Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

Pesta St Ignatius Loyola

Pesta  St Ignatius Loyola: Ul 30:15-20; 1Tim 1:12-17; Luk 9:18-28

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."

"Pengaruh timbal balik antara aksi dan kontemplasi, kepercayaan bahwa
manusia terpanggil untuk memainkan peranan dalam rencana keselamatan
Tuhan, cinta kasih yang seluas dunia yang tidak mau terikat pada suatu
tempat tertentu saja melainkan membuat orang tetap dinamis, pencarian
kehendak Allah  dengan mempelajari tanda-tanda zaman, itu semua
merupakan tanda-tanda pengenal spiritualitas Santo Ignatius" (Provinsi
Indonesia Serikat Yesus: Misa-Misa Khusus Serikat Yesus 1995, hal
86-87). Saya sering mendapat pertanyaan dari seseorang demikian: "Apa
bedanya spiritualitas Ignatian dan Serikat Yesus?". Mendengar
pertanyaan itu dengan singkat saya sampaikan jawaban:"Spiritualitas
Ignatian adalah Latihan Rohani St.Ignatius Loyola dan Serikat Yesus
adalah Konstitusi Serikat Yesus". Mengenai buku Latihan Rohani Paus
Pius XI dalam Ensiklik 'Mens Nostra' menyatakan "Dalam buku kecil yang
disusunnya sewaktu dia belum terpelajar (awam) dan dia beri judul
Latihan Rohani, Ignatius adalah orang pertama yang menapak jalan
rohani menurut buku tersebut. Dialah orang pertama yang mengajarkan
cara retret yang sesuai dan mengagumkan, untuk menolong umat beriman
bagaimana meninggalkan dosa dan membangun hidup mereka menurut teladan
Yesus Kristus…Kekuatan metode Ignatian, sebagaimana ditegaskan oleh
Paus Leo XIII, telah terbuktikan oleh pengalaman tiga abad dan oleh
kesaksian semua orang yang selama waktu itu telah unggul dalam ilmu
askesis dan kesucian hidup…" (Penerbit Kanisius 1993: Latihan Rohani
St.Ignatius Loyola/penterjemah J.Darminta SJ, hal 7)

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
menyelamatkannya.Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi
ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri" (Luk 9:23-25).

Sebagai orang beriman yang percaya pada Tuhan, kiranya kita
mendambakan senantiasa mengikuti dan melaksanakan kehendak Tuhan
dimana pun dan kapan pun dalam cara hidup dan cara bertindak kita,
demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain. Pengaruh
perkembangan zaman yang ditandai oleh kemajuan aneka produk tehnologi
masa kini telah membentuk banyak oran bersikap mental materialistis
dan egois. Bahkan tiga departemen di Indonesia, yaitu Departemen
Agama, Pendidikan dan Sosial, telah mengalami erosi yang
memprihatinkan atau menyeleweng dari visi dan tujuan semula. Korupsi
dan hanya cari keuntungan pribadi begitu mewarnai ketiga departemen:
seharusnya membina warga agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang
baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur serta social, namun dalam
kenyataan merusak dan membuat 'busuk' kehidupan bersama. Saya juga
prihatin bahwa telah terjadi pendangkalan maksud dan tujuan retret
atau latihan rohani.

St.Ignatius Loyola yang kita kenangkan hari ini adalah pribadi yang
memiliki cita-cita dan dambaan mulia dan luhur, yang memang semula
bersifat duniawi, namun karena gagal terjadilah perubahan luar biasa.
Kegagalan menjadi wahana atau jalan pembaharuan hidup itulah kiranya
yang terjadi dalam diri Ignatius Loyola, yang semua bercita-cita
menjadi orang terkenal di dunia dengan isteri yang cantik berubah
menjadi 'guru rohani' yang mengagumkan. Ia telah meninggalkan dirinya
dan kemudian mengikuti Yesus dan menjadi sahabatNya, memikul salibnya
setiap hari dan mengikuti Yesus Kristus. Hari-hari ini kita berada di
hari-hari terakhir bulan Puasa, bulan suci bagi umat Islam: menjalani
puasa demi kesucian hidup itulah yang didambakan. Maka baiklah saya
mengajak kita semua menyatukan diri dengan saudara-saudari kita yang
masih berpuasa mengusahakan hidup suci, antara lain memang harus
berusaha 'meninggalkan diri'.

