Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 07 Januari 2012

9 Jan


"KepadaMulah Aku berkenan"

(Kis 10:34-38; Mrk 1:7-11)

" Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Mrk 1:7-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan 'Pesta Pembaptisan Tuhan' hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Baptis adalah "gerbang sakramen-sakramen, yang perlu untuk keselamatan, entah diterima secara nyata atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan mana manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh meterai yang tak terhapuskan" (KHK kan 849). Dalam kutipan di atas ini kiranya dapat kita fahami bahwa ada baptis lahir dan baptis batin. Entah telah menerima baptis lahir atau batin, dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk menjadi pribadi-pribadi yang berkenan pada Tuhan. Tuhan telah mengasihi kita dengan melimpah ruah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau memperhatikan kita, maka selayaknya kita tanggapi dengan hidup dan bertindak yang berkenan kepada Tuhan. Yang berkenan kepada Tuhan tidak lain adalah yang menghayati janji baptis dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari, yaitu 'hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Abdi atau pelayan yang baik memang yang senantiasa melaksanakan perintah, arahan, nasihat dan tuntunan tuannya, maka mengabdi Tuhan berarti senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan yang utama, yaitu hidup dan bertindak saling mengasihi sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita. Kita hendaknya juga menolak dengan tegas semua godaan setan tanpa ambil kompromi sedikitpun, termasuk hal-hal yang merangsang kita untuk melakukan dosa atau berbuat jahat.

·    "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang" (Kis 10:34-36), demikian kesaksian iman Petrus kepada para pendengarnya. "Allah tidak membedakan orang dan Yesus Kristus adalah Tuhan dari semua orang", inilah yang hendaknya kita renungkan, hayati dan sebarluaskan. Dengan kata lain kita dipanggil untuk mengusahakan, memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita yang berbeda satu sama lain. Milyardan atau jutaan manusia di bumi ini tidak ada yang sama, melainkan berbeda satu sama lain, maka tidak mengherankan sering terjadi ketegangan dan tawuran sampai pembunuhan atau perusakan-perusakan karena orang lebih menekankan perbedaan daripada kesamaan. Untuk membangun, memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati hendak lebih mengutamakan dan mengedepankan apa yang berbeda antar kita, sehingga apa yang berbeda antar kita akan memperteguh persaudaraan. Ingatlah dan sadari bahwa laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain (phisik, sifat, usia dst.) tetapi ada daya tarik dan daya pikat, sehingga saling menarik dan memikat maupun bersahabat, bahkan sampai bersatu sebagai suami-isteri. Dengan kata lain perbedaan menjadi daya tarik atau daya pikat, maka hendaknya aneka perbedaan antar kita dijadikan daya tarik dan daya pikat untuk saling mengenal dan akhirnya bersahabat. Memang untuk itu butuh kerendahan hati agar kita tertarik dan terpikat apa yang berbeda antar kita. Kami berharap para suami-isteri, yang memiliki pengalaman mendalam dapat bersahabat dan bersatu, mengembangkan dan memperdalam serta menyebarluaskan dalam kehidupan bersama yang lebih luas. Kami ingatkan juga bahwa dalam ilmu phisika dikenal adanya dua kutup listrik, yaitu negatif dan positif, yang saling bertolak belakang. Namun ketika yang negatif dan positif bersatu terjadilah sinar terang yang membahagiakan dan menyelamatkan. Semoga apa yang terjadi dalam relasi antar laki-laki dan perempuan serta kutup negatif dan positif dalam phisika tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam membangun, memperdalam dan menyebarluaskan persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita umat manusia di bumi ini.

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan." (Yes 12:2-3)

Ign 9 Januari 2012


Hari Raya Penampakan Tuhan


HR PENAMPAKAN TUHAN: Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12

"Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."

Para nelayan pada umumnya bekerja di malam hari dalam rangka mencari atau menangkap ikan di laut. Mereka juga terampil dalam hal melihat bintang di langit sebagai petunjuk arah, dengan kata lain bintang yang bertebaran di langit pada malam hari bagi mereka sungguh merupakan 'jalan hidup' menuju ke keselamatan dan kebahagiaan. Bintang-bintang di langit di malam hari bagi para nelayan juga merupakan kehidupan, dan mungkin bagi kebanyakan orang hanya sekedar keindahan di malam hari. Pada hari ini dalam warta gembira dikisahkan orang-orang majus dari Timur yang melihat bintang sebagai tanda kedatangan Penyelamat Dunia, dan bintang tersebut menjadi petunjuk arah ke mana ia harus mencari tempat dimana Penyelamat Dunia dilahirkan dan berada. Maka dari jauh dengan petunjuk bintang mereka berjalan menuju Yerusalem, dimana bintang yang dilihatnya menunjukkannya. Penampakan Tuhan bagi mereka ditandai dengan simbol bintang, dan memang Sang Penyelamat Dunia kiranya juga boleh dikatakan sebagai Bintang Sejati yang menerangi dan memberi petunjuk jalan bagi semua orang untuk mengarah ke keselamatan atau kebahagiaan sejati. Maka marilah kita yang beriman kepadaNya mawas diri: apakah kita juga dapat menjadi bintang-bintang bagi saudara-saudari kita dalam hidup dan kerja kita setiap hari kapan pun dan dimana pun.

"Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (Mat 2:2)

Pertama-tama marilah kita lihat kehadiran dan karya Tuhan dalam diri saudara-saudari kita, yang nampak atau menggejala dalam aneka perbuatan baik, yang bermoral dan berbudi pekerti luhur. Apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur dalam diri saudara-saudari kita merupakan bintang-bintang yang menunjukkan jalan bagi kita semua untuk menuju ke kebahagiaan atau keselamatan sejati, yaitu kebahagiaan dan keselamatan jiwa manusia. Kami percaya dalam diri saudara-saudari kita dapat kita jumpai lebih banyak apa yang baik daripada tidak baik, yang bermoral daripada yang tidak bermoral, yang berbudi pekerti luhur daripada yang tidak berbudi pekerti luhur. Kita tiru dan hayati dalam diri kita apa yang kita temukan atau jumpai dalam diri saudara-saudari kita agar kita pun juga semakin dapat menjadi bintang-bintang bagi orang lain.

Menjadi bintang pada umumnya menjadi sorotan atau perhatian banyak orang, misalnya bintang penyanyi, bintang pelajar/mahasiswa, dst.. Maka kami berharap anda tidak menjadi malu ketika menjadi perhatian dan sorotan dari banyak orang serta juga tidak menjadi sombong, melainkan hendaknya bersyukur dan berterima kasih serta kemudian menghayati syukur dan terima kasih tersebut dengan berbuat baik kepada mereka yang memperhatikan dan menyoroti. Jika perbuatan baik tak mungkin  dilakukan dengan tindakan-tindakan phisik, baiklah dilakukan secara spiritual, yaitu dengan mendoakan mereka. Dengan kata lain menjadi bintang berarti juga menjadi pendoa sejati, yaitu orang yang senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan kapan pun dan dimana pun.       

Kami berharap kepada anda semua tidak meniru sikap raja Herodes, yang pura-pura juga ingin melihat dan berbakti kepada Sang Penyelamat Dunia, namun sebenarnya dalam hatinya iri dan merasa disaingi karena konon ada raja baru yang muncul dan lebih berwibawa. "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia." (Mat 3:8), demikian kata-kata raja Herodes kepada para majus yang datang menghadapnya. Irihati dan kebohongan Herodes dikemas dalam kata-kata yang indah, dan memang begitulah sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehar-hari dalam diri orang yang irihati dan bohong. Para penjahat pada umumnya menggunakan kata-kata mesra dan indah untuk mengelabui sasarannya. Maka dengan ini kami juga berharap kepada anda untuk peka, hati-hati dan cermat terhadap kata-kata mesra dan indah, jangan-jangan hal itu merupakan jebakan atau rayuan bagi kita untuk menjadi korban kejahatan dan mungkin juga bagi para gadis menjadi korban perkosaan.

"Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus,yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus" (Ef 3:2-3a.5-6)

Menjadi orang beriman atau beragama pertama-tama bukan karena ikatan darah atau suku, melainkan karena Roh yang dianugerahkan kepada kita. Dengan kata lain yang unggul dalam hidup beriman atau beragama adalah mereka yang hidup dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya menghasilkan buah-buah Roh Kudus seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus kita juga memiliki tugas merasul, maka marilah kita hayati dan sebarluaskan buah-buah Roh Kudus di atas dalam hidup dan kerja kita sehari-hari kapan pun dan dimana pun.

Kita juga diingatkan "bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus". Warta Injil diperuntukkan bagi seluruh manusia atau bangsa di dunia tanpa pandang bulu atau SARA. Peringatan di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa bukan ikatan darah atau suku, yang diutamakan dalam keanggotaan Umat Allah, melainkan ikatan dalam Roh Kudus, artinya budi pekerti luhur atau kecerdasan spiritual yang menjadi ikatan. Sekali lagi kami ingatkan bahwa Yesus Kristus adalah Penyelamat dunia, Ia datang untuk menyelamatkan seluruh dunia. Atas dasar iman inilah para Gembala Gereja Katolik di dalam Konsili Vatikan II berani menyatakan atau mengajarkan bahwa "mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan" (Vatikan II: LG no 16).

Para majus yang menerima penampakan bukan orang Yahudi. Secara konkret yang menjadi anggota Gereja Katolik pada masa kini mayoritas juga bukan orang Yahudi dan tergerak untuk menjadi anggota Gereja Katolik karena kesaksian iman mereka yang telah menjadi anggota Gereja Katolik, yang telah menampakkan rahmat Allah melalui cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian, entah keyakinan atau agamanya apapun, untuk lebih mengutamakan penghayatan iman bukan pengungkapan iman, dengan kata lain lebih mengutamakan cara hidup dan cara bertindak yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur daripada ajaran, wacana atau omongan. Marilah kita hayati tugas merasul (berdkwah) dengan dan melalui cara hidup dan cara bertindak, bukan dengan omongan atau provokasi.

"Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin"

 (Mzm 72:10-13)

Ign 8 Januari 2012


7 Jan


"Mereka kehabisan anggur"

(1Yoh 5:14-21; Yoh 2:1-11)

"Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!"Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya." (Yoh 2:1-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ibu atau perempuan pada umumnya lebih peka akan kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari daripada bapak atau laki-laki. Itulah yang terjadi di pesta perkawinan di Kana dimana Bunda Maria dan Yesus hadir, Bunda Maria melihat sesuatu yang kurang dalam pesta tersebut dan jika tidak segera dibereskan akan memalukan tuan rumah yang mengundang sekian banyak tamu. Bunda Maria percaya bahwa Yesus dapat melakukan sesuatu demi keselamatan pesta perkawinan tersebut. Maka pertama-tama saya mengajak dan mengingatkan rekan-rekan ibu atau perempuan untuk memperdalam dan mengembang-kan kepekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan kecil dan penting dalam hidup bersama, entah di dalam keluarga, masyarakat maupun tempat kerja. Memang masalah makanan dan minuman pada umumnya menjadi urusan atau tugas pelayanan bagi para ibu atau perempuan untuk dilaksanakan sebaik mungkin, entah di dalam keluarga maupun masyarakat dan tempat kerja atau aneka macam pesta bersama. Ketika makanan dan minuman yang disajikan baik pada umumnya mereka yang mengkomsumsi sungguh gembira dan bahagia, meskipun tidak tergerak untuk memuji siapa yang mempersiapkan atau mengurusnya. Sebaliknya ketika makanan atau minuman yang disajikan tidak berkenan di hati atau selera pribadi, pada umumnya orang lalu mencari-cari siapa yang mengurusnya alias melecehkannya. Melalui makanan atau minuman memang orang dapat membahagiakan atau merusak, yang merusak misalnya sebagaimana dilakukan oleh para penipu kepada para penumpang kendaraan umum, yang sering terjadi di sekitar Idul Fitri. Semoga melalui makanan dan minuman kita dapat saling membahagiakan dan menyelamatkan.

·   Dalam warta gembira hari ini dikisahkan adanya mujijat 'air menjadi anggur'. Kita semua sebagai umat beriman juga dipanggil untuk mengubah 'air menjadi anggur', artinya membuat apa yang tidak enak menjadi enak, yang enak menjadi lebih enak. Memang dalam kenyataan belum tentu apa yang dihadapkan atau disajikan atau yang kita lihat dan nikmati sebenarnya tidak enak atau tidak sesuai dengan selera  pribadi. Dekati dan sikapi apa yang tidak enak dalam dan oleh kasih, dengan demikian akan menjadi enak adanya. "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya." (1Yoh 5:14-15). Apa yang dikatakan oleh Yohanes dalam suratnya di atas ini kiranya dapat menjadi pegangan atau pedoman dalam rangka mengubah 'air menjadi anggur', yang tidak enak menjadi enak. Kita hendaknya percaya kepadaNya, dengan kata lain sungguh beriman. Jika kita sungguh beriman maka hadapi dan segala sesuatu dalam dan oleh iman. Sekali lagi kembali soal makanan; makanlah dalam iman, maka apa yang kita makan enak dan menyelamatkan, tentu saja makanan tersebut sehat. Makanan sehat belum tentu enak atau sesuai dengan selera pribadi kita, apalagi makanan suku-suku atau bangsa-bangsa tertentu yang asing bagi kita. Makan dalam dan dengan iman berarti saya makan yang tidak enak dan biasa dimakan orang setempat tersebut pasti tidak mati. Enak dan tidak enak hitungannya hanya detik: mau melewati yang tidak enak dan sehat pasti akan selamat dan bahagia.

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mzm 149:1-4)

Ign 7 Januari 2012


Kamis, 05 Januari 2012

6 Jan


"Engkaulah AnakKu yang Kukasihi"

(1Yoh 5:5-13; Mrk 1:7-11)

"Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Mrk 1:7-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus, Sang Penyelamat dunia, memang Yang terkasihi oleh Allah. Kita semua yang beriman kepadaNya kiranya juga diharapkan sebagai yang dikasihi oleh Allah, maka marilah kita mawas diri apakah kita menghayati diri sebagai yang dikasihi oleh Allah. Kasih Allah kepada kita telah dicurahkan secara melimpah ruah melalui orang-orang yang memperhatikan dan mengasihi kita sejak kita dilahirkan di dunia ini melalui aneka cara dan bentuk, dan tentu saja pertama-tama dan terutama melalui orangtua kita masing-masing khususnya ibu kita yang telah mengandung dan melahirkan kita. Maka sekali lagi saya angkat lagu "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Maka marilah kita berusaha dengan rendah hati untuk senantiasa menjadi yang berkenan kepada Allah dan sesama kita kapan pun dan dimana pun. Kita akan berkenan kepadaNya maupun sesama kita jika kita menghayati sabdaNya dan sabdaNya yang utama adalah agar kita saling mengasihi satu sama lain. Maka kepada mereka yang masih membenci atau memusuhi sesamanya kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri. Apakah saya mengasihi siapapun yang setiap hari hidup dan bekerja bersama kita? Jika kita mampu mengasihi mereka yang dekat dengan kita setiap hari, maka untuk mengasihi mereka yang jauh atau asing akan mudah, sebaliknya jika kita tak mampu mengasihi mereka yang dekat dengan kita, maka mengasihi yang jauh atau asing berarti melarikan diri dari tanggungjawab.

·   "Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu" (1Yoh 5:5-7). Air, darah dan roh adalah unsur utama kehidupan. Roh atau jiwa membuat kita memiliki kreatifitas, cita-cita dan dambaan, darah membuat kita sehat wal'afiat , sedangkan air membuat kita segar. Air juga menjadi penyalur tenaga listrik dalam tubuh kita, sebagaimana fungsi air antara lain mengalirkan sesuatu, demikianlah dalam tubuh kita mengalirkan tenaga ke seluruh tubuh. Ketiganya adalah satu berarti jika ketiga baik dan berfungsi prima dalam diri kita, maka kita dimanapun dan kapanpun akan mampu memberi kesaksian kabar baik alias kapan pun dan dimana pun senantiasa mewartakan atau menyebarluaskan apa yang baik. Mungkin yang perlu kita usahakan adalah kesehatan darah dan kecukupan air dalam tubuh kita. Untuk menjaga dan mengusahakan kesehatan darah hendaknya berpedoman 'empat sehat lima sempurna' dalam mengkonsumsi makanan, dan juga sejauh mungkin menyingkiri makanan-makanan dan minuman-minuman instant atau kemasan. Pengalaman menunjukkan bahwa generasi muda masa kini yang terbiasa mengkomsumsi jenis makanan dan minuman instant memiliki daya tahan tubuh lemah serta mudah terserang penyakit. Komsumsilah makanan dan minuman yang alamiah, yang belum diintervensi aneka macam obat atau pengawet. Hendaknya juga minum air putih yang memadai atau secukupnya setiap hari; air putih biasa bukan yang steril sama sekali. Makanan dan minuman alamiah memang mengandung bakteri pembusuk, yang kita butuhkan untuk membusukkan sisa makanan dan minuman dalam tubuh kita. Mereka yang mengkomsumsi makanan dan minuman steril pada umumnya dengan mudah akan sakit diare, dan untuk itu sering orang lalu mengkonsumsi suplemen-suplemen. Suplemen-suplemen berupa tablet dst.. pada dasarnya juga kurang sehat. Ketika kondisi darah kita baik dan kita kecukupan air maka dengan mudah kita digerakkan oleh roh (semangat, cita-cita, dambaan) dan dengan demikian kita akan hidup dinamis, bergairah dan tidak pernah  mudah lelah, serta memiliki daya tahan tubuh prima.

" Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari." (Mzm 147:13-15)

Ign 6 Januari 2012


Rabu, 04 Januari 2012

5 Jan


"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"

(1Yoh 3:11-21; Yoh 1:43-51)

" Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:43-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Banyak orang sulit percaya dan mudah curiga ketika mendengar ceritera dari temannya akan suatu kejadian atau peristiwa dan belum melihat atau menyaksikan sendiri apa yang terjadi. Orang yang demikian ini memang sulit percaya kepada sesamanya serta dapat menimbulkan masalah bagi sesamanya. Maka marilah kita mawas diri perihal kepercayaan kita kepada saudara-saudari kita atau bagaimana kita saling percaya satu sama lain. Bukankah kita memiliki pengalaman konkret, yaitu mudah percaya kepada saudara-saudari kita ketika kita diberi makanan atau minuman, tanpa curiga sedikitpun langsung kita santap dengan mantap? Hendaknya pengalaman percaya macam itu juga dikembangkan di dalam bidang kehidupan yang lain, yaitu ceritera atau omongan saudara-saudari kita. Tentu saja kita juga harus berusaha untuk menjadi orang yang dapat dipercaya, dengan kata lain tidak pernah berbohong atau menipu sedikitpun, apa yang kita ceriterakan sungguh merupakan kenyataan atau apa yang saya saksikan dengan mata sendiri. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa berusaha hidup dan bertindak jujur. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Natanael kiranya juga termasuk orang yang jujur atau polos terhadap diri sendiri, dimana ia terus terang apa adanya bahwa ia belum percaya jika belum melihat sendiri. Maka Natanael kiranya juga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk dengan jujur mengakui kelemahan dan keterbatasan kita, tidak menutupi sedikitpun.

·   "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu" (1Yoh 3:18-20). Kasih memang terutama dan pertama-tama harus diwujudkan dalam perbuatan atau tindakan. Perbuatan atau tindakan akan lebih mengesan daripada wacana atau omongan, misalnya ciuman, sentuhan, pelukan, dst…dan tentu saja sebagai suami-isteri kasih yang sungguh mengesan pada umumnya adalah ketika hubungan seksual, perbuatan atau tindakan konkret dimana masing-masing juga saling telanjang alias menghadirkan diri apa adanya dan tiada yang ditutupi sedikitpun. Perbuatan atau tindakan kasih yang baik pada umumnya juga dengan sepenuh hati, jiwa dan akal budi serta tenaga, dengan kata lain tidak hanya sekedar kekuatan atau tenaga yang diketengahkan, tetapi juga hati, jiwa dan akal budi. Maka orang yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi pada umumnya perbuatan atau tindakan kasih kurang mengesan atau bahkan menyakitkan, dengan kata lain bukan kasih yang disampaikan melainkan perwujudan nafsu pribadi. Hubungan seksual antar suami-isteri pun juga dapat hanya sekedar peluapan nafsu belaka dan ada kemungkinan sepihak sehingga yang lain merasa diperkosa. Kasih itu bersifat bebas, tak ada paksaan, maka ketika ada paksaan kasih kurang sempurna dan kurang mengesan. Kasih terhadap mereka yang lapar dan haus berarti memberi makanan dan minuman, kasih kepada yang miskin dan berkekurangan dalam hal harta benda atau uang berarti memberi harta benda atau uang dst.. Saya ingatkan juga kepada para ibu muda: anak/bayi menangis belum tentu lapar atau haus, dan mungkin hanya minta dicium, dipeluk dst..

"Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mzm 100)

Ign 5 Januari 2012


Selasa, 03 Januari 2012

4 Jan

"Apa yang kamu cari?"

(1Yoh 3:7-10; Yoh 1:35-42)

" Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)." Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." (Yoh 1:35-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·   Pertanyaan "Apa yang kamu cari?" juga ditanyakan kepada kita semua umat beriman, maka marilah kita mawas diri: apakah yang kita cari dalam hidup dan bertindak kita setiap hari dengan susah payah, kerja keras dan membanting tulang? Jika kita jujur mawas diri kiranya banyak dari kita akan menjawab "cari uang atau harta benda" demi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup masa kini. Kiranya tidak salah bahwa kita cari uang dan harta benda, karena selama hidup di dunia ini kita membutuhkannya. Namun baiklah saya mengajak anda sekalian untuk berusaha agar dalam mencari uang dan harta benda juga semakin suci atau membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Dengan kata lain jika semakin memiliki banyak uang dan harta benda hendaknya semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya kapan pun dan dimana pun. Ketika melihat uang atau harta benda hendaknya juga melihat Tuhan yang telah menganugerahkannya, demikian juga ketika memiliki uang atau harta benda berarti semakin melihat dan mengimani Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa uang atau harta benda pada dasarnya bersifat sosial, semakin memiliki uang atau harta benda berarti semakin sosial, semakin memiliki sahabat dan teman, bukan semakin pelit dan dibenci oleh banyak orang. Sebagai bentuk atau wujud bahwa kita sungguh mencari Tuhan dalam aneka kesibukan dan pelayanan kita setiap hari, hendaknya diawali dengan doa. Secara khusus kepada siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus, hendaknya membuat tanda salib sebelum melakukan segala sesuatu sehingga dalam Tuhan kita melakukan segala sesuatu serta tidak hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi.

·   "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya." (1Yoh 3:9-10). Sebagai orang beriman kiranya kita semua harus mengakui dan mengimani bahwa masing-masing dari kita 'lahir dari Allah' kerjasama dengan orangtua atau bapak-ibu kita yang saling mengasihi. Benih ilahi ada di dalam diri kita masing-masing, maka marilah kita beri kesempatan dan kemungkinan yang leluasa untuk tumbuh berkembang. Cara memberi kesempatan dan kemungkinan tidak lain adalah senantiasa berbuat baik dan tidak pernah melakukan dosa sekecil apapun. Kita diharapkan senantiasa melakukan apa yang baik dan benar, dan apa yang baik dan benar senantiasa berlaku umum atau universal. Yang baik dan benar antara lain adalah keselamatan jiwa manusia, maka marilah dalam segala cara bertindak maupun cara hidup kita senantiasa berpedoman pada keselamatan jiwa; keselamatan jiwa hendaknya menjadi barometer atau tolok-ukur keberhasilan atau kesuksesan hidup kita, bukan uang atau harta benda. Maka marilah kita fungsikan semua ciptaan lain di dunia ini sebagai bantuan bagi kita untuk mengejar tujuan kita diciptakan, yaitu keselamatan jiwa manusia. Secara konkret kami harapkan hendaknya segala usaha pendidikan atau pembinaan, entah formal atau informal, memiliki tujuan atau arah agar para peserta didik semakin tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, berbudi pekerti luhur atau bermoral. Mendidik atau membina anak maupun peserta didik agar menjadi baik, berbudi pekerti luhur atau bermoral,  memang lebih sulit daripada agar pandai atau pintar, namun demikian marilah kita imani bahwa bersama dan bersatu dengan Tuhan semuanya akan menjadi mudah dan mungkin.

"Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran." (Mzm 98:7-9)

Ign 4 Januari 2012


Senin, 02 Januari 2012

3 Jan


"Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati dan Ia tinggal di atasNya."

(1Yoh 2:29-3:6; Yoh 1:29-34)

" Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel." Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah." (Yoh 1:29-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·   Dalam warta gembira hari ini antara lain dikisahkan bahwa Yohanes Pembaptis "telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati dan Ia tinggal di atas-Nya", di atas kepala Sang Penyelamat dunia, Yesus Kristus. Ia juga akan membaptis dengan dengan Roh Kudus, tidak hanya seperti Yohanes hanya dengan air. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri: apakah kita mungkin dapat seperti Yohanes Pembaptis atau meneladan Yesus yang membaptis dengan Roh Kudus. Pertama-tama kami ajak anda semua yang beriman kepada Yesus Kristus, entah secara formal atau informal, untuk berusaha seperti Yohanes Pembaptis, yaitu 'melihat Roh Kudus turun  dan tinggak di atas kepala setiap orang beriman', sehingga dapat melihat apa yang baik, luhur, mulia dan indah dalam diri setiap orang beriman, dan dengan demikian kita tertarik, terpikat dan terpesona untuk hidup bersahabat atau bersaudara dengan semua umat beriman, tanpa pandang SARA. Sebaliknya jika meneladan Yesus, yaitu para imam/pastor yang pada umumnya membaptis, kami harapkan sungguh hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga menghasilkan keutamaan-keutamaan seperti " kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), keutamaan-keutamaan yang menurut hemat saya mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan pada masa kini. Kami harapkan para imam/pastor dapat menjadi teladan penghayatan keutamaan-keutamaan tersebut bagi umatnya, dan pada giliran berikutnya segenap umat kami harapkan dapat menjadi teladan bagi warga masyarakat pada umumnya dalam hidup sehari-hari.

·   "Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah." (1Yoh 3:3-4). Kiranya sebagai umat beriman kita semua memiliki pengharapan pada Allah yang telah menciptakan dan mengasihi kita dengan melimpah ruah. Mengharapkan Allah berarti mempersembahkan dambaan, cita-cita, impian dan segala suka-duka kepada Allah, sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah alias berusaha dengan rendah hati 'menyucikan diri' terus menerus dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Dengan kata lain tidak berbuat jahat atau melakukan dosa sekecil apapun. Ingatlah, sadari dan hayati hukum Allah  utama dan pertama adalah agar kita hidup saling mengasihi, sebagaimana Allah telah mengasihi kita. Tugas panggilan atau perutusan untuk saling mengasihi hemat saya tidak sulit jika masing-masing dari kita menghayati diri sebagai 'yang terkasih'. Bukankah kita semua adalah buah kasih, dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kasih?. Jika masing-masing dari kita mampu menghayati diri sebagai 'yang terkasih', maka bertemu dengan siapapun otomatis akan saling mengasihi karena 'yang terkasih' bertemu dengan 'yang terkasih'. Sekali lagi kami harapkan bahwa para suami-isteri hendaknya dapat menjadi teladan dalam hal saling mengasihi, karena telah saling berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sampai mati. Sebagaimana telah kami angkat dalam renungan sebelumnya, maka saya angkat kembali bahwa wujud kasih yang utama dan pertama adalah dengan sukacita, bergairah dan ceria berani memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih. Bukankah anda ketika masih dalam masa pacaran maupun tunangan sungguh memboroskan waktu dan tenaga bagi calon pasangan hidupnya, maka hendaknya apa yang telah dialami tersebut terus diperdalam dan diperkuat ketika telah menjadi suami-isteri.

"Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!" (Mzm 98:3c-6)

Ign 3 Januari 2012


Minggu, 01 Januari 2012

2 Jan 2012

"Membuka tali kasutNya pun aku tidak layak."

(1Yoh 2:22-28; Yoh 1:19-28)

" Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?"Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak." Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis" (Yoh 1:19-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Basilius Agung dan Gregorius dari Nazianze, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·   Yohanes Pembaptis termasuk nabi besar, dan ia memberi kesaksian tentang Penyelamat Dunia, Yesus Kristus, bahwa ia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Dia. Yang terbesar di dalam Gereja Katolik, Paus dan para Uskup, juga menghayati diri sebagai yang kecil dan senantiasa menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina. Dengan rendah hati para Gembala kita berusaha melayani umat Allah, maka baiklah kita sebagai umat juga berusaha hidup dan bertindak dengan rendah hati serta saling melayani satu sama lain. Maka tak jemu-jemunya saya mengangkat arti rendah hati: "Rendah hati ialah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun dalam kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kita juga baru saja mengenangkan Penyelamat Dunia yang datang dengan rendah hati, yang melepaskan kebesaranNya dan menjadi sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa. Menghayati rendah hati memang antara lain berusaha untuk menjadi sama dengan yang lain, tentu saja yang berusaha menjadi sama adalah mereka yang lebih tinggi atau besar, bukan yang kecil dan rendah berusaha menjadi sama dengan yang lebih besar dan tinggi. "Turba"/turun ke bawah alias menunduk untuk melihat ke bawah, itulah yang hendaknya kita lakukan atau hayati terus menerus, lebih-lebih bagi mereka yang berada di atas. Turun ke bawah untuk mengunjunji atau mendatangi serta menyapa mereka dalam dan dengan  cintakasih, rendah hati dan lemah lembut.

·   " Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya." (1Yoh 2:28). Percaya kepada Tuhan serta tidak malu menghayati hidup dalam kesatuan dengan dan bersama Tuhan dalam hidup sehari-hari itulah yang hendaknya menjadi jati diri kita sebagai orang beriman. Percaya kepada Tuhan berarti tidak mengandalkan diri pada manusia maupun ciptaan-ciptaan lainnya, dan senantiasa melihat dan menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam ciptaan-ciptaanNya, entah itu manusia, binatang maupun tanaman. Kehadiran dan karya Tuhan dalam ciptaan-ciptaanNya antara lain nampak atau mengejala dalam apa yang baik, indah, mulia, luhur dalam ciptaan-ciptaan tersebut. Jika kita mampu melihat dan menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam ciptaan-ciptaanNya, maka dengan sendirinya kita juga tak akan malu menghayati kebersamaan atau kesatuan denganNya alias melakukan apa yang baik, mulia, indah dan luhur. Hendaknya tidak malu berbuat baik serta tidak takut, karena apa yang kita lakukan pasti akan menarik, mempesona dan memikat orang-orang yang berkehendak baik, dan mereka yang berkehendak baik lebih banyak daripada mereka yang berkehendak jelek atau jahat. Pada saat kedatanganNya yang khusus, yaitu ketika Ia memanggil kita untuk kembali ke sorga atau meninggal dunia, kita pun juga dengan terbuka dan senang hati  menyambutNya. Dengan kata lain jika kita sungguh hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan setiap hari alias senantiasa melakukan apa yang baik, maka sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan kita siap dan tak takut. Marilah kita senantiasa berbuat baik atau melakukan apa yang baik kapan pun dan dimana pun.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

Ign 2 Januari 2012