Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 26 Agustus 2011

Minggu Biasa XXII - Yer 20:7-9; Rm 12:1-2; Mat 16:21-27


Mg Biasa XXII: Yer 20:7-9; Rm 12:1-2; Mat 16:21-27
"Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia."

Menjelang ditahbiskan menjadi imam, kami, para frater yang akan
ditahbiskan, dipanggil satu persatu oleh Provinsial, pembesar kami,
untuk diberi tahu perihal tugas yang harus kami emban setelah
ditahbiskan. Waktu itu saya menerima tugas untuk menjadi Direktur
Perkumpulan Strada dan pater Unit di Jakarta. Mendengar penugasan
tersebut saya dengan rendah hati bertanya kepada Provinsial
sbb."Tugas-tugasnya apa saja Romo". "Tugasnya…, ya nanti lihat saja",
demikian jawaban Provinsial. Mendengar jawaban tersebut saya tak
berani bertanya lagi, karena sedikit banyak saya tahu apa arti atau
makna 'melihat'. Perihal 'melihat' telah kami renungkan dan dalami
ketika sedang berkontemplasi, dimana kami diajak untuk melihat karya
penciptaan Allah dengan mata hati, jiwa dan akal budi, tidak hanya
mata phisik saja. Ketika saya dapat sungguh melihat maka memang di
hadapan saya terbentang di satu sisi keindahan yang luar biasa dan di
sisi lain adalah perkara atau masalah yang besar juga. Ada rasa kagum
sekaligus takut. Kiranya pengalaman macam itulah yang terjadi dalam
diri para rasul, ketika Yesus mengajak mereka untuk pergi ke
Yerusalem, kota suci, kota idaman, untuk " menanggung banyak
penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga" (Mat 16:21), sehingga
Petrus menegorNya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu
sekali-kali takkan menimpa Engkau."(Mat 16:22). Menanggapi tegoran
tersebut Yesus bersabda : "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan
bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia."(Mat 16:23). Sabda Yesus kepada
Petrus ini kiranya juga terarah kepada kita semua yang beriman
kepadaNya, maka marilah kita renungkan atau refleksikan.
"Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia." (Mat 16:23)
Sikap mental materialistis pada masa kini menjiwai banyak orang,
sehingga mereka lebih memikirkan apa yang dipikirkan manusia daripada
yang dipikirkan Allah. Yang dipikirkan manusia pada umumnya hanya cari
enak atau kenikmatan duniawi atau manusiawi, seperti kenikmatan
seksual, makan, minum dan tidur, tidak sampai pada kenikmatan ilahi
atau spiritual. Dalam psikologi agama mereka boleh dikatakan hidup dan
bertindak pada taraf psikofisik atau psikososial dan belum sampai pada
psiko-spiritual. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk
hidup dan bertindak sampai dengan taraf spiritual-rational.
"Dalam taraf ini (=spiritual-rational) nampak ciri khas manusia yang
mampu berpikir, menggunakan penalaran untuk mempertimbangkan, menilai
dan melangkah lebih dari apa yang dapat dirasa oleh pancaindera,
misalnya berkhayal, membuat abstraksi, merumus konsep-konsep abstrak
tentang hal-hal konkret…., maka taraf spiritual-rational ini
memungkinkan kita sampai pada pemahaman arti baru dan lebih mendalam,
bahkan corak adikodrati" (Sr.Joyce Ridick SSC.Ph D: KAUL, Harta
Melimpah dalam bejana tanah liat, Penerbit Kanisius 1987, hal 36-37).
Dalam Warta Gembira hari ini kita diajak untuk memahami arti baru dan
lebih mendalam tentang 'penderitaan'. Orang sering menilai penderitaan
sebagai hukuman dari Allah karena dosa-dosa atau kejahatannya. Memang
penderitaan memiliki dua arti: penderitaan yang muncul karena dosa
atau kelalaian/kesambalewaan kita boleh dikatakan sebagai hukuman
Allah, namun penderitaan yang muncul atau lahir dari ketaatan dan
kesetiaan pada panggilan dan tugas pengutusan adalah jalan keselamatan
atau kebahagiaan sejati.
"Pergi ke Yerusalem"  bagi Yesus berarti untuk memenuhi panggilan dan
tugas pengutusan sebagai Penyelamat Dunia dengan menderita sengsara
dan wafat di kayu salib, sedangkan bagi kita semua dapat berarti
pemenuhan harapan, dambaan, cita-cita atau panggilan dan tugas
pengutusan kita masing-masing, dan untuk itu memang tak akan terlepas
dari aneka macam bentuk penderitaan. Marilah kita hadapi dan sikapi
aneka bentuk penderitaan yang lahir dari kesetiaan dan ketaatan kita
pada panggilan dan tugas pengutusan sebagai jalan keselamatan dan
kebahagiaan kita sendiri maupun saudara-saudari kita, maka hendaknya
jangan dihindari atau disingkiri, melainkan hadapi bersama dengan
bantuan rahmat Allah, yang menjadi nyata dalam aneka bantuan dan
kebaikan saudara-saudari kita. Selanjutnya marilah kita renungkan
peringatan Paulus kepada umat di Roma, di bawah ini.
"Saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna"
(Rm 12:1-2)
"Persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah", inilah yang hendaknya kita renungkan atau
refleksikan serta kemudian kita hayati. Pertama-tama marilah kita jaga
dan rawat seluruh anggota tubuh kita dalam keadaan kudus alias tak
tercela. Untuk itu fungsikan pancaindera guna melakukan apa yang baik
dan bermoral atau berbudi pekerti luhur, bukan untuk berbuat jahat;
demikian juga fungsikan semua anggota tubuh untuk melakukan apa yang
baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Hendaknya dengan anggota
tubuh anda jangan menyakiti atau melecehkan orang lain, apalagi
menjual diri dengan melacurkan diri demi kenikmatan seksual atau uang.
Tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka semua gerak tubuh hendaknya
sesuai dengan dorongan atau bisikan Roh Kudus, antara lain untuk
memuji, menghormati, memuliakan dan mengabdi Allah melalui
ciptaan-ciptaanNya, terutama manusia, sebagai ciptaan terluhur dan
termulia di dunia ini, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra
Allah.
"Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Tuhan
kita dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas
permukaan bumi diciptakan bagi manusia untuk menolongnya dalam
mengejar tujuan ia diciptakan" (St.Ignatius Loyola, LR no 23).
Ciptaan-ciptaan lain di bumi ini selain tergantung pada Tuhan juga
tergantung pada manusia. Oleh Tuhan semuanya diciptakan baik adanya,
maka jika terjadi kerusakan berarti hal itu karena perilaku manusia.
Menjaga dan merawat anggota tubuh tetap kudus dan baik berarti
memfungikannya untuk menjaga dan merawat ciptaan-ciptaan lain tetap
baik adanya, sebagai mana telah diciptakan oleh Tuhan. Namun kita
semuanya tahu bahwa karena keserakahan sementara orang maka
ciptaan-ciptaan Tuhan di bumi ini, termasuk manusia, telah rusak, yang
kemudian berdampak pada pencemaran tubuh manusia sendiri.
"Kemiskinan yang semakin meluas, rusaknya lingkungan hidup serta
memudarnya persaudaraan sejati karena radikalisme" itulah kiranya yang
menjadi keprihatinan kita masa kini, sebagaimana telah didalami oleh
rekan-rekan Yesuit di Indonesia selama pembelajaran bersama sepajang
tahun 2010 yang lalu. Salah satu dampak kemiskinan antara lain orang
menjual diri menjadi pelacur alias mencemarkan tubuhnya, kerusakan
lingkungan hidup juga mencemarkan tubuh manusia, yaitu dengan
munculnya aneka penyakit, demikian juga memudarnya persaudaraan sejati
menimbulkan tawuran atau perkelahaian, yang pada gilirannya sungguh
merusak anggota tubuh manusia. Maka marilah kita perangi atau berantas
kemiskinan, kita jaga dan rawat lingkungan hidup sehingga nikmat dan
enak ditempati, serta kita bangun dan perdalam persaudaraan sejati.
"Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus
kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan
tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat
kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih
setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan
Engkau.Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan
tanganku demi nama-Mu
.Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir
yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji" (Mzm 63:2-6)
Ign 28 Agustus 2011

27Agt


"Yesus menyerahkannya kepada ibunya"
(Sir 26:1-4.16-21; Luk 7:11-17)

" Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain.
Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak
menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota,
ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya
yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung
berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai
berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu
ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi
besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat
umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di
seluruh daerah sekitarnya." (Luk 7:11-17), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan St Monika
hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•       "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi
tak harap kembali, bagaikan sang surya menyinari dunia", demikian
syair sebuah lagu, yang menggambarkan kasih seorang ibu kepada
anaknya. Isi syair di atas ini kiranya juga menggambarkan kasih janda
sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini, yang menangisi
anaknya, yang telah meninggal dunia, maupun St.Monika yang kita
kenangkan hari ini. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Monika
hari ini secara khusus pertama-tama saya mengajak para ibu untuk mawas
diri dalam rangka mengasihi dan mendidik anak-anaknya. Anak-anak
selama kurang lebih sembilan bulan tumbuh berkembang dalam dan oleh
kasih di dalam rahim ibu, yang akhirnya dilahirkan dalam kasih juga.
Anak adalah buah kasih, kerjasama Allah dengan manusia serta kerjasama
antar suami-isteri yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap
jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh. Rekan-rekan ibu/perempuan
memiliki rahim dan didalam rahim tumbuh berkembang yang terkasih. Kata
rahim dapat menjadi kerahiman yang berarti belas kasih. Maka kami
berharap para ibu mendidik dan mendampingi anak-anak dalam dan oleh
belas kasih. St.Monika dalam dan oleh kasih serta doa-doanya telah
berhasil mendidik Agustinus anaknya, yang kurang ajar menjadi cerdas
spiritual, berbudi pekerti luhur. Kami berharap para ibu meneladan
St.Monika: kerja keras dalam dan oleh kasih serta doa mendampingi dan
mendidik anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah. Moga-moga karena
pendampingan ibu yang demikian itu juga ada kemungkinan salah seorang
anaknya meneladan Agustinus, yaitu terpanggil menjadi imam, bruder
atau suster.
•       "Berbahagialah suami dari isteri yang baik, dan panjang umurnya akan
berlipat ganda. Isteri berbudi menggembirakan suaminya, yang dengan
tenteram akan menggenapi umurnya. Isteri yang baik adalah bagian yang
baik, yang dianugerahkan kepada orang yang takut akan Tuhan. Entah
kaya, entah miskin giranglah hatinya, dan selalu rianglah roman
mukanya."(Sir 26:1-4). Selain berhasil mendidik Agustinus, anaknya,
St.Monika juga berhasil mempertobatkan suaminya dari cara hidup dan
cara bertindak yang amburadul dan tak bermoral menjadi baik, teratur
dan berbudi pekerti luhur. Maka sekali lagi kutipan di atas ini
hendaknya secara khusus menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi
para isteri. Para isteri diharapkan berbudi pekerti luhur, baik dan
senantiasa bergirang, entah kaya atau miskin. Dalam sejarah karya
penyelamatan maupun sejarah hidup bermasyarkat, berbangsa dan
bernegara, kiranya peran isteri atau perempuan sungguh berpengaruh
atau bahan dominan. Sebagai contoh: Hawa terjebak oleh godaan setan
lalu menjebak juga Adam, para isteri pejabat pada umumnya begitu
mempengaruhi suaminya yang memiliki jabatan atau kedudukan tertentu
(ada yang berpengaruh baik, tetapi ada yang tidak baik antara lain
korupsi), iklan-iklan para pengusaha pada umumnya menawarkan usahanya
melalui gadis-gadis cantik, entah berupa gambar atau manusia hidup,
dst.. Kami berharap semoga para isteri mempengaruhi suaminya agar
hidup dan bertindak baik, untuk itu hendaknya dalam mengatur atau
mengurus kebutuhan rumah tangga sesederhana mungkin, tidak
berfoya-foya atau pamer aneka macam assesori yang dapat mengundang
pencuri. Tak kalah penting adalah dalam mendidik anak-anak, karena
pada umumnya para isteri lebih memiliki waktu dan tenaga banyak atau
kesempatan dan kesempatan mendampingi anak-anak daripada suami. Kami
berharap dalam mendidik dan mendampingi anak sedemikian rupa sehingga
anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas beriman seperti
Agustinus. Jauhkan aneka bentuk pemanjaan pada anak-anak, bina dan
didiklah anak-anak agar kelak mereka menjadi 'man/ woman for/with
others'.
"Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya!
Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung
bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk
menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan
bangsa-bangsa dengan kebenaran" (Mzm 98:7-9)
Ign 27 Agustus 2011

Kamis, 25 Agustus 2011

26Agt


"Berjagalah sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya"
(1Tes 4:1-8; Mat 25:1-13)

 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang
mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di
antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa
pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,sedangkan gadis-gadis yang
bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli
mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga,
mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam
terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana:
Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir
padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak
cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual
minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk
membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia
masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu
ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata:
Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu,
berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
(Mat 25:1-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Menunggu kedatangan seseorang yang tidak jelas waktunya memang dapat
melelahkan, sehingga orang mudah tertidur pulas. Hidup kita pada masa
kini bagaikan menunggu sesuatu, yaitu kematian kita, dengan kata lain
hidup ini hemat saya bagaikan persiapan atau saat-saat menantikan
kematian. Orang yang sedang bersiap-siap pada umumnya memang juga
bekerja keras. Sabda hari ini kiranya berbicara perihal kematian,
dimana masing-masing dari kita, sebagai orang yang sungguh beriman,
tak tahu kapan akan mati atau dipanggil Tuhan. Sebaliknya jika tak
beriman pada umumnya orang tahu kapan matinya, yaitu dengan bunuh
diri. Karena kematian tidak dapat kita duga waktunya, maka marilah
kita berusaha senantiasa siap siaga sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.
Untuk itu kita diharapkan hidup dan bertindak bersama atau bersatu
dengan Tuhan terus-menerus alias hidup baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur. Secara konkret antara lain hal itu dapat kita wujudkan
dengan mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan
hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, dan tentu
saja sebagai orang yang telah dibaptis kami mengajak kita semua untuk
setia pada janji baptis. Saya ingin mengangkat sisi negatif janji
baptis, yaitu 'menolak semua godaan setan' dalam hidup sehari-hari.
Godaan setan merongrong kita agar semakin menjauhi Tuhan dan hidup
seenaknya sesuai dengan selera pribadi atau keinginan pribadi,
sehingga cara hidup dan cara bertindak kita berpedoman pada 'like and
dislike' atau suka dan tidak suka, bukan baik dan buruk. Marilah kita
nyalakan terus api cintakasih kita kepada Tuhan dan saudara-saudari
kita di dalam hidup sehari-hari. Marilah dengan sepenuh hati kita
hayati kehendak Tuhan.
•       "Inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi
percabulan,supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan
menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan
penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat
oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam hal-hal
ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau
memperdayakannya. "(1Tes 4:3-6a). Hidup hanya mengikuti hawa nafsu
atau melakukan percabulan berarti 'memperlakukan saudaranya dengan
tidak baik atau memperdayakannya' alias membuat orang lain sebagai
obyek bukan subyek. Peringatan Paulus kepada umat di Tesalonika ini
hemat saya pertama-tama dan terutama hendaknya dihayati oleh
suami-isteri serta anak-anaknya. Maklum, sejauh saya dengar di dalam
keluarga atau relasi antar suami-isteri sering terjadi pemerdayaan
atau pemerkosaan, pemaksaan sebagai luapan hawa nafsu yang tak
terkendalikan. Hubungan seksual antar suami-isteri sebagai wujud
saling mengasihi dapat menjadi pemerkosaan jika dilaksanakan karena
keterpaksaan, yang dampaknya semakin mengaburkan makna atau arti
cintakasih. Orangtua sering juga begitu keras dalam mendidik dan
mengarahkan anak-anak, sehingga muncul kebencian dalam diri anak
terhadap orangtuanya. Cintakasih senantiasa membebaskan, membahagiakan
dan menyelamatkan serta menggairahkan hidup untuk lebih saling
mengasihi. Kami berharap di dalam keluarga tidak terjadi kekerasan
atau pelecehan harkat martabat manusia. Jangan penjarakan anak dengan
aneka macam sarana-prasarana seperti peralatan eletronik, sehingga
anak kurang bergaul dengan sesamanya. Jauhkan semangat "ASRI" = Asyik
Sibuk Sendiri.
"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau
bersukacita!Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum
adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di
hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi.Langit memberitakan
keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya." (Mzm
97:1-2.5-6)
Ign 26 Agustus 2011

Selasa, 23 Agustus 2011

24 Agt


"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"
(Why 21:9b-14; Yoh 1:45-51)

"Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah
menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para
nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya:
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Kata Filipus
kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang
kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel
sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya:
"Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum
Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon
ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja
orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu:
Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau
akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus
kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat
langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak
Manusia." (Yoh 1:45-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Bartolomeus, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Cukup banyak orang yang senantiasa melihat kelemahan atau kekurangan
orang lain, alias berpikiran negatif terhadap saudara-saudarinya. Para
petinggi, atasan atau pejabat ketika mengujungi bawahannya juga
berusaha melihat kekurangan dan kelemahannya dengan maksud menunjukkan
kewibawaan atau keunggulannya. Cara berpikir macam itu pernah dihayati
oleh Natanael atau Bartolomeus terhadap berita bahwa Penyelamat Dunia
telah datang dan berasal dari Nazaret, ia berkata:" Mungkinkah sesuatu
yang baik datang dari Nazaret?'. Memang apa yang dilakukan oleh
Natanael berbeda dengan yang dilakukan oleh kebanyakan orang: Natanael
jujur terhadap diri sendiri, berkata sesuai dengan yang ia ketahui,
sedangkan kebanyakan orang dengan sengaja berusaha melihat kelemahan
atau kekurangan. Maka dalam rangka mengenangkan pesta St.Batolomeus
(Natanael), kami mengajak kita semua untuk jujur terhadap diri
sendiri, misalnya jika tidak tahu dengan rendah hati mengakui
ketidaktahuan atau kebodohan atau keterbatasannya. Kita renungkan
sabda Yesus kepada Natanael "Lihat, inilah seorang Israel sejati,
tidak ada kepalsuan di dalamnya!". Hendaknya jika kita tidak tahu
tanpa malu mengakui tidak tahu, dan jangan menipu atau berbohong demi
gengsi. Masa kini memang terjadi banyak pemalsuan, tidak hanya dalam
hal barang tetapi juga anggota tubuh, misalnya hidung, buah dada/
payudara, wajah dst..yang sering dilakukan oleh mereka yang
mendambakan dirinya nampak menarik, mempesona dan memikat orang lain.
Marilah hidup sederhana apa adanya, tidak dibuat-buat atau
bersandiwara.
•       "Di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi
tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem,
turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah
dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata
yaspis, jernih seperti Kristal"(Why 21:10-11). Kutipan ini kiranya
sesuai dengan sabda Yesus kepada Natanael: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat
Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:51). Orang yang jujur
terhadap diri sendiri memang akan melihat sesuatu yang indah, mulia
dan luhur sebagai pewahyuan Diri Allah sendiri. Orang yang jujur
terhadap diri sendiri memiliki dambaan tidak pada yang kelihatan atau
duniawi, melainkan yang spiritual atau sorgawi; ia dapat melihat
keindahan, kemuliaan dan keluhuran dalam aneka barang maupun manusia
yang mungkin kurang dihargai atau dihormati oleh dunia ini. Langkah
perjalanan orang jujur senantiasa berada dalam tuntunan atau bimbingan
roh baik, sehingga ia  senantiasa melihat apa yang baik, luhur dan
mulia dalam seluruh ciptaan: binatang, tanaman maupun manusia; ia
menyaksikan karya Allah di dalam seluruh ciptaanNya. Dengan kata lain
ia senantiasa berpikiran positif alias ahli roh baik atau mahir dalam
pembedaan roh. Kami berharap cara hidup dan cara bertindak macam ini
terutama dihayati di dalam dunia pendidikan, entah dalam pendidikan
formal di sekolah maupun informal di rumah. Berpartisipasi dalam karya
pendidikan berarti berpartisipasi dalam karya p enciptaan Allah, dan
semua yang diciptakan oleh Allah baik adanya. Maka dalam mendampingi
atau mendidik anak-anak hendaknya lebih diperhatikan kelebihan atau
kebaikan serta peluang yang ada daripada kekurangan atau kejahatan
serta ancamannya.
"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan
orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan
kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk
memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia,"
 (Mzm 145:10-12a)
Ign 24 Agustus 2011

Senin, 22 Agustus 2011

23 Agt


Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu maka sebelah luarnya juga akan bersih
(1Tes 2:1-8; Mat 23:23-26)

" Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis
dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu
abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu
harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu
pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu,
tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah
dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta,
bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga
akan bersih" (Mat 23:23-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Cukup banyak orang masih bersikap munafik dalam cara hidup dan cara
bertindak, yaitu sebelah luar kelihatan baik, indah, mempesona dan
menarik, yang nampak dalam cara berpakaian dan merias diri, namun
bagian luar yaitu jiwa, hati dan akal budinya jahat atau busuk. Dengan
kata lain banyak orang suka hidup dan bertindak seperti main sandiwara
saja. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk
hidup dan bertindak jujur terhadap diri sendiri. Jujur terhadap diri
sendiri memang sulit, namun ketika kita dapat jujur terhadap diri
sendiri maka dengan mudah kita jujur terhadap orang lain, sebaliknya
kalau kita terbiasa membohongi diri maka dengan mudah kita membohongi
orang lain. Sekali lagi saya angkat apa itu jujur. "Jujur adalah sikap
dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,
berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta
rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 17).
Kami harap kejujuran ini sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan
kepada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para
orangtua atau bapak-ibu. Hidup dan bertindak sederhana merupakan salah
satu dukungan atau wujud hidup jujur, maka hendaknya kita tidak suka
berfoya-foya, apalagi bertindak sesuai dengan peribahasa "besar pasak
daripada tiang'. Marilah kita usahakan dengan rendah hati dan kerja
keras keindahan, kecantikan, kebersihan hati, jiwa dan akal budi kita.
•       "Kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan
tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah
saksi -- juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari
kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat
demikian sebagai rasul-rasul Kristus." (1Tes 2:5-6), demikian
kesaksian iman Paulus. Kita semua dipanggil untuk meneladan Paulus,
yaitu 'tidak pernah bermulut manis, tidak pernah mencari pujian dari
manusia'. Orang yang rberusaha bermulut manis serta mencari pujian
dari manusia antara lain mereka yang sedang melangsungkan upacara
pernikahan, entah sang pengantin sendiri maupun keluarganya pada
umumnya berusaha untuk itu, dan tak ketinggalan para tamu. Bukankah
peristiwa itu hanya berlangsung sesaat saja bagaikan sandiwara?
Kiranya tak mungkin orang setiap hari menghadirkan diri seperti itu.
Yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari adalah apa-apa yang
sederhana dan kecil, yang tak pernah menerima pujian manusia. Secara
khusus kami berharap kepada para pekerja maupun pelajar, mengingat dan
memperhatikan mayoritas dari kita memiliki tugas untuk bekerja atau
belajar. Para pekerja hendaknya bekerja agar semakin terampil bekerja,
demikian juga para pelajar belajar agar semakin terampil belajar.
Percayalah jika kita terampil belajar dan terampil bekerja, maka kita
sendiri akan berbahagia dan sejahtera baik lahir maupun batin, phisik
maupun spiritual, dan secara otomatis kita akan dipuji dan dicintai
oleh banyak orang. Pujian tidak kita cari akan datang sendiri
bertubi-tubi tak kenal henti sampai mati. Kita juga diingatkan agar
tidak mempunyai maksud loba yang tersembunyi alias menutup-nutupi
kejahatan kita di balik perbuatan baik yang kelihatan. Hal ini pada
umumnya dilakukan dengan rayuan-rayuan manis yang mempesona dan
menarik, sehingga orang mudah terjebak ke dalam maksud tersembunyinya,
sebagaimana dilakukan oleh para penjahat. Secara khusus juga kami
mengingatkan rekan-rekan yang menggunakan kendaraan umum sedang mudik
pada hari-hari ini: hendaknya waspada terhadap rayuan-rayuan manis
para penjahat yang berkehendak merampas harta kekayaan anda, misalnya
pura-pura memberi minuman dst..
"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau
aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau
memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku
Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan,
sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.Dari belakang dan
dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke
atasku.Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak
sanggup aku mencapainya." (Mzm 139:1-6)
Ign 23 Agustus 2011

22 Agt


"Celakalah kamu hai ahli Taurat dan orang Farisi"

(1Tes 1:2b-5.8b-10; Mat 23:13-22)

" Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan
Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu
merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. [Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang
dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima
hukuman yang lebih berat.] Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu
mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang
saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan
dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah
demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait
Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang
buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan
emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi
bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.
Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau
mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu barangsiapa
bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala
sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait
Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di
situ. Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta
Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya." (Mat 23:13-22),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Perawan
Maria, Ratu, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Cirikhas orang Farisi dan ahli Taurat antara lain kurang
melaksanakan apa yang mereka ajarkan atau mereka ketahui, dengan kata
lain kurang dalam penghayatan dan unggul dalam omongan maupun teori.
Sedangkan keutamaan Bunda Maria antara lain kebalikannya, yaitu
'mendengarkan dan merenungkan dalam hati apa yang didengarkan', dengan
kata lain mendengarkan dan kemudian melaksanakan apa yang didengarkan.
Maka mengikuti cara hidup dan cara bertindak orang Farisi maupun ahli
Taurat pasti akan celaka, sebaliknya mengikuti atau meneladan cara
hidup dan cara bertindak Bunda Maria akan selamat, bahagia dan damai
sejahtera. Kalau pada hari ini kita diajak untuk mengenangkan SP Maria
sebagai Ratu kiranya berarti kita diajak untuk meneladan cara hidup
dan cara bertindaknya. Marilah kita perdalam dan teguhkan keutamaan
'mendengarkan dan melakukan' dalam cara hidup dan cara bertindak kita
setiap hari dimanapun dan kapanpun. Menghayati dua keutamaan ini butuh
kerendahan hati dan pengorbanan diri disertai kesiap-sediaan hati,
jiwa, akal budi dan tubuh untuk senantiasa siap diperbaharui atau
dirubah, sebagaimana juga dihayati oleh SP Maria: "Sesungguhnya aku
ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."(Luk
1:38). Mendengarkan dan melakukan apa yang didengarkan erat sekali
dengan keutamaan ketaatan, sebagaimana dihayati oleh SP Maria dengan
tanggapannya "jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Maka marilah
kita hayati keutamaan ketaatan dalam cara hidup dan cara bertindak
kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Kita taati dan laksanakan
aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan
kita masing-masing.

·   "Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan
menyebut kamu dalam doa kami. Sebab kami selalu mengingat pekerjaan
imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita
Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.Dan kami tahu, hai
saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu."(1Te
1:2-4), demikian ungkapan iman Paulus kepada umat di Tesalonika. Kami
berharap kita meneladan Paulus dengan saling mengungkapkan iman satu
sama lain, artinya secara konkret saling memperlihatkan keimanan
saudara-saudari kita kepada yang bersangkutan alias melihat
kebaikan-kebaikan saudara-saudari kita. Marilah dengan rendah hati
kita lihat dan angkat 'pekerjaan iman, usaha kasih dan ketekunan
pengharapan' yang dihayati oleh saudara-saudari kita serta saling
mendukung agar kita semua juga sungguh tekun dalam ketika keutamaan
utama 'iman, kasih dan pengharapan'. Dari ketiga keutamaan ini yang
terbesar adalah kasih, maka marilah kita saling mengasihi satu sama
lain tanpa pandang bulu atau SARA. Kasih pertama-tama dan terutama
harus menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku bukan dalam omongan
atau wacana. Maka hendaknya perbuatan sekecil apapun dilaksanakan
dalam dan oleh kasih; bukan besarnya tugas yang utama, melainkan kasih
yang menjiwai tugas. Laksanakan perbuatan seperti menyapu, mengepel,
membukakan pintu, dst..dalam dan oleh kasih.

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam
jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang
menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!
Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka
bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan
kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan
keselamatan." (Mzm 149:1-4)

Ign 22 Agustus 2011