Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 23 Desember 2011

Hari Raya Natal

"Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"

HR NATAL : Yes 9:1-6; Tit 2:10-14; Luk 2:1-14

Pertama-tama kami ucapkan "SELAMAT NATAL", selamat merayakan hari Kelahiran Penyelamat Dunia. Bagi orang yang sehat baik secara phisik maupun spiritual kelahiran seorang anak pada umumnya sungguh membahagiakan, membuat hidup lebih ceria, bergairah dan bergembira. Secara khusus ibunya atau orangtuanya pasti akan membaktikan diri sepenuhnya bagi anak yang baru saja dilahirkan, dan demikian demikian pasti akan memiliki cara hidup dan cara bertindak baru, lebih-lebih atau terutama bagi sang ibu. Kegembiraan dan kebahagiaan akan semakin besar ketika tahu bahwa anak yang telah dilahirkan menjanjikan sesuatu yang besar, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama jiwa manusia. Yang kita rayakan kelahiranNya adalah Penyelamat Dunia, suatu pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya, maka selayaknya seluruh bangsa di dunia menyambut gembira. Marilah kita renungkan warta gembira Natal, sebagaimana diwartakan oleh para malaikat Allah.

"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." (Luk 2:10-12)

Warta Gembira Natal pertama-tama disampaikan oleh para malaikat Allah kepada para gembala domba di padang rumput. Para gembala domba dalam tata susunan social atau kemasyarakatan pada masa itu termasuk kelompok yang tersingkirkan atau kurang memperoleh perhatian. Maka warta gembira Natal bagi mereka berarti suatu pengentasan atau pengangkatan mereka sebagai manusia atau warga untuk menjadi sejajar dengan manusia atau warga lainnya, dan hal itu sungguh merupakan 'kesukaan besar' bagi mereka. Allah yang menjadi Manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa merupakan wujud solidaritas dan empati Allah kepada semua umat manusia di bumi atau semua bangsa di dunia.

Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka siapapun beriman kepadaNya hendaknya tidak takut untuk mendunia. Berpartisipasi dalam seluk beluk atau hal-ihwal duniawi pada masa kini harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan, lebih-lebih ketika dalam mendunia harus jujur dan disiplin. Beriman kepada Penyelamat Dunia berarti berpartisipasi dalam menyelamatkan bagian dunia yang tidak selamat, dimana ada bagian dunia yang tidak selamat ke situlah dipanggil untuk menyelamatkannya. Maka marilah kita lihat dan cermati lingkungan hidup kita dimana kita hidup, bekerja atau berada, dan ketika melihat sesuatu yang tidak selamat, entah itu harta benda, binatang, tanaman atau manusia, hendaknya segera diselamatkan. Sesuatu tidak selamat berarti sesuatu yang tidak sesuai pada tempatnya atau tidak lagi menjadi citra atau gambar Allah dalam cara hidup dan cara bertindaknya.  

Sang Penyelamat Dunia yang mendatangi kita lahir " dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan", dengan kata lain Ia dilahirkan dalam kesederhanaan atau kemiskinan, yang menandakan bahwa Ia juga akan hidup dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Dengan hidup sederhana dan bersemangat miskin, terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan, kita akan mampu melihat bagian dunia lingkungan hidup kita yang harus kita selamatkan atau bahagiakan. Maka beriman kepadaNya berarti juga harus hidup sederhana dan bersemangat/berjiwa miskin. Maka selanjutnya marilah kita renungkan kutipan surat Paulus kepada Titus di bawah ini. 

"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik." (Tit 2:12-14).

Keinginan-keinginan duniawi memang mengarah kepada penderitaan atau kesengsaraan selamanya, meskipun mengikuti keinginan dunia akan nikmat untuk sementara, tetapi akan menderita atau sengsara selamanya. Keinginan duniawi masa kini antara lain berupa gila akan harta benda/uang, gila akan jabatan/kedudukan dan gila akan kehormatan duniawi serta gila akan kenikmatan phisik misalnya kenikmatan seksual. Cukup memprihatinkan membaca informasi melalui internet bahwa cukup banyak PNS di Jawa Tengah yang selingkuh pada jam-jam kerja mereka. Para PNS yang seharusnya menjadi teladan baik ternyata malah menjadi batu sandungan dengan perilaku selingkuh, yang memang sungguh merusak hidup berkeluarga yang didasari cintakasih, dengan kata lain mereka melanggar atau melawan cintakasih sebagai hukum utama dan pertama dalam kehidupan bersama dimanapun.

Beriman kepada Penyelamat Dunia dipanggil untuk "meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan dunia dan supaya hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini".  Maka dengan rendah hati kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama di dunia ini dapat menjadi teladan dalam menghayati ajakan di atas ini: tidak mengikuti keinginan-keinginan duniawi serta hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam hidup sehari-hari di dunia sekarang ini. Memang peran keluarga pada masa kini cukup penting dalam kehidupan bersama: hidup berkeluarga adalah dasar hidup bermasyarakat dan beragama atau beriman. Orang-orang atau pribadi-pribadi bijaksana, adil dan beribadah pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga baik, beriman dan senantiasa dalam keadaan bahagia dan damai sejahtera.

Kelahiran seorang anak dalam keluarga berarti kedatangan pihak ketiga di antara suami dan isteri. Anak adalah anugerah Allah, maka kelahiran seorang anak  juga berarti kelahiran atau kehadiran Allah dalam keluarga, dalam relasi antara suami dan isteri. Bagi suami dan isteri dengan kelahiran seorang anak pasti akan berkata seperti Yesaya ini, yaitu "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." (Yes 9:1). Sang Penyelamat Dunia telah lahir dan datang di tengah-tengah kita, maka selayaknya kita pun akan menghayati sapaan Yesaya di atas: Rtidak ada sesuatu pun yang dapat ditutupi atau disembunyikan. Maka kepada mereka yang masih hidup atau 'berjalan di dalam kegelapan' kami ajak untuk segera keluar dari kegelapan. Dengan kata lain mereka yang suka berbohong hendaknya segera hidup jujur, yang suka bersandiwara dalam kehidupan kami harapkan segera membuka topeng kehidupan tersebut dan menghadirkan diri apa adanya sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, dst..

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya." (Mzm 96:1-3.11-13)

"SELAMAT NATAL DAN BERBAHAGIA BERSAMA"

Ign , 25 Desember 2011

Note: saksikan Metro TV pk 19.05 wib (siaran sekitar Seminari Mertoyudan)

 


24 des


"Engkau akan disebut nabi Allah yang mahatinggi"

(2Sam 7:1-5.8b-12.16; Luk 1:67-79)

" Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera." (Luk 1:67-79), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Nubuat Zakharia di atas ini menjadi bagian Ibadat harian para anggota lembaga hidup bakti dan klerus sebagai Kidung Zakharia, yang didoakan dalam ibadat pagi. Nubuat Zakharia juga diwartakan hari menjelang hari raya Natal. Kelahiran Penyelamat Dunia, Allah yang "melawat umatNya dan membawa kelepasan baginya". Kidung Zakharia menjadi bagian dari doa/ibadat pagi kiranya merupakan suatu ajakan untuk menghayati bahwa selama sepanjang hari hendaknya kita percaya bahwa "Allah melawat umatNya dan membawa kelepasan". Dengan kata lain hendaknya kita tidak takut memasuki atau mengarungi hari ini dalam menghadapi aneka tugas atau pekerjaan yang mungkin juga sarat dengan tantangan, hambatan dan masalah. Marilah kita imani dan hayati bahwa Allah "mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera", yang berarti kita sikapi masa depan atau apa yang ada dihadapan kita dengan penuh harapan, ceria, gairah dan dinamis karena damai sejahtera ada di hadapan kita. Dari pihak kita memang juga dituntut kesediaan diri total untuk mau diarahkan oleh Allah dalam kondisi dan situasi apapun. Selain menghadapi hari ini dengan semangat kidung Zakharia kiranya kutipan dari Kitab Ratapan ini juga baik kita pegang teguh dalam memasuki hari baru , yaitu "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Rat 3:22-23). Tuhan setia pada janjiNya untuk mendatangi kita dengan menjadi manusia hina seperti kita kecuali dalam hal dosa untuk membebaskan kita semua dari penindasan setan atau kejahatan. Marilah kita tanggapi kesetiaan Tuhan dengan hidup setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, agar damai sejahtera menjadi nyata dalam diri kita maupun kehidupan bersama kita dimana pun dan kapan pun.

·    "Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau." (2Sam 7:3), demikian kata nabi Natan kepada raja Daud. Apakah yang terkandung dalam hati kita masing-masing pada saat ini, saat menantikan pesta Natal yang akan segera tiba? Kami percaya dalam hati kita masing-masing terkandung dambaan suci akan hidup dalam damai sejahtera, maka marilah kita wujudkan dambaan tersebut dengan bantuan rahmat Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Dengan penyertaan atau pendampingan Tuhan kita pasti akan mampu mewujudkan damai sejahtera yang menjadi dambaan kita semua. Damai sejahtera sejati memang ada di dalam hati, jika hati kita sungguh dalam keadaan damai sejahtera maka secara otomatis lingkungan hidup kita juga akan damai sejahtera. Hati adalah pusat hidup dan jati diri manusia, sebagaimana dari Hati Yesus Yang Mahakudus ketika ditusuk tombak mengalir 'air dan darah segar', symbol kehidupan dan keselamatan, maka semoga dari hati kita pun juga keluar atau menghasilkan kehidupan dan keselamatan yang didambakan oleh semua orang. Dengan kata lain marilah kita berusaha dengan keras dan rendah hati dalam hidup dan bertindak agar cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan kehidupan dan keselamatan sejati, terutama kehidupan dan keselamatan jiwa manusia. "Tuhan menyertai engkau", kata-kata inilah yang hendaknya senantiasa menjadi pegangan atau pedoman hidup kita, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita hanya melakukan kehendak dan perintah Tuhan.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun." (Mzm 89:2-5)

Ign 24 Desember 2011


23 Des


"Namanya adalah Yohanes"

(Mal 3:1-4; 4:5-6; Luk 1:57-66)

"Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia." (Luk 1:57-66), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catataan sederhana sebagai berikut:

·   Waarta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua akan pentingnya merubah gaya hidup demi keselamatan atau kebahagiaan kita. Kita semua dapat merubah atau memperbaharui gaya hidup kita dengan merubah pikiran kita. Dalan tradisi anak laki-laki yang baru saja dilahirkan harus diberi nama seperti nama ayahnya, demikian seharusnya anak yang dilahirkan oleh Elisabeth harus diberi nama Zakharias seperti ayahnya, sebagaimana juga berlaku di suku-suku tertentu di Indonesia. Namun ternyata sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan ia tidak diberi nama Zakharias, melainkan Yohanes. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal nama yang dikenakan kepada kita, lebih-lebih atau terutama yang telah mengganti nama, entah itu imam, bruder, suster atau suami-isteri. Kami percaya nama baru yang kita kenakan tidak datang begitu saja, tetapi cukup lama dipikirkan dan direnungkan serta kemudian diputuskan. "Menjadi apakah anak ini nanti", demikian pertanyaan banyak orang terhadap nama anak yang baru saja dilahirkan Elisabeth. "Tangan Tuhan menyertai dia", maka anak itu akan tumbuh berkembang sesuai dengan kehendak atau panggilan Tuhan. Kami percaya sebagai orang beriman kita juga disertai oleh Tuhan, maka marilah kita konsekwen atau konsisteen perihal nama yang dikenakan pada kita masing-masing. Hendaknya kita hidup dan bertindak sesuai dengan dambaan, harapan atau impian yang muncul menjelang nama dikenakan pada diri kita masing-masing. Mungkin sebagai anak kita hanya sekedar menerima nama dari orangtua kita masing-masing, maka marilah dengan rendah hati kita bertanya kepada orangtua kita perihal dambaan, kerinduan dan impian terhadap diri kita masing-masing.

·   " Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam" (Mal 3:1). Kutipan ini kiranya dapat kita kenakan pada diri kita masing-masing. Seperti Yohanes dilahirkan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia, demikian juga kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Persiapan merupakan sesuatu yang penting, jika kita mendambakan kesuksesan segala sesuatu yang kita impikan, cita-citakan, dambakan dan rencanakan , hendaknya kita sungguh mempersiapkan semuanya dengan sebaik dan seoptimal mungkin. Hidup ini adalah suatu persiapan untuk dipanggil Tuhan, dimana kita akan berhadapan dengan Tuhan secara pribadi; kita siap untuk dipanggil Tuhan jika kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Dalam keadaan, kondisi dan situasi apapun kita hendaknya senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan, senantiasa berkehendak dan melakukan apa yang benar, mulia, luhur dan baik. Dengan kata lain hendaknya kita setia pada dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh janji yang pernah kita ikrarkan. Para pelajar atau mahasiswa hendaknya setia belajar, para pekerja hendaknya setia bekerja, yang sedang mencinta hendaknya setia saling mencintai dst.. Secara khusus kami mengingatkan anda semua: siapkah kita untuk merayakan pesta kelahiran Penyelamat Dunia yang segera akan tiba? Siapkah kita didatangi oleh Tuhan kapan pun dan dimana saja?

"TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya" (Mzm 25:8-10)

Ign 23 Desember 2011


Selasa, 20 Desember 2011

22 Des


 "Jiwaku memuliakan Tuhan"

(!Sam 1:24-28; Luk 1:46-56)

" Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,8 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya." (Luk 1:46-56), demikian kutipan Warta Genbira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setelah menerima pujian dari Elisabeth, Maria tidak menjadi sombong melainkan semakin rendah hati serta kemudian mendaraskan Kidung Magnificat, yang antara lain pada masa kini menjadi bagian dari Ibadat Harian para anggota lembaga hidup bakti maupun klerus serta doa harian bagi para anggota Legia Mariae. Maria adalah teladan umat beriman, maka secara khusus kami berharap agar para anggota lembaga hidup bakti maupun klerus dapat menjadi teladan dalam kerendahan hati seperti Maria. Dalan Kidung Magnificat kerendahan hati antara lain dihayati sebagai penghayatan iman bahwa Allah Yang Mahakuasa telah melakukan karya-karya agung dalam hambaNya yang hina dina. Karya-karya agung Allah dalam diri kita antara lain berupa kesehatan, kepandaian/kecerdasan, keterampilan, kecantikan, ketampanan dan segala  sesuatu yang baik, indah, mulia dan luhur dalam diri kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Maka marilah dengan rendah hati kita imani dan hayati bahwa semua yang baik, luhur, mulia, indah, menarik, mempesona dan memikat dalan diri kita adalah karya agung Allah. Dengan kata lain kepada siapapun yang merasa diri pandai, cerdas,  kaya, cantik, tampan, baik, menarik, mempesona dan menawan hendaknya tidak menjadi sombong, melainkan rendah hati. Mereka yang sombong, angkuh atau senang pamer diri pasti akan dijungkirbalikkan dan dengan demikian akan menderita atau celaka selama-lamanya. Sebagai umat beriman kita juga diingatkan bahwa kita adalah keturunan Abraham, bapa umat beriman, maka baiklah jika kita juga membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, agar dengan demikian kita juga siap sedia untuk menyambut kedatanganNya di hari Natal yang semakin mendekat ini. Kidung Magnificat kiranya juga merupakan ajakan bagi kita semua untuk hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya atau memboroskan waktu, tenaga maupun hata benda tiada guna.

·    "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN. Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN" (1Sam 1:26-28), demikian doa Hana atas kelahiran anaknya, sebagai anugerah Tuhan. Anak adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya juga dipersembahkan kembali kepada Tuhan, terserah kehendak Tuhan aas anak yang telah dianugerahkan. Dengan kata lain doa Hana di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar anak-anak sungguh mengikuti kehendak atau panggilan Tuhan, karena Ia juga yang menganugerahi pertumbuhan, sedangkan tugas orangtua maupun para guru/pendidik yang membantu mendidik orangtua dalam mendidik anak-anak mereka adalah 'menyiram' (merawat sedemikian rupa sebagai pekerja sama Tuhan dalam menganugerahi pertumbuhan). Pada masa kini panggilan untuk menjadi imam, bruder maupun suster sungguh memprihatinkan baik dalam hal kwalitas maupun kwantitas, maka kami berharap kita semua berusaha untuk berpartisipasi dalam menyuburkan panggilan. Untuk itu anak-anak hendaknya dirawat atau disirami sedemikian rupa sehingga memiliki kepekaan terhadap yang lain, tunbuh dan berkembang 'to be man/woman for/with others'. Cirikhas perawatan atau penyiraman yang baik dan benar adalah dijiwai oleh cintakasih dan kebebasan Injili, jauhkan dari aneka macam bentuk pemanjaan pada anak-anak. Fungsikan sedini mungkin anak-anak demi keselamatan lingkungan hidupnya sesuai dengan perkembangan kepribadian dan kedewasaan anak-anak. Kaderisasi itulah yang hendaknya kita usahakan; seorang kader sejati adalah fungsional menyelamatkan lingkungan hidupnya dimana pun dan kapan pun, lebih-lebih dan terutama demi keselamatan jiwa manusia. Marilah kita sadari bahwa yang akan kita sambut kedatanganNya adalah Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia; beriman kepadaNya berarti berpartisipasi dalam penyelamatan dunia, dimana ada bagian dunia yang tidak selamat harus menyelamatkan, dan untuk itu harus sungguh mendunia/membumi.

"Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu. Busur pada pahlawan telah patah, tetapi orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan. Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya, menjadi layu. TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga." (1Sam 2:1.4-7)

Ign 22 Desember 2011. "Selamat hari Ibu" -> "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia"


21 Des


"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu."

(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)

" Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:39-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kepada kita ditampilkan atau dikisahkan dua perempuan yang penuh Roh Kudus serta memperoleh kasih karunia Allah saling bertemu dan menyapa: Maria mengunjungi Elisabeth, yang muda mendatangi yang lebih tua. Pertama-tama bertemu memberi salam, dan kiranya kebiasaan memberi salam ini juga sering kita lakukan setiap hari setiap kali kita bertemu dengan orang lain, entah secara langsung atau tidak langsung, misalnya dengan tilpon atau HP atau surat. Salam berarti selamat, maka saling memberi salam berarti saling menyelamatkan dan membahagiakan serta saling memuji. Elisabeth ketika mendengar salam dari Maria melonjaklah anak yang ada di rahimnya, sehingga ia berkata kepada Maria "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu…Dan berbahagilah ia, yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana". Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk mawas diri: apakah setiap kali kita memberi salam kepada saudara-saudari kita, apakah hal itu kita lakukan sekedar basa-basi atau formalitas belaka atau sungguh keluar dari lubuk hati kita yang terdalam, sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas kasih karunia Allah yang telah kita terima secara melimpah ruah? Lebih-lebih dan terutama kepada rekan-rekan kaum perempuan kami ajak untuk saling menyapa "Diberkatilah buah rahimmu", yang berarti senantiasa menghayati kelahiran anak sebagai berkat atau kasih karunia Allah, dan kemudian membesarkan dan mendidik anak dalam kasih karunia Allah juga atau dengan penuh kerahiman

·   "Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit.Kekasihku serupa kijang, atau anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi. Kekasihku mulai berbicara kepadaku: "Bangunlah manisku, jelitaku, marilah! Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. Di ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur terdengar di tanah kita. Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah! Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu" (Kid 2:8-14). Kutipan dari Kidung Agung di atas ini kiranya baik menjadi bahan permenungan bagi siapapun yang hidup saling mengasihi, lebih-lebih dan terutama bagi para suami dan isteri yang telah berjanji untuk saling mengasihi satu sama lain baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. "Manisku, jelitaku", kata-kata ini selayaknya dikatakan oleh suami kepada isterinya dan sebaliknya. Hendaknya dalam situasi atau kondisi apapun, baik suami maupun isteri, saling menyikapi dan menghayati pasangan hidupnya sebagai yang manis dan jelita, dan dengan demikian pasangan hidupnya senantiasa menarik, menawan, memikat dan mempesona. Tentu saja sikap dan penghayatan macam itu hendaknya juga menjadi milik semua umat beriman: saling memuji, menghormati, mengabdi dan memuliakan, sebagaimana manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, mengabdi dan memuliakan Tuhan Allah yang telah menciptakannya. Tentu saja hal itu juga mengandaikan kita semua senantiasa dalam keadaan manis, tidak hanya secara phisik tetapi juga secara spiritual, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menarik, mempesona, memikat dan menawan bagi siapapun yang melihat kita atau hidup dan bekerja bersama dengan kita.

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya" (Mzm 33:2-3.20-21)

Ign 21 Desember 2011


20 Des



"Engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah"

(Yes 7:10-14; Luk 1:28-38)

"Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia" (Luk 1:28-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setelah Elisabeth menerima kasih karunia Allah, pada hari ini kita diajak mengenangkan SP Maria yang "beroleh kasih karunia Allah" untuk menjadi ibu Penyelamat Dunia, yang kita nantikan kedatanganNya. Menanggapi kasih karunia atau panggilan Allah untuk menjadi ibu Penyelamat Dunia, Maria menjawab "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita juga telah menerima kasih karunia atau rahmat Allah secara melimpah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan atau mengasihi kita dengan berbagai cara dan bentuk. Hendaknya disadari dan dihayati bahwa aneka macam sapaan, perlakuan, sentuhan dari saudara-saudari kita sungguh merupakan kasih karunia Allah kepada kita yang lemah, rapuh dan berdosa. Maka selayaknya kita juga meneladan Maria yang rendah hati dan taat dalam menanggapi kasih karunia Allah, antara lain secara konkret hidup saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk meneladan SP Maria, yang menyatakan dan menghayati diri sebagai hamba Tuhan dan senantiasa melaksanakan kehendak Tuhan dalam hidup sehari-hari. Kehendak Tuhan antara lain menggejala dalam diri orang-orang yang berkehendak baik, maka marilah kita dengan rendah hati mendengarkan suara, nasihat, kritik, saran dst..dari saudara-saudari kita yang berkehendak baik, dan selanjutnya kita hayati atau laksanakan. Kita sikapi dan hayati semua yang berasal dari saudara-saudari kita yang berkehendak baik sebagai kasih karunia Tuhan Allah kepada kita manusia yang lemah, rapuh dan berdosa ini.

·   "Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (Yes 7:14), demikian kata ramalan nabi Yesaya perihal kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia telah lama dijanjikan oleh Allah kepada umat manusia yang percaya kepadaNya, dan setiap kali hal itu diingatkan atau diangkat kembali oleh para nabi, yang mempersiapkan umatnya atau bangsanya dalam rangka menyambut kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Sejak memasuki masa Adven kita juga diajak dan diingatkan untuk mempersiapkan diri dalam rangka merayakan Natal, Pesta kelahiran Penyelamat Dunia. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan anda sekalian: sudah sungguh siapkah kita merayakan Natal, Kelahiran Penyelamat Dunia, Pembawa Damai Sejahtera, persaudaraan dan persahabatan sejati? Dengan kata lain apakah dari pihak kita sendiri juga telah  mengusahakan dan membangun persaudaraan dan persahabatan sejati antar kita dalam hidup dan kerja bersama kapan pun dan dimana pun? Yang akan kita sambut juga akan dinamai Imanuel, yang berarti Allah beserta atau menyertai kita. Benarkah dan siapkah kita disertai Allah dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, sehingga mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai  dengan kehendak Allah, yang menghayati diri sebagai hamba-hamba Allah dan senantiasa mengusahakan damai sejahtera dalam cara hidup dan carnda bertindak?

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan"

 (Mzm 24:1-4b)

Ign 20 Desember 2011