Yang dimaksudkan dengan 'meninggalkan diri' tidak lain adalah
meninggalkan cara hidup dan cara bertindak pribadi yang tidak sesuai
dengan kehendak dan perintah Tuhan, alias tidak hidup seenaknya
sendiri, hanya mengikuti selera atau keinginan/nafsu pribadi. Maka
dengan ini kami mengajak segenap umat beriman untuk meninggalkan cara
hidup dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Untuk itu pertama-tama kiranya dapat kita latih atau biasakan dalam
hal makan dan minum: hendaknya dalam hal makan dan minum berpedoman
pada aturan kesehatan, maka meskipun tidak enak hendaknya dinikmati.
Jika dalam hal makan dan minum kita dapat demikian itu, kiranya dengan
mudah kita 'meninggalkan keinginan atau selera pribadi' yang tidak
sesuai dengan kehendak Tuhan.

"Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan
keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku
memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup
menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah,
ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak
dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk
untuk mendudukinya" (Ul 30:15-16)

 Sebagai orang beriman kiranya kita akan memilih "kehidupan dan
keberuntungan", maka untuk itu marilah kita senantiasa "hidup menurut
jalan yang ditunjukkanNya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan
peraturanNya". Dalam hidup bersama dimana pun dan kapan pun kita
diharapkan 'berjalan' sesuai dengan ketetapan dan peraturan yang
terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita
masing-masing. Maka latihan yang baik agar kita dapat 'berjalan'
sesuai kehendak Tuhan tidak lain adalah jika kita setia melaksanakan
aneka ketetapan dan peraturan tersebut tanpa cacat sedikitpun.

Ketetapan atau peraturan Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam
janji-janji yang pernah kita ikhrarkan, misalnya janji baptis, janji
perkawinan, janji imamat atau kaul membiara. Jika kita setia
menghayati janji tersebut maka kita akan hidup berbahagia dan
senantiasa beruntung juga. Maka perkenankan secara sederhana dan
singkat saya angkat janji-janji tersebut, semoga dapat berguna bagi
kita semua:

1). Ketika dibaptis kita berjanji untuk 'hanya mengabdi Tuhan saja
serta menolak semua godaan setan'. Maka marilah kita yang telah
dibaptis senantiasa menolak aneka rayuan dan godaan setan dalam bentuk
apapun. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu
mengalahkan rayuan atau godaan tersebut, maka marilah kita senantiasa
berusaha bersatu dan bersama dengan Tuhan dalam situasi dan kondisi
apapun.

2). Bagi para suami-isteri kami harapkan setia saling mengasihi baik
dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, jika mendambakan hidup
berkeluarga yang bahagia dan beruntung. Hendaknya jangan melakukan
perselingkuhan atau penyelewengan, yang mencederai pasangan anda.

3). Sebagai imam marilah kita meneladan Imam Agung, Yesus Kristus,
yang telah rela menderita dan wafat di kayu salib alias
mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, demi keselamatan jiwa
umat manusia. Semoga rekan-rekan imam setia menjadi 'penyalur
berkat/rahmat Tuhan' bagi umat manusia.

4) Rekan-rekan anggota lembaga hidup bakti kami harapkan setia
menghayati spiritualitas pendiri, tidak hidup dan bertindak seenaknya
sendiri. Penghayatan kaul-kaul anda juga merupakan kesaksian hidup
yang telah dibaktikan kepada Tuhan, tanda 'hidup ilahi' yang hadir di
tengah-tengah umat manusia.

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan
yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang
ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya,
dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan
angin." (Mzm 1:1-4)

Ign 31 Juli 2013

Kepada yang berlindung pada St.Ignatius Loyola:

SELAMAT PESTA

0 komentar: