Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

16Agt

"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

(Yos 24:1-13; Mat 19:3-12)

"Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia.
Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya
dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia
yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan
perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah
dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi
satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena
itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa
memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan
isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa
mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan
isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia
berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian
halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."
Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat
mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang
yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim
ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada
orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh
karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia
mengerti." (Mat 19:3-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Jumlah perceraian perkawinan di Indonesia kiranya cukup besar dan
memprihatinkan. Yang sering menjadi korban perceraian pada isteri atau
perempuan, dan ketika sang perempuan cukup kaya dan cantik kiranya
akan segera menikah atau bersuami kembali, sedangkan sang perempuan
yang miskin dan berkekurangan ada kecenderungan melacurkan diri atau
menjual diri kepada para laki-laki hidung belang demi uang. Namun
ketika perceraian suami-isteri terjadi ketika mereka telah memiliki
anak, maka anaknya akan menjadi korban. Yesus bersabda bahwa yang
menjadi penyebab perceraian adalah ketegaran hati manusia, yang secara
konkret berarti kurangnya perhatian satu sama lain antara
suami-isteri. Maka dengan ini kami mengingatkan rekan-rekan
suami-isteri untuk sungguh saling memperhatikan sebagai perwujudan
cintakasih dan secara konkret saling memboroskan waktu dan tenaga satu
sama lain sebagai suami-isteri. Pemborosan waktu dan tenaga merupakan
bentuk konkret cintakasih. Yesus juga menanggapi keluhan para rasul
dengan bersabda bahwa ada orang yang tidak menikah demi Kerajaan
Allah, misalnya menjadi imam, bruder atau suster. Memang alasan takut
hidup berkeluarga sebagai suami-isteri sering merupakan motivasi
dasar/awal panggilan hidup imamat atau membiara sebagai imam, bruder
atau suster. Kepada rekan-rekan muda-mudi atau remaja kami ingatkan
juga akan tidak melakukan perzinahan dalam bentuk apapun.

·   "Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan
binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua
raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula
oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh
tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi
kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun
zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya" (Yos
24:12-13), demkian kutipan kata-kata Yosua kepada bangsanya,
mengingatkan kasih dan kemurahan hati Allah. Kutipan ini kiranya baik
menjadi permenungan kita semua, warganegara yang hidup masa kini, yang
mewarisi kemerdekaan/berdirinya NKRI. Sebagai penerus atau pewaris
hendaknya dengan penuh syukur dan terima kasih kita hidup dan
bertindak, serta kita wujudkan dalam cara hidup dan cara bertindak
kita masing-masing. Memang sungguh memprihatinkan bahwa cukup banyak
orang yang dilahirkan di masa kemerdekaan, tidak mewarisi nilai-nilai
perjuangan dan pengorbanan para pejuang dan pendiri NKRI, namun hanya
mewarisi kekayaan dengan serakah. Kami berharap anak-anak dan generasi
muda diwarisi nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup, bukan harta
benda atau uang. Harta benda  dan uang dengan mudah dapat dihabiskan,
sedangkan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup akan dibawa atau
dinikmati sampai mati, dan ketika sudah mati pun akan senantiasa
dikenang oleh orang-orang kemudian. Didiklah dan dampingilah anak-anak
anda dalam hal nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang
menyelamatkan jiwa manusia. Kepada anda yang beragama katolik serta
mengenakan nama baptis, kami ajak untuk menghayati nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan yang telah dihayati oleh santo atau santa
pelindung anda.

"Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun! Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kepada Dia yang memukul kalah
raja-raja yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Dan membunuh raja-raja yang mulia; bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setia-Nya." (Mzm 136:16-18)

Ign 16 Agustus 2013

0 komentar: