajar terus-menerus', on going education/formation. Maka bagi yang sudah bekerja atau berkarya hendaknya juga dengan semangat belajar setiap kali menerima tugas-tugas baru, atau fungsi atau kedudukan baru dalam pekerjaan.

 

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah" (Mzm 19:8-11).

Jakarta, 5 Maret 2011     


4 Maret - Sir 44:1.9-12; Mrk 11:11-26)

 "Apa saja yang kamu minta dan doakan percayalah bahwa kamu telah menerimanya"

(Sir 44:1.9-12; Mrk 11:11-26)

 

"Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!" Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering." Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Mrk 11:15-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berdoa berarti mengarahkan atau mempersembahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan, dan karena Tuhan maha segalanya, maka berada di hadirat Tuhan atau berhadap-hadapan dengan Tuhan mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajai. Hati kita akan dikuasai atau dirajai oleh Tuhan, dan karena hati adalah pusat hidup kita, maka mau tak mau kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Itulah artinya bahwa 'apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya'. Pada saat berdoa kita telah menerima apa yang kita minta dan doakan, tentu saja yang menyelamatkan jiwa kita dan jiwa sesama kita. Memang itu berarti setelah berdoa kita segera mewujudkan pengabulan tersebut, yaitu senantiasa melakukan apa yang menyelamatkan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa saudara-saudari kita, yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita. Kita juga diingatkan untuk tidak mengkomersielkan doa maupun tempat berdoa atau beribadat, sebagaimana pernah dilakukan oleh kelompok Bapak Thomas di tempat-tempat ziarah Bunda Maria di wilayah Keuskupan Agung Semarang. Saya sungguh prihatin mendengar info bahwa beberapa seksi dewan paroki begitu materilistis, mencari kekayaan melalui tugas pelayanannnya.

·   "Tetapi yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya" (Sir 44:10-12). Kita semua sebagai orang beriman dipanggil untuk menjadi 'kesayangan Tuhan' dengan melakukan kebajikan-kebajikan dalam hidup sehari-hari, dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Salah satu bentuk kebajikan antara lain, meneladan Yesus, yaitu memberantas aneka macam bentuk komersialisasi jabatan, tempat ibadat/suci, aneka macam sarana-prasarana dst.. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama, misalnya orangtua, pemimpin, pejabat atau atasan untuk tidak bersikap komersial. Ingat jika anda bersikap komersial maka anak cucu, keturunan atau rakyat anda akan melakukan yang sama, dan pada umumnya lebih hebat dan berat. Kami berharap kepada para tokoh atau pemimpin agama dapat menjadi teladan dalam melakukan kebajikan-kebajikan, menjadi 'kesayangan Tuhan'. Menjadi kesayangan Tuhan juga berarti setia pada aneka perjanjian, maka baiklah sebagai orang yang telah dibaptis, entah imam, bruder, suster atau awam, kami harapkan setia pada janji baptis, yaitu hanya mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Jika kita semua setia pada janji baptis, maka kita akan dapat lebih mudah untuk setia pada janji-janji berikutnya, seperti janji imamat, kaul atau janji perkawinan. Lebih lanjut kami mengajak dan mengingatkan para suami-isteri untuk setia saling mengasihi sampai mati, agar anak-anak atau keturunan anda 'demikian pula adanya'.

 

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan."(Mzm 149:1-4)

Jakarta, 4 Maret 2011


Rabu, 02 Maret 2011

3 Maret - Sir 42:15-25; Mrk 10:46-52

"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"

(Sir 42:15-25; Mrk 10:46-52)

 

"Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya" (Mrk 10:46-52), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang buta matanya pada umumnya memiliki kepekaan 'mendengarkan tinggi'. Si pengemis buta, Bartimeus, begitu peka mendengarkan Yesus bersama rombonganNya lewat, dan ia berteriak kepada Yesus mohon kasih pengampunan dan belas kasihNya agar dapat melihat. Banyak orang menegornya, namun Yesus mendengarkan dan menanggapinya. Karena imannya yang begitu mendalam si buta Bartimeus akhirnya menerima anugerah dapat melihat. Kami percaya kebanyakan dari kita tidak buta matanya, namun apakah dapat melihat kehadiran Tuhan di dalam lingkungan hidup kita melalui saudara-saudari kita kiranya boleh dipertanyakan. Marilah dengan rendah hati kita lihat dan dengarkan kehadiran dan karya Tuhan melalui saudara-saudari kita di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing, dan dengan rendah hati juga siap sedia mohon bantuan mereka agar kita dapat melihat segala sesuatu dengan jelas, lebih-lebih karya dan kehadiran Tuhan dalam diri saudara-saudari kita. Karya dan kehadiran Tuhan dalam diri saudara-saudari kita antara lain menggejala dalam kehendak dan perbuatan baik mereka. Kami percaya masing-masing dari kita berkehendak baik dan ingin melakukan apa yang baik, namun karena keterbatasan dan kelemahan apa yang kita lakukan sering kurang berkenan di hati Tuhan alias apa yang tidak atau kurang baik, misalnya menegor keras orang yang sedang berseru kepada Tuhan alias berdoa. Sebagai contoh kita sering marah-marah ketika mendengar suara adzan di pagi hari dari masjid, langgar atau surau. Lihat dan dengarkan bahwa suara adzan merupakan ajakan untuk berdoa, memuji dan memuliakan Tuhan. Iman lahir dan berkembang dari dan dengan mendengarkan. Jika anda ingin selamat hendakya menjadi pendengar yang baik atau meneladan Bunda Maria, yang senantiasa 'mendengarkan dan merenungkan segala sesuatu di dalam hatinya', artinya mempersembahkan segala sesuatu kepada Tuhan.

·   "Pekerjaan Tuhan hendak kukenangkan, dan apa yang telah kulihat hendak kukisahkan. Segala pekerjaan Tuhan dijadikan dengan firman-Nya. Matahari bercahaya memandang segala sesuatunya dan ciptaan Tuhan itu penuh dengan kemuliaan-Nya"(Sir 42: 15-16). "Mengenangkan pekerjaan Tuhan" itulah yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam hidup kita sehari-hari. Mengenangkan pekerjaan Tuhan berarti mengingat-ingat dan melakukan apa yang baik, mulia, luhur, indah dan suci, apa-apa yang berkenan di hati Tuhan. Maka marilah kita lihat dan imani 'kemuliaan Tuhan dalam ciptaan-ciptaanNya', entah dalam diri manusia, binatang maupun tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Salah satu karya Tuhan yang layak dimuliakan adalah menganugerahkan pertumbuhan dan perkembangan dalam ciptaan-ciptaanNya, sehingga ciptaan-ciptaanNya bergairah dan dinamis serta berbahagia. Kita imani bahwa kegairahan sesama manusia maupun binatang merupakan karya Tuhan, maka kita tanggapi dengan rendah hati dan keterbukaan. Jangan padamkan kegairahan saudara-saudari kita, sebagaimana dilakukan para murid menegor kegairahan Bartimeus. Memang generasi muda dan anak-anak pada umumnya lebih bergairah dan dinamis daripada orangtua atau orang dewasa, maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua maupun orang dewasa untuk menanggapi kegairahan generasi muda dan anak-anak dengan senang hati dan gembira, artinya memberi kemungkinan dan kesempatan untuk menyalurkan kegairahan mereka dalam mengembangkan diri agar tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Sebaliknya kepada generasi muda dan anak-anak kami harapkan tidak menyia-nyiakan kesempatan dan kemungkinan yang ada.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN. Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya" (Mzm 33:2-6)          

 

Jakarta, 3 Maret 2011.


Selasa, 01 Maret 2011

2 Mar - Sir 36:1,4-5a.10-17; Mrk 10:32-45

"Sekarang kita pergi ke Yerusalem"

(Sir 36:1,4-5a.10-17; Mrk 10:32-45)

 

"Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit." Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan." (Mrk 10:32-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yerusalem adalah kota suci bagi bangsa Yahudi, umat Kristen maupun umat Islam. Yesus mengajak para murid pergi ke Yerusalem berarti mengajak mereka untuk menyucikan diri atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Bagi Yesus hal itu berarti "akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat; dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati, Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh dan sesudah tiga hari Ia bangkit'. Peristiwa persembahkan diri atau wafat Yesus di kayu salib dan kebangkitanNya dari mati terjadi di Yerusalem. Peristiwa sering kita kenangkan ketika kita berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi, karena perayaan Ekaristi adalah kenangan akan wafat dan kebangkitan Yesus. Maka setiap kali kita berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi berarti kita juga dipanggil untuk mempersembahkan diri kepada Tuhan melalui pelayanan bagi sesama atau saudara-saudari kita. Melayani berarti senantiasa berusaha membahagiakan atau menyelamatkan dengan rendah hati. Baiklah sebagai umat yang beriman kepadaNya serta sering berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi kita hidup dan bertindak saling melayani dan membahagiakan, dan memang untuk itu harus siap sedia untuk berkorban dan berjuang. 

·   "Berikanlah ganjaran kepada mereka yang menantikan Dikau, dan buktikanlah kebenaran segala nabi-Mu. Ya Tuhan, dengarkanlah doa hamba-hamba-Mu ini sesuai dengan berkat Harun atas umat-Mu. Semoga semua penghuni bumi ini mengakui, bahwa Engkaulah Tuhan, Allah kekal"(Sir 36:15-17)  Sebagai manusia yang diciptakan Tuhan kita semua dipanggil untuk senantiasa menantikan Tuhan dan mengakui Tuhan sebagai Allah kekal. Dengan kata lain kita diharapkan memiliki 'dambaan suci', yaitu kerinduan dan harapan untuk senantiasa melakukan apa-apa saja yang dapat membantu kita semakin suci atau semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Dengan kata lain kita diharapkan tidak materialistis alias gila akan harta benda/uang, pangkat/kedudukan dan kehormatan duniawi. Kita diharapkan 'gila akan Tuhan'alias dengan bergairah dan gembira melaksanakan kehendak Tuhan atau melaksanakan segala perintahNya. Orang yang gila akan Tuhan berarti senantiasa menarik, memikat dan mempesona, sehingga siapapun tergerak untuk mengenal, mendekat dan bersahabat. Maka jika kita semua gila akan Tuhan berarti kita saling bersahabat, hidup saling melayani dan membahagiakan dengan rendah hati, tanpa kekerasan. Kami berharap 'dambaan suci' atau 'gila akan Tuhan' ini dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua. Jika semua keluarga melakukan hal itu kiranya hidup bersama dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun senantiasa dalam persahabatan atau persaudaraan sejati, sehingga kita bersama-sama melangkah menuju ke kesucian, kota sorgawi yang abadi.

 

"Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh!" (Mzm 79:8-9.11)

 

Jakarta, 2 Maret 2011


Minggu, 27 Februari 2011

1 Maret - Sir 35: 1-12; Mrk 10:28-31

"Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"
(Sir 35: 1-12; Mrk 10:28-31)


"Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."(Mrk 10:28-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Hidup terpanggil sebagai imam, bruder atau suster harus meninggalkan segala sesuatu dan kemudian dengan setia mengikuti Yesus, sebagai sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Ada orang yang mengatakan dengan meninggalkan segala sesuatu tersebut akan merasa kesepian, padahal yang terjadi adalah sebaliknya sebagaimana Ia sabdakan, yaitu :"akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan lading, sekalipun harus disertai berbagai penganiayaan". Pengalaman saya pribadi apa yang disabdakan oleh Yesus tersebut sungguh menjadi kenyataan. Penganiayaan yang terjadi adalah tidak boleh memiliki, dan hanya boleh menggunakan sesuai dengan tujuan pelayanan atau kerasulan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan generasi muda dan anak-anak untuk tidak takut menanggapi panggilan menjadi imam, bruder atau suster. Memang juga ada bentuk penganiayaan, yaitu  tidak dapat menikmati apa yang menjadi dambaan banyak orang, yaitu kenikmatan hubungan seksual sebagai suami-isteri. Apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa "yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu" juga menjadi kenyataan, artinya dengan melayani secara rendah hati terhadap semua orang, akhirnya 'dihormati' oleh banyak orang. Kami juga mengingatkan siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus, meskipun tidak menjadi imam, bruder atau suster untuk memfungsikan dan menghayati aneka harta benda dan kenikmatan phisik sebagai wahana untuk semakin berbakti kepada Tuhan alias beriman. Dengan kata lain hendaknya menyikapi harta benda dan kenikmatan phisik sebagai sarana bukan tujuan.


•    "Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan yang kosong, sebab semuanya wajib menurut perintah. Persembahan orang jujur melemaki mezbah, dan harumnya sampai ke hadapan Yang Mahatinggi. Tuhan berkenan kepada korban orang benar, dan ingatannya tidak akan dilupakan" (Sir 35:4-6).Kapan kita 'tampil di hadirat Tuhan'?  Kita tampil di hadirat Tuhan antara lain ketika kita sedang berdoa atau beribadat serta pada saat dipanggil Tuhan alias menjelang meninggal dunia. "Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan kosong" itulah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dengan kata lain kita diharapkan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, dan karena  hidup kita serta segala sesuatu yang kita miliki, kuasai serta nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya sebagai orang beriman kita mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan: hidup kita dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati. Mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan berarti hidup suci atau benar, sebagaimana pernah kita janjikan ketika dibaptis, yaitu "hanya mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan". Tubuh kita serta segala jenis harta benda atau kekayaan kita pada dasarnya netral, artinya dapat menjadi jalan ke sorga atau jalan ke neraka, dan sebagai orang beriman kita diharapkan menjadikannya jalan ke sorga. Kita berasal dari Tuhan/sorga dan harus kembali kepada Tuhan/sorga. Semoga kita tidak memfungsikan anggota tubuh kita sebagai 'hamba setan' melainkan sebagai 'hamba Tuhan', demikian pula aneka harta benda dan kekayaan. Kita juga diingatkan agar hidup dan bertindak jujur, tidak pernah korupsi atau berbohong. Maka baiklah sekali lagi saya kutipkan apa jujur itu. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).

"Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!" Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. "Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku" (Mzm 50:5-8)


Jakarta, 1 Maret 2011



28 Feb - Sir 17:24-29; Mrk 10:17-27

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

(Sir 17:24-29; Mrk 10:17-27)

 

"Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." (Mrk 10:17-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Masih maraknya tindak korupsi hampir di semua bidang dan kehidupan bersama masa kini menunjukkan bahwa sikap materialistis begitu menjiwai banyak orang. UUD = Ujung-Ujungnya Duit itulah muara setiap permasalahan yang muncul masa kini. Orang bersikap mental materilistis berarti begitu mempercayakan diri pada materi (harta benda atau uang), sehingga kurang atau tidak percaya kepada Tuhan, tidak atau kurang beriman. Mereka kalau tidak menghasilkan harta benda atau uang tidak bertindak apapun. Sebagai orang beriman kita diharapkan mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah, dan percayalah bahwa "segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah", artinya dengan mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah kita dapat mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan atau dikehendaki oleh Allah. Maka jika mendambakan hidup kekal, mulia dan berbahagia selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, marilah cara hidup dan cara bertindak kita usahakan senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan kata lain marilah kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Percayalah bahwa bersama dan bersatu dengan Allah kita akan mampu mengatasi aneka tantangan dan hambatan.

·   "Untuk orang yang menyesalpun Tuhan membuka jalan kembali, dan orang yang kehilangan ketabahan hati dilipur oleh-Nya. Berpalinglah kepada Tuhan dan lepaskanlah dosa, berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina" (Sir 17:24-25). Kiranya kita semua adalah orang berdosa, namun marilah kita sadari dan hayati bahwa kita juga dipanggil oleh Allah untuk bertobat atau memperbaharui diri. Salah satu bentuk dosa yang kita lakukan adalah 'menghina' atau melecehkan orang lain, antara lain membesar-besarkan kesalahan dan kekurangan orang lain atau menuduh salah orang lain, padahal yang sebenarnya mereka tak bersalah. "Berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina", demikian peringatan yang hendaknya kita indahkan. Berdoa antara lain mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga perhatian senantiasa terarah kepada Tuhan yang hidup dan berkarya dalam ciptaan-ciptaanNya, antara lain dalam diri manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Maka marilah kita perhatikan karya Allah dalam diri kita sendiri maupun sesama atau saudara-saudari kita. Dengan kata lain marilah kita saling bersikap positif satu sama lain, melihat dan mengimani kebaikan yang ada dalam diri kita. Marilah kita hayati bahwa Tuhan mahamurah dan maha kasih, maka hendaknya jangan takut menyesali dosa dan kesalahan di hadapan Tuhan melalui sesama atau saudara-saudari kita. Para orangtua, pendidik/guru atau pemimpin kami harapkan dapat menjadi teladan dalam menyesali dosa dan mengakui kesalahan bagi anak-anaknya, peserta didik atau bawahannya.

 

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak" (Mzm 32: 5-7)

 

Jakarta, 28 Februari 2011