Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

1Agt

"Kamu adalah garam dunia"

(Rm 8:1-4; Mat 5:13-19)

 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah
ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak
mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu
meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." "Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab
para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan
ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu
siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang
paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan
menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi
siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum
Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga"
(Mat 5:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya
sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berfungsi sebagai 'garam' atau 'terang dunia' pada masa kini
memang harus berani berjuang dan berkorban. Salah satu bentuk
penghayatan sebagai 'garam' atau 'terang dunia' antara lain adalah
melaksanakan aneka aturan atau tata tertib atau janji-janji tanpa
cacat sedikitpun. Pertama-tama dan terutama saya mengajak dan
mengingatkan rekan-rekan yang percaya kepada Yesus Kristus dan telah
dibaptis untuk menghayati atau melaksanakan janji baptis, yaitu dalam
hidup sehari-hari dimana pun dan kapan pun senantiasa 'hanya mau
mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan'. Kiranya jika
kita setia menghayati janji baptis, maka selayaknya kita juga dapat
dikatakan sebagai 'garam' atau 'terang dunia'. Jika janji baptis
dihayati dengan baik, tanpa cacat, maka janji-janji berikutnya seperti
janji perkawinan, janji imamat, kaul dst.. dengan mudah dihayati. Maka
ketika ada saudara-saudari kita, entah imam, bruder atau suster atau
suami-isteri, kurang baik dalam menghayati panggilan hidupnya,
hendaknya yang bersangkutan ditanyai atau ditegor dengan rendah hati:
"Apakah anda telah dibaptis?". Penghayatan rahmat baptis secara
mendalam berarti akan membantu hidup terpanggil sebagai suami-isteri,
imam atau bruder semakin suci dan dengan demikian semakin mampu
menjadi 'garam' atau 'terang dunia', dan dampak positif adalah sepak
terjang dan kehadirannya senantiasa membuat hidup bersama semakin
menarik, memikat dan mempesona, enak dan nikmat adanya. Secara khusus
kami berharap kepada rekan-rekan imam, bruder maupun suster agar
kehadiran dan sepak terjangnya  dalam bentuk apapun membuat lingkungan
hidup enak dan nikmat ditempati dan dengan demikian semakin banyak
orang menggabungkan diri atau masuk dalam lingkungan terkait.

·   " Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus
dari hukum dosa dan hukum maut.Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan
hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh
Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang
serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah
menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum
Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi
menurut Roh" (Rm 8:2-4). Sebagai orang beriman kita memang diharapkan
'tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh', dengan kata lain
kita diharapkan memiliki kecerdasan spriritual, yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: mampu bersikap fleksibel, memiliki
kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi dan memanfaatkan
penderitaan, mampu menghadapi dan melampaui rasa sakit, memiliki
kwalitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk
menyebabkan kerugian yang tidak  perlu, cenderung untuk melihat
keterikatan akan aneka hal, cenderung untuk bertanya 'mengapa' dan
'bagaimana' untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, memiliki
kemudahan untuk bekerja melawan konvensi (lihat Danah Zohar dan Ian
Marshall, SQ, Penerbit Mizan 2000, hal 14). Dengan kata  lain kita
semua diharapkan tidak bersikap mental materialistis atau duniawi,
sebagaimana menjiwai banyak orang masa kini sebagai dampak
perkembangan dan pertumbuhan aneka produk tehnologi. Kami berharap
anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibina untuk
tidak bersikap mental materialistis.

"Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para
bangsawan. Segala bangsa mengelilingi aku -- demi nama TUHAN,
sesungguhnya aku pukul mereka mundur. Mereka mengelilingi aku, ya
mengelilingi aku -- demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka
mundur. Mereka mengelilingi aku seperti lebah, mereka menyala-nyala
seperti api duri, -- demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka
mundur." (Mzm 118:9-12)

Ign 1 Agustus 2013

0 komentar: