Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

15Agt

"Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku?"

(Yos 3:7-10a.11.13-17; Mat 18:21-35)

" Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai
berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa
terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku
berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh
puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja
yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia
mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang
berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu
melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta
anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka
sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala
hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas
kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan
hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang
hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan
mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya
itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan
kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam
penjara sampai dilunaskannya hutangnya.Melihat itu kawan-kawannya yang
lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan
mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya:
Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau
memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu
seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan
menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh
hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga
terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu
dengan segenap hatimu." (Mat 18:21-35), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Kasih pengampunan merupakan akar perdamaian sejati, dan jika kita
mawas diri dengan baik dan benar kiranya mau tak mau kita harus
mengakui dan menghayati diri sebagai orang yang telah menerima kasih
pengampunan melimpah ruah dari Allah melalui sekian banyak orang yang
telah memperhatikan dan mengasihi kita. Maka marilah kita sebagai
orang beriman dalam hidup sehari-hari dimana pun dan kapan pun
senantiasa hidup saling mengampuni. Marilah kita kembangkan dan
perdalam persaudaraan sejati antar umat beragama di Indonesia ini, dan
untuk itu baiklah pertama-tama dan terutama kita hayati secara
mendalam dan handal apa yang sama di antara kita: sama-sama manusia,
ciptaan Allah, karena dengan mengahayati apa yang sama secara mendalam
dan handal apa yang berbeda antara kita akan fungsional memperdalam
dan mengembangkan persaudaraan sejati. Di wilayah Kota Madya dan
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah berkembang Paguyuban Umat
Beriman, dan dengan senang hati saya senantiasa berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut, misalnya tgl  30 Juli 2013 yang lalu
diselenggarakan acara Buka Puasa Bersama di Klenteng Muntilan. Marilah
kita perangi bersama aneka usaha yang ingin memecah belah persaudaraan
kita sebagai warganegara Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga
para pemimpin atau kepala daerah di negeri kita tercinta ini selalu
mengusahakan persaudaraan sejati di antara warganya. Marilah kita
saling berbagi, saling memberi dan menerima.

·   "Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh
orang Israel, supaya mereka tahu, bahwa seperti dahulu Aku menyertai
Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau.Maka kauperintahkanlah
kepada para imam pengangkat tabut perjanjian itu, demikian: Setelah
kamu sampai ke tepi air sungai Yordan, haruslah kamu tetap berdiri di
sungai Yordan itu." (Yos 3:7-8), demikian firman Tuhan kepada Yosua,
pengganti Musa dalam memimpin bangsanya. Yosua diperintahkan untuk

·tetap ' berdiri di sungai Yordan' seraya menunggu para imam yang akan
meneguhkan dan memberkatinya. Sungai kiranya merupakan symbol
kehidupan sejati, dimana mengalir air terus-menerus: air yang sungguh
fungsional untuk kehidupan umat manusia. Bukankah aliran air di sungai
sungguh merupakan kasih dan kemurahan hati Tuhan kepada kita semua.
Maka dengan ini kami mengajak anda  sekalian untuk menjaga agar aliran
air di sungai-sungai tidak berhenti, dan untuk itu memang kita perlu
bersama-sama mengusahakan peresapan air hujan di tempat kita
masing-masing. Marilah kita pelihara lingkungan hidup kita. Saya
pribadi sungguh bangga serta mendukung 'gerakan Seminari Menanam' yang
dicanangkan oleh Bidel Umum Seminari Menengah Mertoyudan. Moga-moga
embriyo gerakan ini tumbuh berkembang dengan baik, dan dengan rendah
hati kami ajak anda sekalian: marilah kita giatkan 'gerakan menanam'
di daerah atau wilayah kita masing-masing.

"Pada waktu Israel keluar dari Mesir, kaum keturunan Yakub dari bangsa
yang asing bahasanya, maka Yehuda menjadi tempat kudus-Nya, Israel
wilayah kekuasaan-Nya. Laut melihatnya, lalu melarikan diri, sungai
Yordan berbalik ke hulu. Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba
jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba." (Mzm 114:1-4)

Ign 15 Agustus 2013

0 komentar: