Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

13Juli

"Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya atau seorang hamba dari
pada tuannya"

(Kej 49:29-32;50:15-24; Mat 10:24-33)

" Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari
pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti
gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya.
Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi
janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun
yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu
dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke
telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu
takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa
membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung
pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan
jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun
terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih
berharga dari pada banyak burung pipit. Setiap orang yang mengakui Aku
di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di
sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga
akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."(Mat 10:24-33),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Sabda hari ini merupakan peringatan atau catatan bagi kita semua
yang beriman kepada Yesus Kristus, bahwa beriman kepadaNya dengan
setia pasti akan menghadapi aneka tantangan dan penderitaan, harus
siap sedia untuk berjuang dan berkorban. Kita menyebut Yesus sebagai
Guru dan Tuhan, dan Ia telah menjadi teladan dan panutan kita bahwa
dalam melaksanakan tugas pengutusan harus menderita sengsara, dibenci
oleh musuh-musuhNya dan akhirnya disalibkan sampai wafat. Dengan kata
lain 'salib' adalah menjadi panji-panji hidup dan panggilan kita, maka
ketika dalam hidup atau menghayati panggilan harus menderita,
berkorban dan berjuang, silahkan menatap Dia yang tergantung di kayu
salib, karena dengan demikian anda akan memperoleh kekuatan dalam
perjuangan, sehingga sukses dalam hidup dan penghayatan panggilan.
Saya percaya bahwa sekiranya kita harus menderita atau berjuang dan
berkorban, kiranya penderitaan dan pengorbanan kita tidak sebanding
dengan penderitaan dan pengorbanan Yesus. Ketika kita setia pada iman
dan panggilan kita lalu menerima ejekan atau cemoohan atau pelecehan,
hendaknya disikapi dengan syukur dan terima kasih, karena telah boleh
berpartisipasi dalam penderitaan dan pengorbanan Yesus. Percayalah
ketika kita berterima kasih dan bersyukur alias tidak membalas ejekan,
cemoohan atau pelecehan mereka, akhirnya mereka akan berhenti sendiri
dan tidak akan mengejek, mencemooh atau menghina kita lagi. Bahkan
ketika mereka secara fisik melukai diri kita hendaknya juga disikapi
dengan syukur dan terima kasih. Ingat dan sadari bahwa sekejam apapun
manusia ketika didekati dan disikapi dalam dan oleh kasih pasti akan
sadar dan akhirnya tidak akan bertindak kejam atau kasar. Singa yang
kelihatan menakutkan dan buas pun ketika disikapi dan diperlakukan
dalam dan oleh kasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia, yang
diciptakan sebagai 'gambar atau citra Allah'.

·   "Apabila aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah
aku di sisi nenek moyangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het
itu, dalam gua yang di ladang Makhpela di sebelah timur Mamre di tanah
Kanaan, ladang yang telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu,
untuk menjadi kuburan milik. Di situlah dikuburkan Abraham beserta
Sara, isterinya; di situlah dikuburkan Ishak beserta Ribka, isterinya,
dan di situlah juga kukuburkan Lea; ladang dengan gua yang ada di sana
telah dibeli dari orang Het." (Kej 49:29-32). Pesan orangtua kepada
anak-anaknya macam ini pada umumnya pasti akan dilaksanakan tanpa
cacat. Sungguh memprihatinkan bahwa pesan-pesan lain dari orangtua
sering kurang diperhatikan atau dilupakan begitu saja. Pesan Yakub
kepada anak-anaknya di atas hemat saya bagi kita merupakan ajakan atau
peringatan agar kita senantiasa mengenangkan jasa dan pengalaman
perjuangan dan pengorbanan para leluhur atau pendahulu kita. Maka
marilah kita kenangkan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang telah
dihayati dan diperjuangkan oleh para leluhur atau nenek-moyang kita:
sebagai warganegara marilah kita kenangkan jasa dan pengorbanan para
pahlawan, sebagai umat Katolik marilah kita kenangkan santo-santa
pelindung kita masing-masing. Mengenangkan berarti melakukan kembali
apa yang telah mereka lakukan, dan memang ada kemungkinan bentuk atau
wujudnya tindakan berbeda, tetapi semangat atau jiwa tetap satu dan
sama. Semoga segenap anggota Lembaga Hidup Bakti setia kepada charisma
pendiri, dalam situasi atau kondisi macam apapun senantiasa hidup dan
bertindak sesusai dengan charisma pendiri. Kutipan di atas juga
mengingatkan dan mengajak kita semua untuk sering mendoakan atau
berdoa di depan tempat peristirahatan/makam leluhur kita atau nenek
moyang kita. Hendaknya kita berusaha mengenal dengan baik silsilah
nenek moyang kita, karena dengan demikian persaudaraan kita akan
diperluas dan diperkembangkan.

"Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah
perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya,
bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati
orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya,
carilah wajah-Nya selalu!" (Mzm 105:1-4)        Ign 13 Juli 2013

0 komentar: