Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

17Juli

"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai
tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil."

(Kel 3:1-6.9-12; Mat 11:25-27)

" Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi
orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang
kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan
kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain
Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya" (Mat 11:25-27), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Salah satu dampak era internet adalah banyak orang tahu banyak hal
atau cerdas otaknya, tetapi kurang dalam hal pengalaman konkret hidup
sehari-hari, karena pada umumnya orang begitu nikmat duduk di kursi,
entah di kantor atau di rumah serta malas 'berjalan-jalan' untuk
melihat situasi lingkungan atau keadaan konkret lingkungannya.
Sebaliknya orang-orang miskin dan sederhana pada umumnya begitu akrab
dengan keadaan konkret lingkungan hidupnya, dan dari pengalaman
pengenalan mendalam terhadap lingkungan konkretnya yang bersangkutan
juga semakin mengenal jati dirinya yang sejati, yaitu sebagai 'gambar
atau citra Allah'. Orang-orang kecil dan sederhana juga tidak mudah
terpengaruh oleh dampak perubahan keuangan seperti 'devaluasi', karena
mereka juga terbiasa serba dalam kekurangan. Hidup orang kecil dan
miskin lebih mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi yang menjadi
nyata dalam kemurahan dan kebaikan hati orang lain, maka kiranya
mereka kaya dalam hal spiritual atau rohani, nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan hidup sejati. Mereka terbiasa matiraga, berjuang
dan berkorban serta bekerjasama dalam kehidupan bersama. Nilai-nilai
atau keutamaan-keutamaan hidup sejati memang kurang dikenal oleh orang
pandai atau bahkan tak tahu sama sekali. Sabda Yesus di atas kiranya
mengajak dan mengingatkan kita semua agar selama hidup di dunia ini
kita lebih mengutamakan atau mengandalkan Penyelenggaraan Ilahi
daripada kekuatan diri sendiri. Dengan kata lain kita diingatkan agar
hidup dan bertindak dengan rendah hati, tidak sombong. Hidup dan
bertindak dengan rendah hati memungkinkan kita tidak takut dan tidak
malu berpartisipasi dalam pekerjaan sederhana dan kasar atau kotor,
dan dengan demikian mengetahui kebutuhan konkret untuk hidup sehat,
baik secara fisik maupun spiritual.

·   "Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah
kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah
tanah yang kudus." Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah
Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya,
sebab ia takut memandang Allah." (Kel 3:5-6). Kutipan di atas ini
kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, umat beriman, untuk
mengenali dan mengimani kehadiran dan karya Allah dalam dan melalui
ciptaan-ciptaanNya, maka marilah dengan rendah hati kita membuka diri
terhadap Penyelenggaraan Ilahi dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya.
Manusia, binatang maupun tanaman tumbuh berkembang dari kecil menjadi
besar dan beraneka ragam. Pertumbuhan dan perkembangan serta keragaman
yang ada merupakan karya Allah, Penyelenggaraan Ilahi, maka marilah
kita cermati PenyelenggaraanNya dalam diri manusia, binatang maupun
tanaman. Agar kita dapat mengenal dan kemudian mengimani
PenyelenggaraanNya kiranya kita perlu 'menanggalkan kasut dari kaki
kita', artinya sungguh hidup 'membumi', berpartisipasi dalam
seluk-beluk kehidupan duniawi/yang konkret sehari-hari. Kepada para
orangtua maupun penyelenggara sekolah kami harapkan memberi kesempatan
kepada anak-anak atau peserta didik untuk 'mengenal dunia nyata',
misalnya dengan 'live in' di desa-desa atau pegunungan, hidup dan
bekerja bersama dengan orang-orang kecil dan sederhana untuk beberapa
hari. Pengalaman menunjukkan bahwa para peserta didik sungguh dapat
banyak belajar perihal nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup
selama 'live in'. Selain 'live in'  di desa-desa atau pegunungan,
hemat saya juga dapat diusahakan 'live in'  di pasar-pasar tradisionil
atau dimana memungkinkan 'live in' di tempat-tempat pembuangan sampah,
hidup dan bekerja bersama dengan para pemulung. Pendek kata kami
berharap anak-anak atau peserta didik jangan dimanjakan.

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap
batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala
kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang
menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang
kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat," (Mzm
103:1-4)

Ign 17 Juli 2013

0 komentar: