Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 04 Agustus 2012

Minggu Biasa XVIII


Mg Biasa XVIII: Kel 16:2-4.12-15: Ef 4:17.20-24; Yoh 6:24-35

"Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal"

Sikap mental budaya instant kiranya begitu menjiwai cara hidup dan cara bertindak banyak orang masa kini, sebagai dampak maraknya atau membanjirnya aneka jenis makanan dan minuman instant di pasaran begitu bebas. Ada orang yang ingin cepat-cepat kaya dan untuk itu dengan seenaknya melakukan korupsi dalam tugas pekerjaan atau jabatannya, ada muda-muda atau generasi muda tergesa-gesa ingin menikmati hubungan seksual, padahal belum menjadi suami-isteri, dan yang cukup memprihatikan serta mendasari semuanya itu adalah para pelajar atau siswa ingin cepat naik kelas atau lulus ujian tetapi tidak pernah belajar, belajar ketika menjelang ulangan atau ujian. Budaya instant  sangat dekat dengan budaya materialistis, dimana kesuksesan atau keberhasilan hidup, penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas kewajiban berpedoman pada buah harta benda atau uang yang dapat diperoleh dan dikumpulkan. Orang bangga dengan memiliki harta benda atau uang banyak sekali, bangga memiliki gedung/rumah megah dan sarana-prasarana modern dan canggih, sehingga banyak orang mengaguminya, tetapi menjadi pertanyaan apakah mereka juga mengasihinya. Kami mengajak anda sekalian untuk hidup dan bekerja tidak terbatas pada kesuksesan materi, yang dapat musnah dalam sesaat, melainkan mengusahakan sesuatu yang bertahan sampai kekal, selamanya, yaitu nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup, sebagaimana disabdakan oleh Yesus hari ini.

"Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal" (Yoh 6:27)

Nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup sebenarnya ada di dalam atau melekat dalam hidup dan kerja kita sehari-hari, jika kita sungguh hidup baik dan bekerja sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku. Dengan kata lain 'bekerja untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup kekal' , yaitu mengusahakan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup, hemat kami berupa memperjelas dan menyingkapkan nilai atau keutamaan yang telah kita hayati dalam hidup maupun kerja. "Values clarification" = pencerahan atau penyingkapan nilai-nilai, itulah yang harus kita usahakan bersama-sama dalam hidup dan kerja kita.

Para pendidik dan pemerhati pendidikan yang sungguh beriman dan bermoral mengusulkan pendidikan nilai atau keutamaan dalam proses pembelajaran atau pendidikan di masa awal Reformasi, yang dikoordinir oleh Prof Dr Edi Sedyawati dan menerbitkan buku kecil berjudul "Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur" (Balai Pustaka – Jakarta 1997). Dalam buku kecil ini diuraikan secara singkat apa yang dimaksudkan dengan budi pekerti luhur, yang antara lain berisi nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan seperti "bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tatap janji, terbuka, ulet". Nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan di atas ini kiranya secara inklusif ada dalam cara hidup dan cara bertindak kita maupun saudara-saudari kita, maka marilah kita singkapkan, dan kemudian kita perdalam.

Saya tak jemu-jemunya mengingatkan dan mengajak para orangtua agar dalam mendidik dan membina anak-anaknya senantiasa lebih mengutamakan agar anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka hendaknya anak-anak sedini mungkin dididik dan dibiasakan untuk menghayati nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut di atas, dan para orangtua kiranya dapat memilih nilai atau keutamaan mana yang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak maupun lingkungan hidupnya. Selanjutnya kami berharap kepada para pengurus, pengelola atau pelaksana karya pendidikan atau sekolah, lebih mengutamakan agar para peserta didik lebih unggul dan handal dalam penghayatan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan di atas, bukan dalam hal kepandaian atau kepintaran. Akhirnya kami berharap kepada para orangtua dan pendidik/guru dapat menjadi teladan dalam penghayatan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan di atas.

"Kamu telah belajar mengenal Kristus.Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:20-24).

Kutipan di atas ini kiranya baik untuk direnungkan dan dihayati oleh kita semua yang percaya kepada Yesus Kristus, entah secara formal maupun informal atau siapapun yang berkehendak baik. Kita dipanggil untuk "menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya diperbaharui di dalam roh dan pikiran kita, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya". Menjadi manusia baru berarti hidup suci atau kudus serta menghayati dan menyebarluaskan aneka kebenaran.

Suci atau kudus berarti membaktikan diri seutuhnya kepada kehendak dan perintah Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak sehari-hari dimana pun dan kapan pun, sehingga senantiasa memiliki cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak sesuai dengan cara Tuhan, tidak mengikuti caranya sendiri atau seenaknya sendiri. Maka kepada siapapun yang masih hidup dan bertindak hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi kami harapkan untuk bertobat atau memperbaharui diri, hendaknya setia menghayati atau melaksanakan janji-janji yang telah dikrarkan ketika mulai menempuh dan mengarungi hidup baru, entah sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster, hidup berkeluarga maupun hidup membujang.

 "Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu." (Kel 16:12), demikian firman Tuhan kepada Musa, yang sedang memimpin bangsa terpilih menuju 'tanah terjanji' . Firman ini kiranya baik untuk kita renungkan ketika di dalam perjalanan penghayatan hidup atau panggilan maupun pelaksanaan tugas pengutusan kita menghadapi kesulitan, tantangan atau masalah berat, yang dengan mudah membuat kita mengeluh atau menggerutu. Baiklah jika kita mengeluh atau menggerutu, hendaknya diarahkan kepada Tuhan, dengan kata lain berdoa untuk mohon rahmat dan pencerahan serta kekuatan dari Tuhan. Percayalah jika kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan, maka Tuhan juga akan menganugerahkan aneka kebutuhan dan sarana-prasarana yang kita butuhkan, sehingga kita dengan bantuan rahmat Tuhan mampu menuntaskan panggilan maupun tugas pengutusan kita.

"Ia memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit, menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka gandum dari langit; setiap orang telah makan roti malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah-limpah." (Mzm 78:23-25)

Ign 5 Agustus 2012


Jumat, 03 Agustus 2012

4 Agt


"Yesus memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan."

(Yeh 3:16-21; Mat 9:35-10:1)

"Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan." (Mat 9:35-10:1), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes Maria Vianney, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Terpanggil untuk menjadi imam berarti harus berpartisipasi dalam karya penyelamatan Yesus, antara lain "mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan". St.Yohanes Maria Vianney, yang terkenal dengan pembaktian dirinya untuk menerimakan Sakramen Pengakuan di kamar pengakuan sampai berjam-jam setiap hari, kiranya lebih menghayati perutusan untuk 'melenyapkan segala penyakit dan kelemahan'. Ia juga menjadi pelindung bagi para imam, dengan harapan para imam dapat meneladan cara hidup dan cara bertindaknya dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan. Maka pertama-tama kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam untuk meneladan St.Yohanes Maria Vianney dalam pelayanan pastoralnya dalam karya macam apapun. Secara konkret memang para imam hendaknya senantiasa siap sedia kapan saja untuk menerimakan Sakramen Pengampunan bagi mereka yang memintanya, dan dalam cara hidup serta cara bertindaknya senantiasa mengampuni mereka yang bersalah, entah bersalah terhadap imam sendiri maupun orang lain. Kasih pengampunan hemat saya merupakan anugerah Tuhan yang telah kita terima secara melimpah ruah, maka selayaknya kita meneruskannya kepada orang lain dimana pun dan kapan pun. Yang terpanggil untuk hidup saling mengampuni kiranya tidak hanya para imam saja, melainkan kita semua umat beriman atau beragama. Marilah kita dimanapun dan kapanpun senantiasa hidup dan bertindak saling mengampuni satu sama lain, saling berusaha menyembuhkan aneka penyakit dan kelemahan.

·   "Jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu. Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu." (Yeh 3:19-21). Apa yang difirmankan oleh Tuhan melalui nabi Yeheskiel ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi kita semua, umat beriman atau beragama. Kita semua dipanggil untuk segera mengingatkan dan menegor orang-orang berdosa atau yang melakukan kesalahan untuk bertobat atau memperbaharui diri. Jika kita tahu ada orang berdosa atau bersalah dan kita tidak mengingatkan atau membiarkan saja, maka kita bersalah, dan dari pihak kita dituntut tanggungjawab oleh Tuhan. Sebaliknya kami juga berharap kepada kita semua: ketika kita bersalah dan diingatkan atau ditegor oleh saudara-saudari kita hendaknya tidak melawan atau mempertahankan diri, melainkan dengan rendah hati ditanggapi dengan kata-kata singkat "terima kasih". Sadari dan hayati bahwa semua sapaan, sentuhan, tegoran atau peringatan sekeras apapun dan menyakitkan hati kita, hemat saya hal itu merupakan wujud kasih mereka terhadap kita, maka hendaknya disikapi dengan 'terima kasih'. Orang tak mungkin menegor, mengingatkan dan memarahi kita jika mereka tak mengasihi kita. Kita semua juga diingatkan agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat jahat atau berdosa dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

"Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati.Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan" (Mzm 88:2-5)

Ign 4 Agustus 2012


Kamis, 02 Agustus 2012

3 Agustus


"Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat itu?"

(Yer 26:1-9; Mat 13:54-58)

" Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ" (Mat 13:54-58), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Heran dan kagum sering kita alami ketika melihat atau mengalami sesuatu yang baru dan luar biasa. Namun pada umumnya orang akan lebih mengagumi pembaharuan dan kehebatan orang lain yang jauh daripada mereka yang dekat. Maklum terhadap mereka yang dekat, hidup dan bekerja bersama sehari-hari pada umumnya orang begitu mengenal kelemahannya, melebihi kekuatan atau kehebatannya. Maka ketika ada sesuatu yang baru dan luar biasa yang terjadi atau dilakukan oleh saudara-saudarinya yang dekat pada umumnya orang heran dan curiga, sebagaimana dihayati oleh orang-orang Nazaret terhadap Yesus. Menanggapi keheranan dan kecurigaan orang-orang Nazaret Yesus berkata bahwa "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya". Kami harapkan kita semua saling menghargai dan menjujung tinggi kekuatan, anugerah, bakat, keterampilan saudara-saudari kita yang setiap hari hidup atau bekerjasama dengan kita, yang kemudian menghasilkan aneka pembaharuan maupun hikmat atau mujizat. Tentu saja pertama-tama kami berharap hal ini terjadi di antara suami-isteri maupun kakak-adik di dalam keluarga. Dalam kenyataan dapat kita lihat dan saksikan bahwa tokoh-tokoh hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang penuh hikmat pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga miskin dan sederhana, karena mereka terbiasa dalam hidup sehari-hari harus menderita menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, yamg mereka hayati sebagai wahana membina dan mendidik dirinya.

·   "Beginilah firman TUHAN: Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu, dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, -- tetapi kamu tidak mau mendengarkan -- maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi." (Yer 26:4-6). Melalui nabi Yeremia kita semua diingatkan untuk senantiasa mendengarkan firman Tuhan dan kehendakNya, yang antara lain diusahakan oleh orang-orang beriman menjadi aneka aturan dan tata tertib hidup dan bekerja bersama. Dengan kata lain jika kita mendambakan desa, daerah atau kota tempat kita hidup dan bekerja dalam keadaan baik serta enak dan nikmati untuk ditinggali maupun bekerja, marilah kita taati dan laksanakan aneka tata tertib atau aturan yang berlaku. Sekali lagi kami angkat dan tekankan bahwa keunggulan hidup beriman atau beragama adalah dalam pelaksanaan atau penghayatan, bukan dalam wacana atau omongan. Marilah kita rawat dengan baik rumah/tempat tinggal maupun tempat kita masing-masing, dimana setiap hari kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Jaga dan usahakan kebersihan serta keindahan lingkungan hidup, rawat baik-baik aneka sarana-prasarana hidup atau kerja. Untuk itu hendaknya entah hidup atau kerja dihayati sebagai ibadah kepada Tuhan, sehingga lingkungan hidup, tempat kerja maupun tempat hidup bagaikan tempat ibadah, dan rekan hidup dan kerja bagaikan rekan beribadah, sedangkan merawat aneka sarana-prasarana bagaikan merawat sarana-prasarana ibadah. Bukankah sikap kita ketika sedang beribadah maupun sikap kita terhadap rekan ibadat dan sarana-prasarana ibadat penuh kasih dan syukur. Maka hendaknya dalam hidup dan kerja sehari-hari kita saling berterima kasih dan bersyukur. Jika kita saling berterima kasih dan bersyukur, maka kami percaya bahwa hidup bersama sungguh enak dan nikmat , dan dengan demikian lingkungan hidup, desa, daerah atau kota kita baik adanya, aman tenteram, tiada kejahatan sedikitpun. Semoga motto atau semboyan kota-kota di Indonesia ini, yang tertulis di jalanan, tidak hanya sekedar tertulis, tetapi menjadi kenyataan.

"Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku; terlalu besar jumlah orang-orang yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas. Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku. Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku." (Mzm 69:5.8-10)

Ign 3 Agustus 2012

     


Rabu, 01 Agustus 2012

2 Agustus


"Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya"

(1Kor 2:1-5; Mat 10:24-27)

"Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah." (Mat 10:24-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Petrus Faber, imam Yesuit, sahabat St.Iignatius Loyola, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pertama-tama saya minta maaf kalau hari ini saya mengambil bacaan dan tema pesta St.Petrus Faber, imam Yesuit, karena saya juga imam Yesuit. Petrus Faber adalah seorang anak gembala domba, dan baru setelah usia 10 th ia belajar membaca dan menulis. Dalam tugas belajarnya ia akhirnya belajar di Universitas Sorbone-Paris, yang terkenal waktu itu sampai sekarang, dan di universitas ini ia berkenalan dengan Ignatius Loyola serta kemudian berguru kepada Ignatius Loyola perihal Latihan Rohani atau olah kebatinan Kristiani. Dan selanjutnya ia menjadi sahabat Ignatius Loyola, gurunya, sampai mati. Petrus Faber meneladan gurunya, Ignatius Loyola, memberitakan Kabar Baik "dari atas rumah", yang berarti mengatasi melintasi batas daerah maupun suku dan bangsa alias siap sedia diutus untuk mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia. Semangat merasul para pengikut St.Ignatius Loyola memang siap sedia untuk memasuki daerah-daerah 'frontier' , di perbatasan aneka masalah, tantangan, suku dan bangsa, di antara ketegangan-ketegangan kehidupan atau remang-reman kehidupan untuk menanggapi sabda Yesus:"Apa yang Kutakataan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang". Yang disabdakan oleh Yesus dalam gelap berarti dalam permenungan, meditasi atau kontemplasi, dimana dalam doa-doa ini orang menerima pencerahan dan pewahyuan baru, yang selanjutnya diteruskan kepada saudara-saudarinya dimana pun dan kapan pun. Kami berharap kepada segenap umat beriman untuk tidak takut dan tidak gentar meneruskan atau mewartakan apa yang baik, benar dan suci yang diterima atau ditemukan dalam doa atau pembelajaran dan pembacaan kepada siapapun dan dimanapun dalam hidup, pekerjaan dan pelayanan sehari-hari.

·   "Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar." (1Kor 2:1-3), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. "Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan", inilah yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan. Beriman kepada Yesus Kristus tanpa mengimani Dia sebagai Yang Tersalib demi keselamatan jiwa seluruh dunia, umat manusia, kiranya tidak berarti apa-apa. Mengimani Yang Tersalib berarti senantiasa siap sedia dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk menghayati iman, setia pada panggilan dan tugas pengutusan, meskipun untuk itu harus menderita dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. "Jer basuki mowo beyo" = Untuk hidup mulia, bahagia dan damai sejahtera orang harus siap sedia untuk menderita dan berkorban, demikian kata pepatah Jawa. Penderitaan dan pengorbanan yang mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian, secara manusia kiranya telah dihayati oleh rekan-rekan perempuan yang telah bersuami, yaitu dengan menderita sakit karena mengorbankan keperawanannya dalam relasi kasih dengan suaminya (penderitaan yang sama kiranya juga dihayati ketika sedang melahirkan anaknya). Maka benarlah bahwa dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya rekan-rekan perempuan lebih siap sedia dan rela untuk berkorban demi kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain. Marilah kita saling berkorban guna mengusahakan hidup bahagia dan damai sejahtera bersama. Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibiasakan dalam hal berkorban demi kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain, dengan kata lain jauhkan semangat atau sikap mental memanjakan anak-anak, yang pada giliranya akan mencelakakan mereka.

"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala malaekat Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:52.58)

Ign 2 Agustus 2012


Selasa, 31 Juli 2012

1 Agustus

"Ia pun pergi lalu membeli mutiara itu"

(Yer 15:10.16-21; Mat 13:44-46)

 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Mat 13:44-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mereka yang terpilih menjadi uskup adalah imam yang diamini paling mampu melayani umat serta diterima oleh kebanyakan umat, dengan kata lain adalah yang dinilai yang terbaik dan tersuci di antara umat pada umumnya dan imam khususnya. Mereka dapat menjadi teladan dalam hidup beriman, dalam membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan alias orang yang 'menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara atau ladang'. Yang dimaksudkan dengan mutiara di sini tidak lain hemat adalah yang paling berharga dalam diri manusia, yaitu jiwanya, sedangkan ladang adalah pekerjaan atau tugas. Maka terpanggil menjadi uskup berarti membaktikan diri sepenuhnya demi tugas pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa manusia. St Alfonsus yang kita kenangkan hari ini dikenal dengan pelayanannya sebagai seorang imam yang pintar, pendoa, terampil berkorbah dan bekerjasama dengan rekan-rekan imam lainnya dalam rangka mewartakan Kabar Baik, maka kemudian diangkat menjadi uskup dan kemudian dianugerahi fungsi sebagai pujangga Gereja. Ia sungguh membaktikan diri sepenuhnya demi keselamatan jiwa umat Allah. Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk senantiasa mengusahakan keselamatan jiwa manusia, berpartisipasi dalam karya penyelamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk senantiasa berpedoman demi keselamatan jiwa manusia dalam cara hidup dan cara bertindak dimana pun dan kapan pun. Jiwa manusia adalah mutiara yang terindah dan paling berharga, maka marilah kita usahakan dengan bekerja keras dan bekerjasama, karena pekerjaan ini sungguh berat dan mulia. Marilah kita kerahkan tenaga dan waktu kita untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan jiwa manusia.

·   "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram" (Yer 15:16-17), demikian kesaksian iman nabi Yeremia. Menikmati perkataan atau sabda Tuhan itulah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Maka marilah kita baca, renungkan dan cecap dalam-dalam apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, sabda-sabda Tuhan. Jika kita sungguh dapat rmencecap dalam-dalam sabda Tuhan dan karena Tuhan Maha Segalanya, maka mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajai oleh Tuhan dan dengan demikian kita sungguh terpenjara oleh sabda-sabdaNya sehingga kapan pun dan dimana pun harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan tak akan mungkin hidup seenaknya, bermalas-malasan, melainkan mau tak mau harus bekerja keras dalam melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Kita tak mudah tergoda atau dirayu oleh orang yang hidup dan bekerja seenaknya untuk diajak bermalas-malasan atau bersendau-gurau tiada guna. Hendaknya setiap hari kita membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan, sebagaimana yang tertulis di dalam Kitab Suci, yang juga saya usahakan setiap hari. Moga-moga apa yang saya kutipkan dan refleksikan secara sederhana setiap hari dapat membantu anda sekalian untuk menjadi suka membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan, serta kemudian mencecapNya dalam-dalam dan menghayatinya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita perlu dibina dan dididik oleh sabda-sabda Tuhan, agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman. Semoga kita menjadi geram ketika melihat kejahatan atau kebejatan moral, dan kemudian tergerak untuk memberantasnya.

"Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada penumpah-penumpah darah. Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku; orang-orang perkasa menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN, aku tidak bersalah, merekalah yang lari dan bersiap-sia" (Mzm 59:2-5a)

Ign 1 Agustus 2012


Senin, 30 Juli 2012

31 Juli

Pesta St Ignatius Loyola: Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26

"Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya"

St Ignatius Loyola terkenal dan diakui sebagai salah satu guru rohani/spiritual dalam Gereja Katolik dengan Latihan Rohaninya. Buku Latihan Rohani merupakan hasil buah permenungan atau refleksi St.Ignatius Loyola dalam perjalanan hidup dan panggilannya bertahun-tahun dengan berinspirasi pada apa yang tertulis dalam Kitab Suci, Injil, khususnya riwayat perutusan Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Buku Latihan Rohani merupakan tuntutan olah rohani, agar mereka yang menjalani Latihan atau Olah Rohani tumbuh berkembang menjadi sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, yang datang dan diutus untuk menyelamatkan seluruh dunia. Maka mereka yang telah menjalani Latihan Rohani dalam cara hidup dan cara bertindaknya dalam tugas, panggilan atau pekerjaan apapun senantiasa berusaha untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia. Berparitisipasi dalam karya penyelamatan dunia masa kini hemat saya harus mahir dalam pembedaan roh atau spiritual discernment, maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Ignatius Loyola hari ini kami ajak anda sekalian untuk mawas diri perihal kemahiran pembedaan roh yang oleh St.Ignatius Loyola sungguh menjadi cirikhas sahabat-sahabat Yesus Kristus.

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?" (Luk 9:23-25)

Mahir dalam pembedaan roh atau spiritual discernment memang 'harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari', alias tidak hidup dan bertindak mengikuti selera atau kehendak pribadi. Memikul salibnya setiap hari berarti setia melaksanakan tugas dan pekerjaan atau kewajiban setiap hari alias setia menghayati atau melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan tugas, panggilan dan perutusannya. Pelatihan awal agar terampil atau mahir dalam pembedaan roh adalah membiasakan diri mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau aturan. Dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimana pun dan kapan pun kiranya kita terikat oleh tata tertib atau aturan, maka kami harapkan kita tidak meremehkan aturan atau tata tertib tersebut. Hendaknya selama diperjalanan, entah sebagai pengemudi kendaraan atau pejalan kaki, mentaati dan melaksanakan aneka rambu-rambu lalu lintas, karena tertib dijalanan hemat saya merupakan cermin kwalitas bangsa.

Menyangkal diri atau 'kehilangan nyawa karena Tuhan' berarti mengarahkan dambaan, kerinduan atau cita-cita kepada Tuhan, dengan harapan dapat melaksanakan aneka perintah dan kehendak Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Setiap dari kita kiranya memiliki dambaan, kerinduan atau cita-cita yang berbeda satu sama lain, demikian setiap suku dan bangsa memiliki 'budaya' (=cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak) yang berbeda satu sama lain. Marilah kita sadari dan hayati bahwa aneka perbedaan yang ada merupakan anugerah Tuhan, yang hendaknya dihayati sebagai wahana untuk saling melengkapi dan mengasihi. Hemat saya di antara perbedaan-perbedaan yang ada pasti ada kesamaan, maka baiklah dalam rangka saling mengasihi pertama-tama kita hayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal, sehingga apa yang berbeda fungsional memperteguh dan memperdalam hidup saling mengasihi.

Dengan saling menyangkal diri diharapkan dalam kebersamaan hidup dan kerja kita terjadi kesatuan hati dan budi serta jiwa. Tindakan ada kemungkinan berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi di mana kita hidup dan bekerja, tetapi tetap dalam kesatuan hati, budi dan jiwa. Jika kita sungguh dalam kesatuan hati, jiwa dan budi maka kebersamaan hidup dan kerja kita menyelamatkan diri kita maupun mereka yang kena dampak hidup dan kinerja kita. "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya" (Ul 30:15-16). Kita semua mendambakan kehidupan sejati dan keberuntungan, maka marilah kita bersama-sama, bergotong-royong 'hidup menurut jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya'. Pada saat ini saudara-saudari kita, umat Islam, sedang menjalani puasa, ibadah guna semakin mendekatan diri pada perintah, ketetapan dan peraturan Tuhan, maka baiklah kita menyatukan diri dengan saudara-saudari kita yang sedang berpuasa, menyangkal diri dan berusaha setia pada aturan dan tata tertib hidup beriman atau beragama.

"Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh" (Gal 5:22-25)

Hidup dari dan oleh Roh Kudus , 'dipimpin oleh Roh',  berarti dapat menemukan Tuhan dalam segala sesuatu dan menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini ada karena diciptakan oleh Tuhan bekerjasama dengan orang-orang yang sungguh memper-sembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Tanpa Tuhan segala sesuatu di dunia ini tidak ada sebagaimana adanya saat ini. Tuhan hidup dan berkarya dalam segala sesuatu dan tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Karya Tuhan dalam diri manusia menjadi nyata dalam penghayatan keutamaan-keutamaan sebagaui buah Roh, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri".

Orang yang mahir atau terampil dalam pembedaan roh senantiasa juga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindaknya dijiwai sekaligus menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas. Keutamaan-keutamaan tersebut di atas sungguh perlu dan dibutuhkan oleh siapapun yang mendambakan hidup selamat, damai sejahtera dan bahagia lahir-batin, jasmani-rohani, fisik-spiritual. Hemat saya kita semua mendambakan keselamatan, damai dan kebahagiaan macam itu, maka marilah kita saling membantu atau bekerja sama mengusahakan, memperdalam, memperteguh dan menyebarluaskan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh di atas. Mungkin baik saya angkat perihal keutamaan 'penguasaan diri'.

Menguasai diri berarti dapat mengendalikan diri, sehingga dirinya hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Jika kita dapat mengendalikan atau menguasa diri kita, maka sikap hidup kita terhadap orang lain akan melayani, sedangkan jika kita tak dapat mengendalikan atau menguasai diri maka sikap terhadap orang lain akan menindas. Marilah kita senantiasa berusaha setia dan taat kepada perintah dan kehendak Tuhan, dan untuk itu memang harus dapat mengendalikan diri. Maka mengakhiri refleksi sederhana ini, marilah kita renungkan dan hayati doa St.Ignatius Loyola ini: "Ambillah Tuhan, dan terimalah seluruh kemerdekaanku, ingatanku, pikiranku dan segenap kehendakku, segala kepunyaan dan milikku. Engkaulah yang memberikan, padaMu Tuhan kukembalikan. Semuanya milikMu, pergunakanlah sekehendakMu. Berilah aku cinta dan rahmatMu, cukup itu bagiku" (St.Ignatius Loyola, LR no 234)

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin." (Mzm 1:1-4)

Ign 31 Juli 2012