Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

MgBXIII

Mg Biasa XIII: 1Raj 19:16b.19-21; Gal 5:1.13-18; Luk 9:51-62

"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang,
tidak layak untuk Kerajaan Allah."

"Maju kena, mundur kena", demikian kata sebuah rumor, yang kurang
lebih berarti melangkah maju akan menderita, harus bekerja keras dan
berjuang serta berkorban, sedangkan mengundurkan diri akan menderita
samapai kapan tak diketahui. Maka orang baik, waras dan bermoral atau
berbudi pekerti luhur pasti akan memilih untuk melangkah maju terus,
sedangkan orang yang cari enaknya sendiri, hidup menurut selera
pribadi akan mengundurkan diri. Dalam Warta Gembira hari ini
dikisahkan bahwa Yesus 'mengarahkan pandanganNya ke Yerusalem',
mengajak para murid bersama-sama memasuki kota Yerusalem. Para murid
tahu bahwa memasuki kota Yerusalem berarti akan bertemu atau
berhadapan dengan 'musuh-musuh Yesus', yang berarti harus menghadapi
ancaman untuk menderita dan dibunuh. Mereka tidak atau kurang siap,
maka mereka minta kepada Yesus agar yang menghalangi atau memusuhiNya
dimusnahkan saja, namun Yesus tidak menghendaki hal itu. Maka sebagai
murid-murid atau pengikut atau yang percaya kepada Yesus Kristus kami
ajak merenungkan sabdaNya di bawah ini.

"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang,
tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Luk 9:62).

Pembajak memang senantiasa mengarah ke depan, dan memang sekali-kali
menoleh ke belakang, entah itu pembajak tanah di sawah-sawah maupun
pembajak dalam arti perampok, yang bermaksud baik maupun bermaksud
jahat. Sebagai orang beriman kiranya kita senantiasa bermaksud baik,
maka marilah kita terus melangkah maju dalam melakukan kebaikan
meskipun untuk itu harus menghadapi ancaman untuk menderita atau
dibunuh. Kami percaya kita semua memiliki cita-cita, harapan atau
dambaan yang baik, mulia dan luhur, maka marilah kita bekerja keras
mewujudkannya.

"Jer basuki mowo beyo" = untuk hidup bahagia dan mulia orang harus
siap sedia untuk berjuang dan berkorban, demikian bunyi pepatah Jawa.
Pertama-tama saya mengajak dan mengingatkan para peserta
didik/pelajar/mahasiswa untuk sungguh-sungguh belajar, menghayati
tugas pengutusan belajar dengan baik. Peganglah motto/empat pilar
sebagaimana dicanangkan oleh UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga:
learning to be, learning to learn, learning to do, learning to live
together. Hendaknya pertama-tama anda bercita-cita untuk menjadi
pribadi yang memiliki sikap mental belajar terus-menerus sampai mati.
Dengan kata lain hendaknya anda terus-menerus mengusahakan diri
sebagai manusia yang diciptakan sebagai 'gambar atau citra Allah'.
Allah bekerja terus-menerus, tiada henti, demikian juga menjadi
'gambar atau citra Allah' berarti berkembang dan bertumbuh
terus-menerus, berubah terus-menerus menuju ke kesempurnaan hidup
bahagia dan mulia selamanya di alam baka atau di sorga. Dengan kata
lain dalam belajar hendaknya bercita-cita agar semakin terampil dalam
belajar, menghayati motto 'learning to be' dan 'learning to learn'.

Kepada para pekerja atau orang dewasa marilah kita hayati motto
'learning to do'. Sebagai pekerja hendaknya bekerja keras dan
sungguh-sungguh, sehingga semakin terampil bekerja. Jangan pernah
menolak tugas pengutusan baru, asal tugas itu baik, melainkan hadapi
dan kerjakan dengan semangat 'success is my life', kesuksesan adalah
hidup saya. Jangan takut terhadap aneka kesulitan, tantangan dan
masalah dalam tugas pengutusan, hadapi dan kerjakan dalam kerendahan
hati dan cintakasih, karena dengan demikian pasti akan berhasil dengan
baik. Dalam bekerja jangan hanya memikirkan imbal jasa atau gaji, jika
anda menjadi pekerja yang baik dan terampil, percayalah anda pasti
akan menerima gaji atau imbal jasa yang baik dan memadai.

Kepada kita semua marilah kita hayati motto 'learning to live
together' alias senantiasa mengusahakan, memperdalam dan
memperkembangkan persatuan, persaudaraan atau persahabatan sejati.
Memang dalam kehidupan bersama pasti ada orang-orang yang membenci
kita, mempersulit hidup kita, menghalang-halangi langkah dan cita-cita
kita dst.. Hadapi dan sikapi semuanya itu dalam dan oleh cintakasih.
Percayalah bahwa sejahat apapun orang dalam hati kecil atau kedalaman
lubuk hatinya masih ada cintakasih, maka sapa dan sikapi dengan dan
dalam cintakasih, karena dengan demikian mereka yang memusuhi kita
akan menjadi saudara atau sahabat kita. Semoga kebersamaan kita dimana
pun dan kapan pun senantiasa dirajai atau dikuasai oleh Allah, karena
semuanya bersembah-sujud kepada Allah.

"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi
janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk
kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh
kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini,
yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"Tetapi
jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya
jangan kamu saling membinasakan. Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh,
maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" (Gal 5:13-16)

 Allah menganugerahkan kemerdekaan atau kebebasan penuh kita semua,
manusia, ciptaanNya, dan memang manusia memperoleh tugas pengutusan,
yaitu "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung
di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kej 1;28).
Dalam rangka melaksanakan tugas 'beranak cucu dan bertambah banyak'
manusia dianugerahi nafsu birahi atau nafsu seksual untuk berhubungan
seksual dengan lain jenis. Kami harapkan tidak terjadi 'pergaulan seks
bebas', demikian juga tidak terjadi 'pemerkosaan' dalam relasi kasih
antar suami-isteri.  Dengan kata lain hubungan seksual antara
suami-isteri kami harapkan merupakan perwujudan cintakasih, bukan
hanya sekedar pemuas nafsu seksual saja.

Tugas pengutusan untuk 'menaklukkan bumi, menguasai ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi' pada masa kini tidak lain merupakan tugas untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup yang nyaman, enak dan menarik bagi
manusia. Maka hendaknya jangan serakah dalam mengkonsumsi apa yang ada
dipermukaan bumi, entah itu binatang atau tanaman. Pemanasan global
telah menjadi ancaman serius bagi manusia, yang dilakukan oleh
orang-orang yang bersikap mental bisnis, hidup dan bertindak demi
alasan ekonomi/materi serta mencari keuntungan bagi pribadi
sebanyak-banyaknya. Marilah kita jaga dan lestarikan lingkungan hidup
ini agar layak dihuni oleh manusia.

Kita semua juga diingatkan untuk tidak saling menggigit atau
memusnahkan. Dengan kata lain hendaknya menjunjung tinggi dan
menghargai harkat martabat manusia, jangan pernah melecehkan atau
memperkosa manusia dalam bentuk apapun. Secara khusus kami
mengingatkan para pengusaha agar memberikan imbal jasa atau gaji yang
layak kepada para pekerja atau pembantunya. Kepada kita semua kami
harapkan menghayati motto 'preferential option for/ with the poor',
senantiasa berpihak kepada mereka yang miskin dan berkekurangan,
memperjuangkan kepentingan dan kebutuhan dari mereka yang miskin dan
berkekurangan. Hemat saya selama masih ada yang miskin dan
berkekurangan berarti masih anda penindasan atau pemerasan harkat
martabat manusia. Kami berseru kepada para pejabat atau petinggi
pemerintahan untuk senantiasa mengusahakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.

"Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan
mengikuti engkau." (1Raj 19:20), demikian kata Elisa kepada Elia. Apa
yang dilakukan Elisa ini kiranya merupakan contoh yang bagus untuk
kita tiru pada masa kini, yaitu 'hormat kepada orangtua/ayah-ibu'.
Ketika orang tidak menghormati dan mengasihi ayah-ibunya, maka orang
yang bersangkutan pasti akan kejam terhadap orang lain. Semoga kita
semua menghormati dan mengasihi ayah dan ibu kita masing-masing dalam
situasi atau kondisi apapun.

"Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu
malam hati nuraniku mengajari aku.Aku senantiasa memandang kepada
TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.Sebab itu
hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam
dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang
mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan."

(Mzm 16:7-10)

Ign 30 Juni 2013

0 komentar: