Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 23 Juni 2012

Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis


HR KELAHIRAN YOHANES PEMBAPTIS: Yes 49:1-6; Kis 13:22-26; Luk 1:57-66.80

"Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia"

Anak yang masih dalam kandungan ibu pada umumnya, sang ibu dan bapak sudah mulai merencanakan nama anak yang akan lahir nanti; menyiapkan dua nama laki-laki atau perempuan. Dengan kata lain pemberian nama pada anak datangnya tidak tiba-tiba, melainkan dipikirkan dan direnungkan cukup lama, sesuai dengan dambaan atau harapan terhadap anak tersebut. Dalam suku-suku tertentu memiliki tradisi: nama marga harus dipakai dalam nama anak yang baru saja dilahirkan, sebagaimana juga harus terjadi dengan anak yang dilahirkan oleh Elisabet: anak laki-laki yang dilahirkan harus menggunakan nama ayahnya, yaitu Zakheus. Namun Zakheus telah menerima wahyu dari Allah ketika ia akan dikandung oleh Elisabet, bahwa Elisabet isterinya akan mengandung seorang anak laki-laki dan harus dinamai Yohanes. Pemberian nama Yohanes pada anak yang dilahirkan oleh Elisabet menggemparkan saudari-saudarinya dan masyarakat, karena tidak seperti biasanya, maka merekapun berseru atau bertanya-tanya "Menjadi apakah anak ini nanti?".

"Menjadi apakah anak ini nanti? Karena tangan Tuhan menyerati dia" (Luk 1:65)

Kelahiran Yohanes secara fisik kiranya sungguh merupakan keajaiban atau anugerah luar biasa, karena dalam usia lansia Elisabet mengandung dan melahirkannya, ia yang telah disebut mandul tiba-tiba mengandung dan melahirkan seorang anak. Kehendak Tuhan memang tidak sama dengan kehendak manusia, dan berkenaan dengan Yohanes pun kiranya ayahnya, Zakheus maupun ibunya, Elisabet, pasti berjanji kepada Tuhan jika dianugerahi anak akan dipersembahkan kepada Tuhan, dan terserah Tuhan menghendakinya. Tangan Tuhan menyertai Yohanes sejak masih ada di dalam kandungan atau rahim Elisabet; berada di tangan Tuhan memang mau tak mau harus setia mengikuti kehendak dan perintah Tuhan.

"Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Luk 1:13-17), demikian sabda Tuhan melalui malaikatNya perihal masa depan Yohanes, yang telah lahir dari kandungan Elisabet.

Yohanes memiliki tugas dan panggilan "menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagiNya", dengan kata lain ia dipanggil menjadi 'bentara Penyelamat Dunia', orang yang mempersiapkan dan merintis jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia. Sebagai orang beriman berarti Tuhan senantiasa menyertai kita, maka kita sebagai orang beriman juga dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan, mempersiapkan saudara-saudari kita, umat manusia untuk siap sedia menerima kedatangan Tuhan. Salah satu tugas atau pekerjaan orang yang mempersiapkan kedatangan orang penting dan terhormat adalah mengadakan pembersihan lingkungan, mengatur lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga layak untuk didatangi atau dikunjungi. Kita dipanggil untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan berarti kita harus lebih baik mengusahakan kebersihan dan kelayakan lingkungan hidup.

Membersihkan dan mengatur lingkungan hidup tentu saja pertama-tama dan terutama yang perlu dibersihkan dan diatur ialah manusia-manusianya, karena jika manusianya bersih dan teratur dengan demikian lingkungan hidup juga akan bersih dan teratur. Manusia yang bersih artinya bersih dari dosa, dengan kata lain hidupnya baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, maka marilah kita ajak saudara-saudari kita yang berdosa untuk bertobat. Marilah mereka yang cara hidup dan cara bertindak amburadul kita ajak hidup dan bertindak teratur. Salah satu bentuk keteraturan antara lain orang setia dan disiplin dalam melaksanakan tugas pekerjaan atau kewajibannya. Kesetiaan dan kedisiplinan pada masa kini sungguh mendedak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

"Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. Dan ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari padaku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak. Hai saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita" (Kis 13:24-26)

"Membuka kasut dari kakiNya pun aku tidak layak", demikian ungkapan atau kata Yohanes yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan serta hayati. Kata-kata atau ungkapan ini hemat saya menunjukkan kerendahan hati seseorang, dan keutamaan kerendahan hati merupakan keutamaan dasar dan utama, yang mendasari keutamaan-keutamaan lainnya. Sekali lagi kami angkat salah satu arti rendah hati, sebagaimana pernah saya sampaikan: "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24)

Penghayatan rendah hati pada masa kini antara lain adalah tidak mudah mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau orang menyakiti dan mempersulit hidup dan kerja kita. Pada masa kini hemat kami orang dengan mudah mengeluh dan menggerutu ketika harus mengkonsumi makanan yang tidak enak namun sehat, demikian juga ketika harus bekerja berat sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Kami harapkan anak-anak sedini mungkin dibiasakan mengkomsumi makanan dan minuman yang sehat meskipun tidak enak dengan berpedoman pada 'empat sehat lima sempurna'. Jika orang dalam hal makan dan minum tidak mudah mengeluh atau menggerutu, maka yang bersangkutan juga akan mudah untuk berperilaku rendah hati.

"Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yes 49:6), demikian firman Allah kepada Yesaya, sang nabi. Sebagai orang beriman kita memiliki panggilan kenabian juga, maka marilah kita senantiasa berusaha untuk menjadi 'terang bagi bangsa-bangsa'. Hidup dan bertindak menjadi terang berarti senantiasa dalam keadaan baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur alias tidak pernah mengecewakan dan melukai orang lain sedikitpun. Dengan kata lain marilah kita senantiasa saling berbuat bagi dengan sesama atau saudara-saudari kita tanpa pandang bulu atau SARA.

"Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah" (Mzm 139:13-15)

Ign 24 Juni 2012

  

 

 


Jumat, 22 Juni 2012

23 Juni

"Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan"

(2Taw 24:17-25; Mat 6:24-34)


Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat 6:24-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Cukup banyak orang pada masa kini hidup mendua atau bekerja siang malam serta kurang istirahat karena khawatir akan apa yang akan dipakai, dimakan dan diminum hari esok. Ada juga orang yang mengumpulkan harta benda atau uang untuk ˜tujuh turunan", sehingga siang malam kerja keras dan mungkin juga termasuk melakukan korupsi. Sabda hari ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk setia pada tugas dan panggilan atau pekerjaan utama, bukan sambilan atau sampingan. Memang tugas sambilan atau sampingan sering lebih enak dan nikmat, sebagaimana isteri kedua atau suami kedua alias WIL atau PIL, karena kurang atau tidak menuntut tanggungjawab, dan yang penting membayar dengan uang.

 

Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehariâ€, demikian sabda Yesus, yang hemat saya juga sering kita doakan  setiap hari dalam doa Bapa Kami, yaitu “Berilah kami rezeki hari ini secukupnyaâ€. Secukupnya berarti bukan sebanyak-banyaknya. Kembali perihal hidup mendua atau ‘double life’ , yang sering dilakukan oleh mereka yang terpanggil, entah terpanggil menjadi imam, bruder, suster maupun bapak dan ibu. Ada orang sukses dalam tugas sebagai imam, bruder atau suster, tetapi sukses juga secara diam-diam dalam hal berpacaran, demikian juga ada orang yang nampak mesra dengan pasangan hidupnya, tetapi juga sukses dan mesra dengan teman selingkuhnya. Kepada mereka yang hidup mendua kami ajak untuk bertobat dan kembali kepada tugas atau panggilan utama atau pokok.

 

"Beginilah firman Allah: Mengapa kamu melanggar perintah-perintah TUHAN, sehingga kamu tidak beruntung? Oleh karena kamu meninggalkan TUHAN, Ia pun meninggalkan kamu!" (2Taw 24:20). Kita semua kiranya mendambakan senantiasa beruntung dalam kehidupan dan tugas maupun pekerjaan kita masing-masing. Jika kita mendambakan keberuntungan hendaknya jangan pernah meninggalkan Tuhan dalam hidup dan kerja setiap hari dimana pun dan kapan pun. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua berasal dari Tuhan dan harus kembali kepada Tuhan pada waktunya, yaitu ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kita akan dapat kembali hidup mulia bersama Tuhan di sorga jika selama hidup di dunia ini kita senantiasa bersamaNya, artinya hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Tidak meninggalkan Tuhan berarti juga tidak pernah selingkuh atau menyeleweng dari tugas dan panggilan atau pekerjaan utama. Perselingkuhan suami atau isteri pada masa kini semakin marak, seiring dengan kebebasan dan kemudahan berkomunikasi, entah melalui HP atau Internet. Bahkan saya pernah mendengar ada kelompok ibu-ibu yang berselingkuh dan telah bercerai dengan suami atau pasangan hidupnya, dengan kata lain menjual diri atau melacur dengan bebas. Demikian juga ada pemuda atau bapak yang menjadi gigolo alias piala bergilir bagi para ibu atau perempuan yang haus akan seks. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja, tak terikat oleh ruang dan waktu, maka segala perselingkuhan anda akan diketahui olehNya.

 

Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-Ku teguh bagi dia. Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit. Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum-Ku, jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintah-Ku†(Mzm 89:29-32)

 

Ign 23 Juni 2012

Kamis, 21 Juni 2012

22 Juni


"Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada"

(2Raj 11:1-4.9-18.20; Mat 6:19-23)

 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Mat 6:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hati adalah pelita kehidupan, maka orang akan kelihatan baik atau buruk tergantung dari hatinya. Keadaan hati orang dapat dicermati dalam hal-hal apa yang menjadi perhatiannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Orang yang perhatiannya pada hal makan dan minum berarti apa yang ada dalam hatinya hanya kenikmatan makanan dan minuman saja, demikian juga orang yang omongan dan perhatiannya hanya masalah seksual, berarti yang ada di dalam hatinya adalah kenikmatan seksual.  Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk memiliki perhatian dalam hal iman, dimana hati senantiasa dipersembahkan kepada Allah melalui perhatian terhadap keselamatan pribadi maupun saudara-saudarinya. Maka dengan ini kami mengharapkan para orangtua untuk lebih memperhatikan kehidupan beriman, baik pada dirinya sendiri maupun pada anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah. Sekiranya kita kaya akan uang dan harta benda, baiklah kita sadari dan hayati bahwa semuanya itu merupakan anugerah Allah, maka semakin kaya akan uang dan harta benda hendaknya juga semakin beriman kepada Allah, menjadi orang yang peka terhadap kebutuhan sesamanya, 'to be man or woman with/for others'. Sebaliknya kepada mereka yang miskin atau berkekurangan dalam hal uang atau harta benda kami harapkan juga tidak bersikap materialistis, melainkan hendaknya percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi, percaya bahwa ada orang-orang yang baik hati akan menolong atau membantunya sesuai dengan kebutuhan anda masing-masing. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kami harapkan meneladan Yesus, yang walaupun kaya, telah memiskinkan diri untuk memperkaya orang lain.

·   "Sesudah itu masuklah seluruh rakyat negeri ke rumah Baal, lalu merobohkannya; mereka memecahkan sama sekali mezbah-mezbahnya dan patung-patung dan membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu. Kemudian imam Yoyada mengangkat penjaga-penjaga untuk rumah TUHAN." (2Raj 11:18). "Rumah Baal" adalah rumah dewa-dewa, yang berarti tempat penyembahan berhala-berhala. Berhala-berhala masa modern saat ini antara lain menggejala dalam aneka bentuk harta benda atau uang, khususnya generasi muda atau remaja dan anak-anak adalah sarana –prasarana modern seperti HP, komputer maupun Ipad, maklum mereka 'dilahirkan di depan HP, komputer atau Ipad' sehingga sangat sulit terpisahkan dari sarana-prasarana tersebut. Kami berharap kepada para orangtua maupun guru atau pendidik untuk memperhatikan hal ini. Mungkin sulit atau tak mungkin sama sekali memisahkan mereka dengan IT tersebut, namun kiranya baik diusahakan agar mereka pernah mengalami dalam jangka waktu tertentu tidak menggunakan IT tersebut, agar dapat mengambil jarak terhadap IT serta memfungsikannya sebagai sarana untuk mamanusiakan manusia. Sebagai contoh di Seminari Menengah Mertoyudan para seminaris tidak boleh membawa HP, dan penggunaan Internet pun dibatasi. Kami berharap  di sekolah-sekolah juga diberlakukan untuk waktu tertentu atau jangka waktu tertentu para siswa/murid tidak diperkenankan membawa HP. Semoga para tokoh agama apapun dapat menjadi teladan dalam pemberantasan sembah-sujud pada berhala-berhala modern ini, dan dapat menjadi teladan dalam pemfungsian IT sebagai sarana, bukan tujuan. Dengan kata lain hidup dan bertindak sederhana pada masa kini hemat saya sungguh penting dan mendesak untuk dihayati dan disebarluaskan.

"TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku, dan pada peraturan-peraturan-Ku yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak-anak mereka selama-lamanya akan duduk di atas takhtamu." Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya" (Mzm 132:11-14)

Ign 22 Juni 2012


Rabu, 20 Juni 2012

21 Juni

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."
(Rm 12:1-2.9-17.21; Luk 10:23-30)

" Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal" (Luk 10:23-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Aloysius Gonzaga, biarawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang yang kaya akan harta benda dan uang serta bersikap mental materialistis pada umumnya sungguh pelit dan penuh hitung-hitungan. Hal ini pernah saya saksikan di rumah duka St.Carolus Jakarta, dimana melayani orang-orang kaya sudah sangat bagus, ternyata masih rewel, minta ini dan itu, dan setelah selesai dilayani pun tak mengucapkan terima kasih sedikitpun. Sebaliknya melayani mereka yang miskin sungguh membahagiakan, karena meskipun mereka dilayani apa adanya tahu terima kasih.  "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.", demikian sabda Yesus yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Aneka harta benda atau uang hemat saya merupakan anugerah Allah, yang kita terima melalui kerja keras dan kebaikan saudara-saudari kita, tidak hanya hasil usaha atau keringat kita saja. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua agar memfungsikan harta benda maupun uang sebagai sarana untuk memuji, memuliakan dan mengabdi Allah melalui saudara-saudari, demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Secara khusus kami ingatkan dan ajak rekan-rekan biarawan dan biarawati untuk tidak bersemangat materialistis baik dalam hidup maupun karya atau pelayanan. Peangalaman saya pribadi sebagai imam Yesuit dengan meninggalkan orangtua, saudara-saudari kandung serta harta benda, benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus, yaitu akhirnya mempunyai lebih banyak saudara-saudari, sahabat dan teman, demikian juga dalam hal kebutuhan untuk hidup dan kerja senantiasa tercukupi. Semoga banyak rekan muda-mudi atau anak-anak tergerak untuk hidup membiara atau imamat.    
·   "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa" (Rm 12:9-12), demikian pesan atau nasihat Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Kita diingatkan agar dalam saling mengasihi tidak pura-pura atau bersandiwara, saling mendahului dalam memberi hormat, hidup rajin, penuh pengharapan, sabar dan tekun. Manakah dari keutamaan-keutamaan ini yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam hidup dan kerja kita setiap hari? Baiklah saya mengajak anda sekalian dalam hal saling mengasihi: hendaknya kita saling mengasihi secara total, dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga, yang antara lain dapat kita wujudkan dalam saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain. Kecenderungan kebanyakan orang masa kini adalah pelit akan waktu dan tenaga bagi saudara-saudarinya, konon karena tugas dan pekerjaan alias untuk mencari uang atau harta benda sebanyak-banyaknya. Harta benda dan uang dalam waktu sekejap dapat musnah atau hilang, sebaliknya pengalaman dikasihi dan diperhatikan akan mengesan sampai mati, maka marilah kita wariskan kasih kepada anak-anak kita, bukan harta benda atau uang; kita wariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang menyelamatkan dan membahagiakan, bukan sawah dan ladang maupun papan dan pangan.
"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)
Ign 21 Juni 201221

Selasa, 19 Juni 2012

20 Juni


"Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka"

(2Raj 2:1.6-14; Mat 6:1-6.16-18)

"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat 6:1-6.16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tindakan atau perilaku munafik hemat saya masih cukup banyak terjadi, entah secara pribadi atau organisatoris, yaitu berbuat baik ketika dilihat orang, sedangkan ketika tak dilihat orang hidup dan bertindak seenaknya, misalnya di kamar sendirian bermalas-malasan saja. Yang juga cukup memprihatinkan bagi kami adalah yang terjadi secara organisatoris entah yang dilakukan oleh orang-orang swasta maupun pemerintah, misalnya ketika memberi sumbangan atau derma dengan mengundang wartawan media massa dan minta untuk diberitakan ke mana-mana, padahal sumbangan tersebut berasal atau bersumber dari organisasi bukan pribadi. Marilah kita berantas sikap mental munafik atau 'cari muka', dan tentu saja dari diri kita sendiri diharapkan tidak munafik dan mencari muka. Hendaknya jika ada kesempatan untuk berbuat baik segera kita wujudkan atau manfaatkan, tanpa pikir dilihat orang atau tidak. Demikian juga dalam hal berdoa, hendaknya mau berdoa jika dilihat orang saja, melainkan tidak dilihat pun, misalnya di kamar sendirian kita tetap berdoa. Bahkan ketika tak mungkin berdoa secara vokal, karena mengganggu lingkungan, baiklah kita dapat berdoa secara batin. Doa yang benar adalah relasi hati kita dengan Allah, yang senantiasa memperhatikan dan mengasihi kita, bukan panjangnya atau kerasnya kata-kata. Hati yang terarah kepada dan dikuasai oleh Yang Ilahi itulah doa sejati.

·    "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan" (2Raj 2:6), demikian kata nabi Elia. Taat dan setia kepada kehendak dan perintah Tuhan, itulah yang dihendaki oleh nabi Elia. Sungai Yordan dikenal sebagai sungai yang suci, artinya airnya suci, dimana Yohanes Pembaptis juga membapis orang-orang, termasuk membaptis Yesus. Maka pergi ke sungai Yordan bagi kita semua yang telah dibaptis berarti diajak dan dipanggil untuk mengenangkan janji baptis yang pernah kita ikrarkan dengan bangga dan meriah. Bukankah ketika dibaptis kita telah berjanji hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan? Maka hendaknya dalam cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa setia menghayati janji baptis tersebut. Kesetiaan pada agama dapat kita wujudkan dengan melaksanakan perintah dan kehendak Tuhan dimana pun dan kapan pun, serta menolak aneka godaan dan rayuan setan. Godaan dan rayuan setan pada masa kini menggejala dalam aneka bentuk kenikmatan duniawi yang menggiurkan, dan kelihatan mempesona, nikmat dan memikat. Orang yang bersikap mental materialistis pasti akan takluk kepada godaan atau rayuan setan, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menjauhkan diri dari  sikap mental materialistis. Kami berharap para orangtua mendidik dan membiasakan anak-anaknya untuk tidak bersikap mental materialistis, antara lain dengan teladan konkret para orangtua. Demikian juga kami berharap kepada para orangtua dan guru/pendidik untuk lebih mengutamakan dan mendahulukan agar anak-anak atau peserta didik menjadi orang baik bukan pandai saja.

"Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia! Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah. Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung." (Mzm 31:20-21.24)

Ign 20 Juni 2012

  


Senin, 18 Juni 2012

19 Juni


"Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna"

(1Raj 21:17-29; Mat 5:45-48)

"Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setiap dari kita ketika baru saja dilahirkan ke dunia ini, keluar dari rahim ibu kita masing-masing, dalam keadaan suci dan bersih adanya, memikat, mempesona dan menarik. Namun dalam perjalanan waktu karena pengaruh lingkungan maupun kelemahan dan kerapuhan kita ternyata tambah pengalaman dan usia juga tambah dosa dan kekurangannya, kita menolak kasih Allah. Sebagaimana disabdakan oleh Yesus bahwa matahari diterbitkan dan hujan diturunkan bagi orang benar dan orang jahat, dalam kenyataan sering orang yang mengaku dirinya benar dan baik anti matahari dan hujan, yang ditandai ada sinar matahari sedikit saja lalu pakai payung dan halaman-halaman rumah dibeton. Bukankah hal ini berarti menolak rahmat dan kehidupan? Orang jahat memang membenci matahari agar kejahatan mereka tak terlihat, namun mungkin mereka mencintai hujan, karena dengan demikian lebih bebas bepergian dan melakukan kejahatan. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk menjadi sempurna sebagaimana Allah telah menciptakan dan menghendaki kita. Salah satu wujud mengusahakan kesempurnaan hidup antara lain dengan mengasihi siapapun dan apapun yang diciptakan oleh Allah, maupun buah-buah ciptaanNya. Kita juga dipanggil untuk tetap mengasihi mereka yang membenci atau memusuhi kita. Pelatihan yang baik dalam hal ini hemat saya adalah pembiasaan sedini mungkin, sejak bayi, untuk mengkonsumsi aneka makanan dan minuman yang sehat, meskipun tidak enak dan nikmat di lidah. Marilah kita hayati bahwa semua ciptaan lain selain manusia di bumi ini diperuntukkan bagi manusia untuk mengusahakan keselamatan jiwa manusia.

·   "Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya." (1Raj 21:29), demikian firman Allah kepada Elia, perihal Ahab.  Ahab setelah menerima peringatan dan tegoran keras dari nabi Elia, tergerak untuk bertobat, menyadari diri yang berdosa serta mohon kasih pengampunan Allah. Ahab diampuni, namun anak-anaknya tidak menerima kasih pengampunan. Jika dipikirkan hal ini kelihatan bahwa Allah tidak maha pengasih dan pengampun, dan begitulah yang terjadi dalam alam pikiran Perjanjian Lama. Pendosa besar akan diampuni namun dampak dari dosa-dosanya ternyata sudah melebar atau mempengaruhi anak-anak beserta orang-orang di lingkungan hidupnya, yang kiranya mereka tidak menyadari sebagai yang telah berdosa. Dengan kata lain hal ini merupakan peringatan bagi kita semua, para pemimpin, atasan atau orangtua, dan khususnya orangtua. Dalam kenyataan sering kita dengar bahwa orangtua/ibu yang kena penyakit HIV maka ketika memiliki anak secara otomatis anak kena penyakit HIV yang tak tersembuhkan. Penyakit inilah yang tak mungkin disembuhkan, dan mungkin orangnya bertobat atau baik-baik saja, tetapi warisan HIV tak dapat disingkirkan dari dirinya. Secara khusus kami mengingatkan mereka yang mungkin suka berselingkuh alias ganti pasangan dalam hubungan seksual atau pergi ke pelacuran: ingatlah virus HIV mengancam anda, dan jika anda terjangkit virus tersebut serta kemudian mengadakan hubungan seksual dengan pasangan hidup anda, maka pasangan hidup anda kena virus HIV, demikian juga anak yang akan dilahirkan, yang tak mungkin disembuhkan. Hemat saya tidak hanya dalam hal virus HIV, tetapi juga dalam cara hidup dan cara bertindak: cara hidup dan cara bertindak orangtua sangat berpengaruh pada cara hidup dan cara bertindak anak-anaknya, maka kami harapkan para orangtua memiliki cara hidup dan cara bertindak yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat" (Mzm 51:3-6a)

Ign 19 Juni 2012        


Minggu, 17 Juni 2012

18 Juni


"Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu"

(1Raj 21:1-16; Mat 5:38-42)

"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu" (Mat 5:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setiap hari kiranya kita sering menerima perlakuan yang tidak baik dari saudara-saudari kita atau kita sering dikecewakan oleh saudara-saudari kita, dan ada kemungkinan kita kemudian menjadi marah atau membenci mereka. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak marah terhadap atau melawan mereka yang telah berbuat jahat terhadap kita atau mempersulit hidup dan kerja kita. Kita diajak dan dipanggil untuk bermurah hati kepada siapapun tanpa pandang bulu atau SARA. Ingatlah dan hayati bahwa kita telah menerima kemurahan hati Allah melalui sekian banyak orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita melalui aneka cara dan bentuk, dengan kata lain kita sungguh kaya akan kemurahan hati, maka untuk bermurah hati tinggal membutuhkan kerelaan kita untuk meneruskan apa yang telah kita terima dan miliki secara melimpah ruah. Memang kemurahan hati akan semakin nampak nyata dan jelas ketika diberikan kepada mereka yang telah berbuat jahat kepada kita atau mempersulit hidup dan kerja kita. "Ketika menghadapi orang yang sedang emosi, kita butuh kesabaran, lebih-lebih saat kita sendiri tersinggung dan marah, kita perlu kesabaran. Kesabaran adalah mutirara kehidupan", demikian salah satu motto Bapak Andrie Wongso, promotor Indonesia. Sabar dan murah hati bagaikan mata uang bermuka dua, tak dapat dipisahkan. Marilah kita saling bermurah hati dan sabar satu sama lain, agar hidup dan kerja bersama sungguh enak dan nikmat, membahagiakan dan menyelamatkan serta mempesona dan memikat banyak orang.

·   "Segera sesudah Izebel mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab: "Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati" (1Raj 21:15). Kutipan ini merupakan berita perihal keserakahan seorang penguasa yang gila akan harta benda atau uang. Kisah kebun Nabot ini kiranya mengingatkan kita semua akan almarhumah dan almarhum, ibu Tien Suharta dengan suaminya Presiden Suharta, dimana Ibu Tien senantiasa dengan hati licik dan pikiran jahat membisiki Presiden Suharta untuk merampas tanah rakyat, misalnya di Tapos, Bogor, Jawa Barat. Kami harapkan para penguasa atau pemimpin negeri ini beserta isteri atau suaminya tidak meniru Izebel maupun Ahab, merampas hak rakyat seenaknya. Hendaknya para pemimpin dan penguasa sungguh berpihak pada rakyat, memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan umum, bukan diri sendiri maupun keluarga atau kelompoknya. Anda semua menerima gaji atau imbal jasa dari pajak, yang tidak lain adalah dari rakyat, maka jangan merampas hak rakyat melainkan melayani dan membahagiakannya. Para suami yang memiliki kuasa atau jabatan penting dan stategis dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kami harapkan tidak mudah takluk pada isterinya yang serakah, sebaliknya para isteri pejabat atau pemimpin kami harapkan tidak memanfaatkan kesempatan suaminya yang sedang berkuasa guna memenuhi nafsu serakah dan jiwa materialistisnya. Tanah adalah rahmat atau anugerah Allah, maka hendaknya dikelola dan disikapi sesuai dengan kehendak Allah, memang harga tanah seperti di kota metropolitan Jakarta sungguh menggiurkan, dan orang-orang serakah serta materialistis dengan liciknya merampas tanah rakyat, dan akhirnya rakyat menderita sengsara.

"Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa. Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan."

(Mzm 5:2-3.5-6)

Ign 18 Juni 2012